Tiga Patung Menjulang Tinggi Dibangun Jadi Ikon Bali Maritime Tourism Hub
Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa Diproyeksi Terima 367.000 Wisatawan Pesiar di Tahun 2024
Patung yang dibangun di BMTH Pelabuhan Benoa, masing-masing Patung Catur Muka setinggi 26 meter, Patung Pemutaran Mandara Giri setinggi 24 meter, dan Patung Be Barong setinggi 23 meter.
DENPASAR, NusaBali
Tiga patung menjulang tinggi dibangun sebagai ikon Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan yang tengah dikembangkan menjadi Bali Maritime Tourism Hub. Ketiga patung tersebut, masing-masing Patung Be Barong, Patung Catur Muka, dan Patung Pemutaran Mandara Giri. Dengan keberadaan tiga patung ini, wisatawan kapal pesiar yang ditarget datang sebanyak 367.000 orang pada tahun 2024 mendatang akan semakin terkesan dengan kunjungannya.
Ketiga patung yang tengah dalam penggarapan di areal Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini dipasang berjejer. Patung Be Barong (Ikan Barong) dipasang paling utara, tepatnya di sebelah selatan pintu masuk Pelabuhan Benoa. Sedangkan Patung Catur Muka dipasang di tengah-tengah, dalam jarak sekitar 100 meter arah selatan dari Patung Be Barong. Sementara Patung Pemutaran Mandara Giri dipasang paling selatan dalam jarak 100 meter dari Patung Catur Muka.
Ketiga patung yang akan jadi ikon Bali Maritime Tourism Board di Pelabuhan Benoa ini memiliki tinggi berbeda-beda. Patung Catur Muka paling tinggi sekitar 26 meter, termasuk pondasi dan tatakannya. Sedangkan Patung Mandara Giri tingginya mencapai 24 meter. Sebaliknta, Patung Be Barong dibangun dengan tinggu sekitar 23 meter.
Ketiga patung untuk ikon Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini diarsiteki oleh I Wayan Winten, 60, seniman patung asal Banjar Teges, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Menurut Wayan Winten, Patung Be Barong, Patung Catur Muka, dan Patung Pemuteran Mandara Giri tersebut dibangun dengan tema yang sesuai dengan keberadaan Pelabuhan Benoa yang dikembangkan sebagai ka-wasan wisata dan sekaligus pusat industri perikanan.
Wayan Winten menyebutkan, Patung Be Barong yang dipasang di posisi paling utara didasarkan atas konsep apa yang ada di darat dan ada pula di laut. Dia mencontohkan beberapa jenis satwa, seperti gajah, yang di laut juga ada Gajah Mina. Demikian pula singa, yang di laut ada pula Lion Fish atau Be Barong.
Sedangkan Patung Catur Muka, kata Wayan Winten, menunjukkan ekspresi manusia yang marah, setengah marah (gedeg), ngerem (geram), dan tersenyum (senang). “Namun, setelah diperciki tirta, semua menjadi tenang,” jelas Wayan Winten saat ditemui NusaBali di areal proyek kawasan Pelabuhan Benoa, Minggu (12/) lalu.
Ekspresi tenang itu, kata Wayan Winten, diekpresikan dengan Patung Pemutaran Mandara Giri yang ditempatkan di sisi selatan. “Harapannya, orang dari berbagai penjuru dunia akan senang dan bahagia setelah berwisata serta menikmati keindahan dan keunikan alam Bali,” katanya.
Menurut Wayan Winten, pengggarapan ketiga patung yang akan menjadi ikon Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini sudah dilakukan sejak 6 bulan lalu. Pengerjaan ditargetkan rampung, Oktober 2021 depan. Pengerjaan ketiga patung tersebut melibatkan 80 pekerja, yang terdiri dari 40 ahli (pematung senior) dan 40 orang asisten.
Pematung jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta yangv kesehariannya jadi guru di SMKN 1 Sukawati, Gianyar ini mengatakan relatif tidak ada kendala teknis dalam proses pengerjaan ketiga patung ini. Yang berat, kata dia, adalah meramudan memadukan selera seniman, agar karyanya tersebut memuaskan bagi mereka yang menyaksikannya.
Pantauan NusaBali, penggarapan Patung Be Barong, Patung Catur Muka, dan Patung Pemutaran Mandara Giri di Pelabuhan Benoa sudah mendekati rampung. Penggarapan Patung Pemutaran Mandara Giri yang menjulang setinggi 24 meter, misalnya, kini sudah mencapai 90 persen. “Tinggal membuka perantos dan pengecatan saja,” jelas Wayan Winten.
Sedangkan penggarapan Patung Catur Muka, saat ini tengah siap-siap untuk menyatukan dari tiga bagian (modul) yang dibuat terpisah, yakni bagian muka (wajah), bagian mahkota, dan tatakannya. “Nanti dipasang menggunakan crane,” katanya.
Sementara itu, anggota Kelompok Ahli Gubenur Bali, Dr Ir I Wayan Kastawan ST MA Eng, menyatakan Bali Tourism Hub (BMTH) di Pelabuhan Benoa akan menjadi Home Port Cruise (Pelabuhan Kapal Pesiar) terbesar di Indonesia. BMTH yang dibangun sejak tahun 2020 ditarget rampung pada 2023 mendatang. Nah, pada tahun 2024, kawasan ini diharapkan mampu menerima kunjungan 367.000 penumpang kapal pesiar.
Menurut Kastawan, BMTH di Pelabuhan Benoa terbagi dalam 5 zona pengembangan. Pertama, Zona Pengembangan Segara Kerthi. Kedua, Zona Pengembangan Wana Kerthi. Ketiga, Zona Eksisting Benoa I, II, III Jagat Kerthi. Keempat, Zona Pengembangan Atma Kerthi dan Jana Kerthi. Kelima, Zona Pengembangan Bali Tenten dan Danu Kerthi.
Kastawan menyebutkan, ada 4 art work monumental ketika memasuki Candi Bentar setinggi 18 meter di sisi utara. Candi Bentar itu dengan relief Pencarian Tirta Amerta oleh Garuda untuk membebaskan perbudakan ibunya, Winata, oleh para naga. Kemudian, relief pencarian Tirta Kamandalu oleh Bimasena. “Teks ini ditransformasikan dalam gubahan desain artwork di koridor utama BMTH,” ujar akademisi dari Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Unud ini.
Setelah Candi Bentar, ada Patung Be Barong (Makara) sebagai simbol kebenaran, simbol penyucian jiwa raga. ”Kebenaran-lah mesti dipegang teguh dalam kehidupan di alam semesta raya ini,” jelas Kastawan.
Selanjutnya, Cultural Stage yang dilengkapi relief Tantri tentang kisah binatang yang berisi pesan etika dalam kehidupan. Patung Catur Muka, dengan empat wajah yang mengarah ke empat penjuru mata angin Catur Loka Pala, kata Kastawan, menandakan manusia dihadapkan pada pilihan kanan-kiri atau lurus menuju tujuan kehidupan sejati. *k17
Ketiga patung yang tengah dalam penggarapan di areal Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini dipasang berjejer. Patung Be Barong (Ikan Barong) dipasang paling utara, tepatnya di sebelah selatan pintu masuk Pelabuhan Benoa. Sedangkan Patung Catur Muka dipasang di tengah-tengah, dalam jarak sekitar 100 meter arah selatan dari Patung Be Barong. Sementara Patung Pemutaran Mandara Giri dipasang paling selatan dalam jarak 100 meter dari Patung Catur Muka.
Ketiga patung yang akan jadi ikon Bali Maritime Tourism Board di Pelabuhan Benoa ini memiliki tinggi berbeda-beda. Patung Catur Muka paling tinggi sekitar 26 meter, termasuk pondasi dan tatakannya. Sedangkan Patung Mandara Giri tingginya mencapai 24 meter. Sebaliknta, Patung Be Barong dibangun dengan tinggu sekitar 23 meter.
Ketiga patung untuk ikon Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini diarsiteki oleh I Wayan Winten, 60, seniman patung asal Banjar Teges, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Menurut Wayan Winten, Patung Be Barong, Patung Catur Muka, dan Patung Pemuteran Mandara Giri tersebut dibangun dengan tema yang sesuai dengan keberadaan Pelabuhan Benoa yang dikembangkan sebagai ka-wasan wisata dan sekaligus pusat industri perikanan.
Wayan Winten menyebutkan, Patung Be Barong yang dipasang di posisi paling utara didasarkan atas konsep apa yang ada di darat dan ada pula di laut. Dia mencontohkan beberapa jenis satwa, seperti gajah, yang di laut juga ada Gajah Mina. Demikian pula singa, yang di laut ada pula Lion Fish atau Be Barong.
Sedangkan Patung Catur Muka, kata Wayan Winten, menunjukkan ekspresi manusia yang marah, setengah marah (gedeg), ngerem (geram), dan tersenyum (senang). “Namun, setelah diperciki tirta, semua menjadi tenang,” jelas Wayan Winten saat ditemui NusaBali di areal proyek kawasan Pelabuhan Benoa, Minggu (12/) lalu.
Ekspresi tenang itu, kata Wayan Winten, diekpresikan dengan Patung Pemutaran Mandara Giri yang ditempatkan di sisi selatan. “Harapannya, orang dari berbagai penjuru dunia akan senang dan bahagia setelah berwisata serta menikmati keindahan dan keunikan alam Bali,” katanya.
Menurut Wayan Winten, pengggarapan ketiga patung yang akan menjadi ikon Bali Maritime Tourism Hub di Pelabuhan Benoa ini sudah dilakukan sejak 6 bulan lalu. Pengerjaan ditargetkan rampung, Oktober 2021 depan. Pengerjaan ketiga patung tersebut melibatkan 80 pekerja, yang terdiri dari 40 ahli (pematung senior) dan 40 orang asisten.
Pematung jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta yangv kesehariannya jadi guru di SMKN 1 Sukawati, Gianyar ini mengatakan relatif tidak ada kendala teknis dalam proses pengerjaan ketiga patung ini. Yang berat, kata dia, adalah meramudan memadukan selera seniman, agar karyanya tersebut memuaskan bagi mereka yang menyaksikannya.
Pantauan NusaBali, penggarapan Patung Be Barong, Patung Catur Muka, dan Patung Pemutaran Mandara Giri di Pelabuhan Benoa sudah mendekati rampung. Penggarapan Patung Pemutaran Mandara Giri yang menjulang setinggi 24 meter, misalnya, kini sudah mencapai 90 persen. “Tinggal membuka perantos dan pengecatan saja,” jelas Wayan Winten.
Sedangkan penggarapan Patung Catur Muka, saat ini tengah siap-siap untuk menyatukan dari tiga bagian (modul) yang dibuat terpisah, yakni bagian muka (wajah), bagian mahkota, dan tatakannya. “Nanti dipasang menggunakan crane,” katanya.
Sementara itu, anggota Kelompok Ahli Gubenur Bali, Dr Ir I Wayan Kastawan ST MA Eng, menyatakan Bali Tourism Hub (BMTH) di Pelabuhan Benoa akan menjadi Home Port Cruise (Pelabuhan Kapal Pesiar) terbesar di Indonesia. BMTH yang dibangun sejak tahun 2020 ditarget rampung pada 2023 mendatang. Nah, pada tahun 2024, kawasan ini diharapkan mampu menerima kunjungan 367.000 penumpang kapal pesiar.
Menurut Kastawan, BMTH di Pelabuhan Benoa terbagi dalam 5 zona pengembangan. Pertama, Zona Pengembangan Segara Kerthi. Kedua, Zona Pengembangan Wana Kerthi. Ketiga, Zona Eksisting Benoa I, II, III Jagat Kerthi. Keempat, Zona Pengembangan Atma Kerthi dan Jana Kerthi. Kelima, Zona Pengembangan Bali Tenten dan Danu Kerthi.
Kastawan menyebutkan, ada 4 art work monumental ketika memasuki Candi Bentar setinggi 18 meter di sisi utara. Candi Bentar itu dengan relief Pencarian Tirta Amerta oleh Garuda untuk membebaskan perbudakan ibunya, Winata, oleh para naga. Kemudian, relief pencarian Tirta Kamandalu oleh Bimasena. “Teks ini ditransformasikan dalam gubahan desain artwork di koridor utama BMTH,” ujar akademisi dari Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Unud ini.
Setelah Candi Bentar, ada Patung Be Barong (Makara) sebagai simbol kebenaran, simbol penyucian jiwa raga. ”Kebenaran-lah mesti dipegang teguh dalam kehidupan di alam semesta raya ini,” jelas Kastawan.
Selanjutnya, Cultural Stage yang dilengkapi relief Tantri tentang kisah binatang yang berisi pesan etika dalam kehidupan. Patung Catur Muka, dengan empat wajah yang mengarah ke empat penjuru mata angin Catur Loka Pala, kata Kastawan, menandakan manusia dihadapkan pada pilihan kanan-kiri atau lurus menuju tujuan kehidupan sejati. *k17
Komentar