Jembatan Tukad Saba Dijanjikan Tahun Ini
Tim BWS Bali-Penida masih mengidentifikasi lokasi dan menjanjikan pembangunan jembatan tahun ini sehingga bisa digunakan oleh siswa SDN 5 Ringdikit
Diprediksi Telan Biaya Rp 1 Miliar
SINGARAJA, NusaBali
Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida meninjau langsung dam Tukad Saba, Selasa (17/1), yang selama ini menjadi lokasi penyeberangan puluhan siswa SDN 5 Ringdikit.
Dalam kunjungannya yang diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi dan Rawa BWS Bali-Penida menyanggupi akan dibangun jembatan penyeberangan bagi warga yang selama ini menggunakan akses terdekat dengan menyeberang sungai.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh PPK Irigasi dan Rawa BWS Bali-Penida Made Deni yang didampingi oleh sejumlah stafnya mengatakan bahwa kedatangannya untuk mengidentfikasi, mengecek sebelum diputuskan jembatan penyeberangan tersebut akan dibangun atau tidak. “Harus diidentifikasi dulu dari debit air, bangunan dam dan struktur tanah. Tentu tidak serta merta membangun dengan cepat. Biar tidak ke depannya menimbulkan dampak yang tidak baik,” ungkap dia.
Ia yang ditemui di lokasi siang kemarin belum dapat menjawab dengan pasti bagaimana dan dimana tepatnya jembatan penyeberangan yang akan dibangun. Yang jelas jembatan tersebut diupayakan akan dibangun tahun ini dengan menggandeng sejumlah konsultan perencanaan sehingga jembatan penyeberangan yang akan dibangun memiliki desain yang baik.
Ditanya soal anggaran jika melihat bentangan sungai Saba sepanjang 50 meter dengan konstruksi beton, sebuah jembatan penyeberangan dengan lebar 1,5 meter menghabiskan anggaran minimal Rp 1 miliar. Hal tersebut pun kembali akan diputuskan sesuai dengan hasil pengkajian tim yang diturunkan BWS Bali-Penida.
Sedangkan lambannya penanganan kasus tersebut dikatakannya semua pembangunan yang kewenangannya ada di BWS, bisa berpengaruh terhadap keadaan sosial lingkungan di kawasan tersebut. “Mungkin dulu ketika dam ini dibangun di tahun delapan puluhan, perkembangan masyarakat belum sebanyak ini,” kata dia.
Untuk penanganan sementara puluhan siswa dan warga di sekitar sungai masih menggunakan tali darurat yang dibuat oleh Polsek Seririt untuk membantu penyeberangan sepanjang 50 meter di sungai Saba. Sambil menunggu pembangunan jembatan penyebrangan dari BWS, pemerintah Provinsi Bali juga berjanji akan membangunkan jembatan darurat dari kayu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng Ketut Suparta Wijaya yang mendampingi pihak BWS bersama dengan Perbekel Lokapaksa Wayan Ariadi, mengapresiasi BWS yang sudah merespon pengajuan dari masyarakat melalui Dinas PUPR pada Bulan Mei 2016 lalu. Pihaknya pun berharap, pembangunan jembatan penyeberangan dari BWS dan jembatan darurat kayu dari Pemprov Bali segera diwujudkan.
Sehingga kekhawatiran selama ini atas risiko yang dihadapi oleh puluhan siswa SDN 5 Ringdikit yang sebagian berasal dari Desa Lokapaksa, Kecamatan Seriirt, Buleleng dapat diredam. Sebelumnya diberitakan puluhan siswa SDN 5 Ringdikit menyeberangi sungai Saba untuk sekolah. Hal tersebut pun sangat berisiko karena arus air sungai Saba sangat deras. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida meninjau langsung dam Tukad Saba, Selasa (17/1), yang selama ini menjadi lokasi penyeberangan puluhan siswa SDN 5 Ringdikit.
Dalam kunjungannya yang diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi dan Rawa BWS Bali-Penida menyanggupi akan dibangun jembatan penyeberangan bagi warga yang selama ini menggunakan akses terdekat dengan menyeberang sungai.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh PPK Irigasi dan Rawa BWS Bali-Penida Made Deni yang didampingi oleh sejumlah stafnya mengatakan bahwa kedatangannya untuk mengidentfikasi, mengecek sebelum diputuskan jembatan penyeberangan tersebut akan dibangun atau tidak. “Harus diidentifikasi dulu dari debit air, bangunan dam dan struktur tanah. Tentu tidak serta merta membangun dengan cepat. Biar tidak ke depannya menimbulkan dampak yang tidak baik,” ungkap dia.
Ia yang ditemui di lokasi siang kemarin belum dapat menjawab dengan pasti bagaimana dan dimana tepatnya jembatan penyeberangan yang akan dibangun. Yang jelas jembatan tersebut diupayakan akan dibangun tahun ini dengan menggandeng sejumlah konsultan perencanaan sehingga jembatan penyeberangan yang akan dibangun memiliki desain yang baik.
Ditanya soal anggaran jika melihat bentangan sungai Saba sepanjang 50 meter dengan konstruksi beton, sebuah jembatan penyeberangan dengan lebar 1,5 meter menghabiskan anggaran minimal Rp 1 miliar. Hal tersebut pun kembali akan diputuskan sesuai dengan hasil pengkajian tim yang diturunkan BWS Bali-Penida.
Sedangkan lambannya penanganan kasus tersebut dikatakannya semua pembangunan yang kewenangannya ada di BWS, bisa berpengaruh terhadap keadaan sosial lingkungan di kawasan tersebut. “Mungkin dulu ketika dam ini dibangun di tahun delapan puluhan, perkembangan masyarakat belum sebanyak ini,” kata dia.
Untuk penanganan sementara puluhan siswa dan warga di sekitar sungai masih menggunakan tali darurat yang dibuat oleh Polsek Seririt untuk membantu penyeberangan sepanjang 50 meter di sungai Saba. Sambil menunggu pembangunan jembatan penyebrangan dari BWS, pemerintah Provinsi Bali juga berjanji akan membangunkan jembatan darurat dari kayu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng Ketut Suparta Wijaya yang mendampingi pihak BWS bersama dengan Perbekel Lokapaksa Wayan Ariadi, mengapresiasi BWS yang sudah merespon pengajuan dari masyarakat melalui Dinas PUPR pada Bulan Mei 2016 lalu. Pihaknya pun berharap, pembangunan jembatan penyeberangan dari BWS dan jembatan darurat kayu dari Pemprov Bali segera diwujudkan.
Sehingga kekhawatiran selama ini atas risiko yang dihadapi oleh puluhan siswa SDN 5 Ringdikit yang sebagian berasal dari Desa Lokapaksa, Kecamatan Seriirt, Buleleng dapat diredam. Sebelumnya diberitakan puluhan siswa SDN 5 Ringdikit menyeberangi sungai Saba untuk sekolah. Hal tersebut pun sangat berisiko karena arus air sungai Saba sangat deras. *k23
1
Komentar