Usul Serapan Tenaga Kerja hingga Perlindungan Kawasan Suci
Masuk Kawasan Inti dan Penyangga Bandara Bali Baru, 4 Desa Bertetangga di Gerokgak Antusias
Perbekel Sumberkelampok, Wayan Sawitra Yasa, wanti-wanti kepada warganya agar tidak tergoda dengan calo tanah. Intinya, masyarakat diingatkan tidak menjual lahan yang saat ini sudah menjadi hak milik penuh
SINGARAJA, NusaBali
Masyarakat dari 4 desa bertetangga di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, yakni Desa Sumberkelampok, Desa Pemuteran, Desa Pejarakan, dan Desa Sumberkima sambut antusias rencana pembangunan Bandara Bali Baru. Pasalnya, desa mereka akan jadi kawasan inti dan kawasan penyangga bandara internasional yang rencananya dibangun di Desa Sumberkelampok tersebut. Pemerintah keempat desa mengusulkan ada serapan tenaga kerja lokal dan perlindungan kawasan suci dalam pemba-ngunan bandara ini.
Sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bandara Bali Baru yang kini tengah disusun pemerintah pusat, Desa Sumberklampok akan menjadi kawasan inti bandara. Sedangkan Desa Sumberkima, Desa Pejarakan, dan Desa Pemuteran masuk sebagai kawasan penyangga bandara.
Maka, pengembangan kawasan Bandara Bali Baru nantinya akan difokuskan di tiga desa penyangga tersebut. Pengembangan kawasan bandara ini terutama untuk pengembangan pariwisata, perdagangan, dan jasa. Sejumlah struktur ruang juga dirancang untuk menunjang keberadaan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok, yang diprediksi dapat menyerap 5.000 tenaga kerja. Rancangan itu mulai dari jaringan transportasi energi kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan drainase, persampahan, hingga pengelolaan air limbah.
Kepala Desa (Perbekel) Sumberkelampok, Wayan Sawitra Yasa, mengatakan sejauh ini warganya masih fokus mengurus penyertifikan lahan pekarangan dan lahan garapan yang sudah diperjuangkan puluhan tahun. Namun, Sawitra Yasa tidak memungkiri rencana pembangunan bandara di desanya ini sudah berhembus dan sampai ke warga setemnpat. Mereka pun menyambut antusias rencana pembangunan bandara.
“Program Strategis Nasional ini (rencana pembangunan bandara, Red) memang sudah ada sosialisasi melalui FGD, sepekan lalu. Masyarakat kami menyambut baik dan siap melepas lahan, asalkan nanti nilai ganti ruginya sesuai. Dari petanya, ada sekitar 200 hektare lahan warga kami di Desa Sumberkelampok yang masuk ke zona bandara,” jelas Sawitra Yasa saat dihubungi NusaBali, Minggu (12/9) lalu.
Selain menyoal pembiayaan dan ganti rugi lahan dengan nilai yang pantas, Sawitra Yasa juga ingin jika proyek bandara nanti berjalan, agar ada pelibatan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja. “Kami ingin agar masyarakat kami diberdayakan. Bagaimana pun kalau bandara jadi, akan banyak warga yang kehilangan mata pencaharian, karena lahan garapannya jadi bandara. Kami mohon warga kami diprioritaskan, jangan sampai yang punya lahan justru jadi penonton,” harap Sawitra Yasa.
Untuk mengantisipasi pergerakan calo tanah yang pasti akan bersliweran, Sawitra Yasa mengaku sudah berpesan kepada warga Desa Sumberkelampok sejak awal penyerahan Sertifikat Hak Milik (SHM) pekarangan, Juni 2021 lalu. Dia mewanti-wanti kepada masyarakat tidak menjual lahan yang saat ini sudah menjadi hak milik penuh. “Kami sudah ingatkan warga, biar tidak menyesal, karena perjuangannya sangat panjang,” jelas Sawitra Yasa.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Sumberkima I Nengah Wirta dan Perbekel Pemuteran, I Nyoman Arnawa. Sebagai kawasan penyangga bandara, pemerintah desa setempat sepenuhnya mendukung PSN Bandara Bali Baru di Desa Sumberklampok. Mereka pun meminta agar penyerapan tenaga kerja mengutamakan SDM lokal.
“Sesuai pemaparan konsultan perencana saat FGD kemarin, jika bandara ini jadi, bisa menyerap 5.000 tenaga kerja. Kami pasti minta hak sebagai daerah penyangga soal penyerapan tenaga kerja ini,” ujar Perbekel Sumberkima, Nengah Wirta, saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah.
Sedangkan Perbekel Pemuteran, Nyoman Arnawa, mengaku akan memperjuangkan kawasan suci di seputaran Desa Pemuteran, agar tetap dijaga dalam pembangunan Bandara Bali Baru ini. Terlebih, dalam pemaparan materi teknis RDTR Bandara Bali Baru, nantinya akan dibangun Jalan Lingkar di Desa Pemuteran untuk menunjang pengem-bangan pariwisata.
Menurut Arnawa, pembangunan bandara memang memerlukan kajian lebih detail, gterutama soal sarana pendukung berupa jalan lingkar. Harapannya, sejumlah pura yang ada di Desa Pemuteran tidak kena proyek tersebut. Selain itu, juga diucarikan solusi untuk saluran air hujan di Desa Pemuteran, yang saat musim hujan sering memicu banjir.
Pemerintah desa setempat, kata Arnawa, menginginkan pembuangan air hujan dan air bah pada drainase ada tempat penampungan dan juga penyaringan. Dengan begitu, air bah dan air hujan yang bermuara ke laut tetap bersih dan aman untuk biota perairan Desa Pemuteran.
“Kami sebagai desa penyangga bandara si tidak ada masalah. Kami siap mendukung program pemerintah. Sebagai desa yang sudah berkembang di sektor pariwisata, jika memang bandara ini jadi dibangun, kami kami akan jadi lebih baik dengan potensi peningkatan kunjungan,” papar Arnawa.
Arnawa menyebutkan, sejauh ini rencana pembangunan Bandara Bali Baru di Desa Sumberklampok belum berdampak langsung kepada warganya, terutama terkait jual-beli tanah.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sebelumnya mengatakan, pembangunan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok sudah masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN). Karenanya, proyek ini diharapkan berjalan dengan lancar. “Ini sesuai dengan prioritas arahan nasional yang dikeluarkan Presiden. Jadi, tidak ada lagi orang-orang yang menghalangi pembangunan Bandara Bali Baru di Buleleng ini,” tegas Agus Suradnyana, beberapa waktu lalu.
Mnurut Agus Suradnyana, keberadaan bandara internasional di Desa Sumberkelampok akan memberikan keseimbangan sektor pariwisata antara Bali Selatan dan Bali Utara. Terlebih, saat ini struktur ekonomi makro Bali telah bergeser dari pertanian ke industri pariwisata. “Kearifan lokal di bidang sosial dan budaya menjadi penting untuk men-jaga ketahanan ekonomi Bali secara makro,” katanya. *k23
Sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bandara Bali Baru yang kini tengah disusun pemerintah pusat, Desa Sumberklampok akan menjadi kawasan inti bandara. Sedangkan Desa Sumberkima, Desa Pejarakan, dan Desa Pemuteran masuk sebagai kawasan penyangga bandara.
Maka, pengembangan kawasan Bandara Bali Baru nantinya akan difokuskan di tiga desa penyangga tersebut. Pengembangan kawasan bandara ini terutama untuk pengembangan pariwisata, perdagangan, dan jasa. Sejumlah struktur ruang juga dirancang untuk menunjang keberadaan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok, yang diprediksi dapat menyerap 5.000 tenaga kerja. Rancangan itu mulai dari jaringan transportasi energi kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan drainase, persampahan, hingga pengelolaan air limbah.
Kepala Desa (Perbekel) Sumberkelampok, Wayan Sawitra Yasa, mengatakan sejauh ini warganya masih fokus mengurus penyertifikan lahan pekarangan dan lahan garapan yang sudah diperjuangkan puluhan tahun. Namun, Sawitra Yasa tidak memungkiri rencana pembangunan bandara di desanya ini sudah berhembus dan sampai ke warga setemnpat. Mereka pun menyambut antusias rencana pembangunan bandara.
“Program Strategis Nasional ini (rencana pembangunan bandara, Red) memang sudah ada sosialisasi melalui FGD, sepekan lalu. Masyarakat kami menyambut baik dan siap melepas lahan, asalkan nanti nilai ganti ruginya sesuai. Dari petanya, ada sekitar 200 hektare lahan warga kami di Desa Sumberkelampok yang masuk ke zona bandara,” jelas Sawitra Yasa saat dihubungi NusaBali, Minggu (12/9) lalu.
Selain menyoal pembiayaan dan ganti rugi lahan dengan nilai yang pantas, Sawitra Yasa juga ingin jika proyek bandara nanti berjalan, agar ada pelibatan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja. “Kami ingin agar masyarakat kami diberdayakan. Bagaimana pun kalau bandara jadi, akan banyak warga yang kehilangan mata pencaharian, karena lahan garapannya jadi bandara. Kami mohon warga kami diprioritaskan, jangan sampai yang punya lahan justru jadi penonton,” harap Sawitra Yasa.
Untuk mengantisipasi pergerakan calo tanah yang pasti akan bersliweran, Sawitra Yasa mengaku sudah berpesan kepada warga Desa Sumberkelampok sejak awal penyerahan Sertifikat Hak Milik (SHM) pekarangan, Juni 2021 lalu. Dia mewanti-wanti kepada masyarakat tidak menjual lahan yang saat ini sudah menjadi hak milik penuh. “Kami sudah ingatkan warga, biar tidak menyesal, karena perjuangannya sangat panjang,” jelas Sawitra Yasa.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Sumberkima I Nengah Wirta dan Perbekel Pemuteran, I Nyoman Arnawa. Sebagai kawasan penyangga bandara, pemerintah desa setempat sepenuhnya mendukung PSN Bandara Bali Baru di Desa Sumberklampok. Mereka pun meminta agar penyerapan tenaga kerja mengutamakan SDM lokal.
“Sesuai pemaparan konsultan perencana saat FGD kemarin, jika bandara ini jadi, bisa menyerap 5.000 tenaga kerja. Kami pasti minta hak sebagai daerah penyangga soal penyerapan tenaga kerja ini,” ujar Perbekel Sumberkima, Nengah Wirta, saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah.
Sedangkan Perbekel Pemuteran, Nyoman Arnawa, mengaku akan memperjuangkan kawasan suci di seputaran Desa Pemuteran, agar tetap dijaga dalam pembangunan Bandara Bali Baru ini. Terlebih, dalam pemaparan materi teknis RDTR Bandara Bali Baru, nantinya akan dibangun Jalan Lingkar di Desa Pemuteran untuk menunjang pengem-bangan pariwisata.
Menurut Arnawa, pembangunan bandara memang memerlukan kajian lebih detail, gterutama soal sarana pendukung berupa jalan lingkar. Harapannya, sejumlah pura yang ada di Desa Pemuteran tidak kena proyek tersebut. Selain itu, juga diucarikan solusi untuk saluran air hujan di Desa Pemuteran, yang saat musim hujan sering memicu banjir.
Pemerintah desa setempat, kata Arnawa, menginginkan pembuangan air hujan dan air bah pada drainase ada tempat penampungan dan juga penyaringan. Dengan begitu, air bah dan air hujan yang bermuara ke laut tetap bersih dan aman untuk biota perairan Desa Pemuteran.
“Kami sebagai desa penyangga bandara si tidak ada masalah. Kami siap mendukung program pemerintah. Sebagai desa yang sudah berkembang di sektor pariwisata, jika memang bandara ini jadi dibangun, kami kami akan jadi lebih baik dengan potensi peningkatan kunjungan,” papar Arnawa.
Arnawa menyebutkan, sejauh ini rencana pembangunan Bandara Bali Baru di Desa Sumberklampok belum berdampak langsung kepada warganya, terutama terkait jual-beli tanah.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sebelumnya mengatakan, pembangunan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok sudah masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN). Karenanya, proyek ini diharapkan berjalan dengan lancar. “Ini sesuai dengan prioritas arahan nasional yang dikeluarkan Presiden. Jadi, tidak ada lagi orang-orang yang menghalangi pembangunan Bandara Bali Baru di Buleleng ini,” tegas Agus Suradnyana, beberapa waktu lalu.
Mnurut Agus Suradnyana, keberadaan bandara internasional di Desa Sumberkelampok akan memberikan keseimbangan sektor pariwisata antara Bali Selatan dan Bali Utara. Terlebih, saat ini struktur ekonomi makro Bali telah bergeser dari pertanian ke industri pariwisata. “Kearifan lokal di bidang sosial dan budaya menjadi penting untuk men-jaga ketahanan ekonomi Bali secara makro,” katanya. *k23
1
Komentar