Elpiji Bakal Impor dari AS
Impor elpiji dari AS dinilai lebih efisien. Apalagi kebutuhan elpiji impor yang 99 persen berasal dari Timur Tengah, pasokannya kian berkurang.
JAKARTA, NusaBali
Konsumsi elpiji nasional terus meningkat setiap tahunnya. Untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi ini, PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor elpiji dari Amerika Serikat. Hal ini dilakukan karena suplai elpiji dari negara-negara Timur Tengah sudah mulai menurun.
Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S Purba mengatakan produksi elpiji nasional belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi dari lapangan migas Pertamina dan kontraktor lainnya hanya sanggup memasok 30 persen konsumsi dalam negeri.
Oleh karena itu, Pertamina harus mengimpor elpiji untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Tahun lalu, porsi impor dalam konsumsi nasional sebesar 66,3 persen. Sedangkan tahun ini meningkat menjadi 70 persen atau sekitar 5 juta metrik ton per tahun. "Kita semakin tergantung impor," ujar dia dalam LPG Indonesia Forum 2017 di Jakarta, Selasa (17/1).
Selama ini sekitar 99 persen pasokan elpiji Pertamina berasal dari negara-negara Timur Tengah. Masalahnya pasokan dari negara-negara tersebut semakin berkurang. Makanya Pertamina pun harus mencari negara lain, seperti Amerika Serikat, yang bisa mensuplai kebutuhan elpiji dalam negeri.
Daniel menjelaskan elpiji dari Amerika mulai masuk ke Asia Pasifik berkat adanya Terusan Panama yang sudah beroperasi penuh sejak tahun lalu. Hal ini membuat pengiriman elpiji dari AS tidak memakan waktu lama.
Dia mencontohkan, jika sebelumnya pengiriman elpiji dari AS berkisar 1,5 bulan, kini bisa ditempuh kurang dari sebulan ke wilayah Asia Pasifik. Karena waktu tempuhnya menjadi singkat, biaya angkutnya pun semakin rendah. Namun dia belum bisa memprediksi berapa volume gas elpiji yang akan diimpor dari negara tersebut.
Pertamina juga berharap harga elpiji dari AS bisa lebih menarik. Menurutnya, harga elpiji di AS berdasarkan patokan harga Mons Belgium Price. Harganya berkorelasi dengan harga jual gas di negara tersebut yang selalu berubah. "Fluktuasi ini yang berdampak, suatu saat elpiji AS sangat murah dan berkompetisi dengan elpiji dari Timur Tengah," kata dia.
Direktur Pembinaan Hilir Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami menyebutkan konsumsi elpiji tahun 2016 sebesar 6,57 juta metrik ton, sedangkan impornya mencapai 4,5 juta metrik ton. kenaikan konsumsi elpiji meningkat 13 persen setiap tahunnya.
Sementara Wakil Direktur Pertamina Ahmad Bambang mengatakan tahun ini diperkirakan konsumsi elpiji mencapai 7 juta metrik ton, atau naik 700 persen dari konsumsi tahun 2007 yang saat itu baru mencapai 1 juta metrik ton saja. *
Konsumsi elpiji nasional terus meningkat setiap tahunnya. Untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi ini, PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor elpiji dari Amerika Serikat. Hal ini dilakukan karena suplai elpiji dari negara-negara Timur Tengah sudah mulai menurun.
Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S Purba mengatakan produksi elpiji nasional belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi dari lapangan migas Pertamina dan kontraktor lainnya hanya sanggup memasok 30 persen konsumsi dalam negeri.
Oleh karena itu, Pertamina harus mengimpor elpiji untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Tahun lalu, porsi impor dalam konsumsi nasional sebesar 66,3 persen. Sedangkan tahun ini meningkat menjadi 70 persen atau sekitar 5 juta metrik ton per tahun. "Kita semakin tergantung impor," ujar dia dalam LPG Indonesia Forum 2017 di Jakarta, Selasa (17/1).
Selama ini sekitar 99 persen pasokan elpiji Pertamina berasal dari negara-negara Timur Tengah. Masalahnya pasokan dari negara-negara tersebut semakin berkurang. Makanya Pertamina pun harus mencari negara lain, seperti Amerika Serikat, yang bisa mensuplai kebutuhan elpiji dalam negeri.
Daniel menjelaskan elpiji dari Amerika mulai masuk ke Asia Pasifik berkat adanya Terusan Panama yang sudah beroperasi penuh sejak tahun lalu. Hal ini membuat pengiriman elpiji dari AS tidak memakan waktu lama.
Dia mencontohkan, jika sebelumnya pengiriman elpiji dari AS berkisar 1,5 bulan, kini bisa ditempuh kurang dari sebulan ke wilayah Asia Pasifik. Karena waktu tempuhnya menjadi singkat, biaya angkutnya pun semakin rendah. Namun dia belum bisa memprediksi berapa volume gas elpiji yang akan diimpor dari negara tersebut.
Pertamina juga berharap harga elpiji dari AS bisa lebih menarik. Menurutnya, harga elpiji di AS berdasarkan patokan harga Mons Belgium Price. Harganya berkorelasi dengan harga jual gas di negara tersebut yang selalu berubah. "Fluktuasi ini yang berdampak, suatu saat elpiji AS sangat murah dan berkompetisi dengan elpiji dari Timur Tengah," kata dia.
Direktur Pembinaan Hilir Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami menyebutkan konsumsi elpiji tahun 2016 sebesar 6,57 juta metrik ton, sedangkan impornya mencapai 4,5 juta metrik ton. kenaikan konsumsi elpiji meningkat 13 persen setiap tahunnya.
Sementara Wakil Direktur Pertamina Ahmad Bambang mengatakan tahun ini diperkirakan konsumsi elpiji mencapai 7 juta metrik ton, atau naik 700 persen dari konsumsi tahun 2007 yang saat itu baru mencapai 1 juta metrik ton saja. *
Komentar