Porang, 'Mimpi' Anyar Krama Tani Bali
TABANAN, NusaBali
Bali dengan organisasi subaknya tentu tak hanya mengandalkan komoditas padi. Selain karena punya bentang alam yang subur, krama tani Bali juga kreatif dalam membidik pasar hasil pertanian.
Sejumlah krama tani di Kabupaten Tabanan, misalnya, kini sedang ramai-ramai membudidayakan porang. Meskipun belum menunjukkan hasil yang signifikan, petani mulai tergiur akan keuntungan yang akan didapat karena dinilai menjanjikan.
Penanaman porang tampak di Kecamatan Pupuan. Namun petani di sini bertanam secara tumpang sari. Seperti yang diungkapkan I Ketut Alit Dwiyasa, krama tani asal Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan. Di desanya, sebagian petani lebih awal mengenal dan menanam porang. Namun tanamannya jenis porang lokal yang tumbuh sembarang secara tumpang sari. Kini seiring geliat pasar, terlebih lagi hasilnya menguntungkan, petani di Desa Belatungan mulai bentuk kelompok untuk budidayakan porang. “Tidak hanya sekarang saja, kami di Belatungan sudah lama menanam porang asli lokal,” ujarnya.
Alit Dwiyasa mengaku memilih menanam porang karena telah dilakukan hitung-hitungan keuntungan dengan komoditi lain yang sebelumnya ditanam. Untuk sementara waktu porang memberikan hasil yang menguntungkan. Sehingga sejak 2019 lalu petani di Desa Belatungan dan sekitarnya mulai berbudidaya tanaman yang mirip suweg ini.
Menurutnya, pasar untuk menyerap hasil produksi telah tersedia, disamping itu rencanya di Kecamatan Pupuan akan dibangun pabrik porang bantuan dari pusat. Sehingga pemasaran porang ini dinilai tak menjadi masalah. “Untuk itulah kami semangat, teman-teman dari Jawa juga siap mengambil produksi kami, kalau tidak ada pasar mana mungkin petani mau tanam porang,” katanya.
Kini di Desa Belatungan ada Kelompok Tani Jongkok Pratyaksa beranggotakan 22 orang. Mereka sudah budidayakan porang, siap dipanen lagi 1,5 tahun. Mereka kecipratan bantuan 22.500 bibit porang dari pusat. “Jadi kami sedang budidaya sekarang, yang ditanam dari umbi, kira-kira 1,5 tahun lagi baru bisa panen. Diprediksi, produksinya bisa mencapai per batang 2-3 kilogram porang,” beber Alit.
Diterangkannya, sebelum membentuk kelompok, petani di Pupuan banyak yang sudah tanam porang secara swadaya. Seperti dia sendiri sudah menanam porang diatas lahan seluas 1,5 hektare yang akan diprediksi panen tahun 2022 mendatang dengan hasil kira-kira 25 ton. “Saya juga sudah pernah panen 6 Juni 2021 lalu, hanya saja baru panen 6 ton diatas seluas 10 are yang saya tanam dari umbi. Pemasaranya diambil oleh pengepul dari Denpasar dengan harga Rp 7.000 per kilogram,” tegasnya.
Mengenai dengan pemeliharaan porang ini hidupnya memang mudah tumbuh. Di hutan saja porang yang tanpa perawatan bisa menghasilkan umbi. Hanya saja jika ingin mendapatkan hasil produksi bagus memang perlu perawatan baik. Cukup dipupuk dengan pupuk oganik. “Perawatan mudah, tetapi harus dipelihara,” katanya Kata Ketut Alit.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan Nyoman Budana mengungkapkan, potensi porang di Tabanan cukup luas mencapai 939 hektare. Hanya saja, tanaman ini dibudidayakan secara tumpang sari pada kebun-kebun milik masyarakat atau kelompok petani perkebunan. "Belum ada yang fokus mencapai hektarean yang tanam, masih ditaman di sela-sela tanaman kopi maupun cokelat," katanya.
Menurut Budana luas tanam terbesar ada di Kecamatan Selemadeg Barat. Luasnya mencapai 439 hektare. Selebihnya menyebar di kecamatan lainnya. Dan yang paling sempit luasnya ada di Kecamatan Tabanan. "Kalau harga jual porang ini petani langsung ke pengepul, per kilogram seharga Rp 6-7.000, bahkan sebelumnya sempat diharga Rp 12.000 per kilogram," tegasnya.
Terkait rencana pembangunan pabrik porang di Tabanan, hasil survai rencananya dibangun di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan. Kepala Bidang Industri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Tabanan Anak Agung Mirah Ariani menyatakan, usulan proposal rencana revitalisasi sentra IKM pengelolaan umbi porang melalui DAK Fisik 2022 terus berproses. Luas lahan yang ada sekitar 45 hektare, namun untuk pembangunan pabrik porang memerlukan lahan sekitar 50 are.
Dipilihnya di Desa Batungsel sebagai tempat pembangunan pabrik karena berdasarkan persyaratan pusat harus ada lahan milik Pemkab. Kemudian ketika dikoordinasikan ke bidang aset, aset lahan tersedia di Kecamatan Pupuan. Apalagi pengembangan porang masyarakat di Pupuan juga banyak. *des
Komentar