Tanam Krisan, Tak Hanya Andalkan Bunga Banten
Buleleng Menuju Sentra Bunga di Bali
SINGARAJA, NusaBali
Kabupaten Buleleng sangat potensial menjadi sentra bungan di Bali. Bunga dimaksud baik untuk bahan banten atau upakara Hindu maupun bunga hias.
Mengingat pasar, dua kategori bunga ini menjadi komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Dinas Pertanian (Distan) Buleleng kini menguji coba penanaman bunga Krisan di dataran rendah. Uji coba tahap satu penanaman bunga yang biasa dibudidayakan di dataran tinggi ini dilakukan di Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Pengembangan budidaya bunga Krisan digagas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi). Kabid Holtikultura Distan Buleleng I Gede Subudi mengatakan, tanaman Krisan biasanya hidup subur pada ketinggian 600 - 1200 meter di atas permukaan laut. Uji coba di Desa Ringdikit ini dengan ketinggian antara 150 - 180 meter, merupakan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya, uji coba serupa pernah dilakukan di Cianjur, Jawa Barat dengan ketinggian 300 meter dan berhasil.
Untuk uji coba penanaman krisan di Desa Ringdikit ada sekitar 5.000 bibit..000an bibit itu akan diketahui hasilnya jika mulai berumur 3,5 bulan - 4 bulan. Uji coba penanaman dilakukan di rumah lindung khusus, untuk melindungi tanaman dari kondisi cuaca dan lingkungan ekstrem, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan optimal.
Subudi menyampaikan, tanaman krisan yang diuji coba penanamannya adalah varietas Puspita Nusantara, Jayanti, dan Dewani. Jika uji coba penanaman krisan di Desa Ringdikit berhasil, akan dikembangkan ke dareh dataran rendah lainnya di Buleleng. "Kami uji coba tiga varietas. Ke depan jika berhasil, akan dikembangkan di daerah Buleleng yang kategori dataran rendah," kata Subudi, dikonfirmasi Jumat (10/9) siang.
Subudi mengungkapkan, selama ini tanaman Krisan hanya dibudidayakan di daerah-daerah dataran tinggi seperti di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, dan Desa Tambakan, Kubutambahan. Bunga Krisan itu untuk memenuhi kebutuhan pasar dari pariwisata di wilayah Buleleng dan Badung. Bahkan, khusus bunga Krisan hasil petani di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, sudah sempat diekspor hingga ke Timor Leste.
Menurut Subudi, pangsa pasar bunga Krisan masih terbuka lebar. Selain di daerah lokal, ke depan juga akan berpotensi diekspor ke Jepang. "Jepang sangat butuh bunga ini untuk upacara pemakaman, dengan jenis bunga tertentu. Beberapa waktu lalu juga sudah ada eksportir yang menjajagi. Namun belum deal, terkendala pengiriman karena masih pandemi," ungkap Subudi
Kebutuhan bunga Krisan terbilang cukup tinggi. Khususnya di Bali yang merupakan daerah pariwisata. Saat ini, bunga ini sudah digunakan untuk aksesoris di hotel-hotel, dekorasi pernikahan, hingga karangan bunga. Krisan lebih diminati karena dianggap bisa mengurangi penggunaan bunga plastik. "Tampilan cantik, dengan jenis warna variatif, bunga Krisan sangat diminati," jelasnya. *mz
1
Komentar