Novanto Semakin Tersudut
Sehari setelah transkrip rekaman pembicaraan ‘papa minta saham’ diperdengarkan di sidang MKD, Ketua DPR menghilang bak ditelan bumi.
Bos Freeport Benarkan Ketua DPR Minta Saham
JAKARTA, NusaBali
Ketua DPR Setya Novanto semakin tersudut, setelah kasus dugaan pencatutan nama Presiden dan Wapres yang dilakukannya terkait ‘papa minta saham’ secara spartan digelar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Novanto bak terjengkang KO, karena dalam kesasksiannya persidangan MKD, Kamis (3/12), Presdir PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, membenarkan Ketua DPR memang minta saham sesuai transkrip rekaman pembicaraan yang diperdengarkan di sidang malam sebelumnya.
Maroef Sjamsoeddin menegaskan, transkrip rekaman yang diperdengarkan dalam sidang MKD, Rabu (2/12) malam, saat menghadirkan pelapor Menteri ESDM Sudirman Said sebagai saksi, memang benar adanya. Rekaman itu sama dengan yang dimilikinya. Tidak ada diedit sama sekali, karena dia sendiri yang merekam pembicaraan dengan Novanto dan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid. "Dalam pembicaraan itu, tidak ada yang dikurangi, seperti apa yang diperdengarkan kemarin malam," kata Maroef di dalam kesaksiannya di sidang MKD di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis kemarin.
Maroef mengaku merekam sendiri pembicaraan dengan Novanto dan Riza Chalid menggunakan ponsel. Kala itu, ponsel dia taruh di atas meja dengan posisi recording. Perekaman itu tanpa disadari Novanto dan Riza. Perekaman pembicaraan itu dilakukan saat Novanto kembali mengajak Maroef bertemu untuk ketiga kalinya di Lantaiu 21 Hotel Ritz Carlton Jakarta, 8 Juni 2015.
Sebulan sebelumnya, Maroef dan Novanto melakukan pertemuan kedua di tempat yang sama, 13 Mei 2015. Dalam pertemuan kedua itulah, Novanto memperkenalkan Riza Chalid kepada Maroef. Dari situ, muncul kecurigaan, sampai akhirnya Maroef pilih merekam pembocaraan dalam pertemuan sebulan berikutnya di tempat yang sama.
"Pertemuan kedua, tempat ditentukan oleh Pak Ketua DPR melalui staf dan saya mengikuti sesuai permintaan itu. Maka, pertemuan 13 Mei 2015 ini ditentukan tempatnya ini adalah di Hotel Ritz Carlton di Lantai 21. Seingat saya dalam catatan di sini staf dari Pak Setya Novanto ini bernama Dina. Dan staf saya bernama Tedi, kemudian dilakukan pertemuan kedua," kenang Maroef.
"Karena kalau naik ke Lantai 21 harus pakai akses, ya kemudian staf saya Tedi berkomunikasi dengan ajudan Pak Setya Novanto bernama Edison, meminta saya menunggu di lobi agar saya bisa ikut naik," imbuhnya. Namun, saat tiba di ruang rapat di Lantai 21 Hotel Ritz Carlton, ternyata Novanto tidak sendirian, melainkan didampingi temannya yang diperkenalkan sebagai Muhammad Riza Chalid.
Pertemuan itu berjalan sangat santai. Awalnya, pembicaraan seputar bisnis Freeport, kemudian soal rencana pembangunan smelter. "Pertemuan itu berjalan lebih kurang satu jam-an dan ada materi pembahasan peluang bisnis di Freeport. Kemudian, juga soal smelter dan perpanjangan kontrak," katanya.
Di akhir pertemuan kedua inilah, Maroef mulai menaruh curiga karena Novanto mulai menyinggung perpanjangan kontrak Freeport. Dalam pertemuan itu, Novanto dan Riza yang berinisiatif membahas soal perpanjangan kontrak. Namun, pembahasan belum mendalam. Novanto dan Riza pun berinisiatif mengajak bertemu lagi. “Tapi, saya tidak menanggapi.”
Usai pertemuan, Maroef mulai memikirkan pertemuan kedua itu. Maroef heran mengapa Riza Chalid diajak? "Insting saya berjalan, kenapa pembahasan soal itu (smelter dan perpanjangan kontrak) dibahas bersama seorang pengusaha," ujar Eks Waka BIN ini.
Singkat cerita, terjadi pertemuan lanjutan, 8 Juni 2015. Yang menentukan tempat waktu pertemuan lagi-lagi staf Novanto. "Kebetulan, saat itu saya bisa datang dan hampir bersamaan dengan Ketua DPR, kemudian staf Saudara Riza, Wieke, mengatakan Riza terlambat datang. Saya menunggu di lobi, kemudian saya bertemu Riza dan Bapak Ketua DPR," kata Maroef.
Selanjutnya...
1
2
Komentar