Yayasan Gaia Belajar Mengolah Daun Rontal
AMLAPURA, NusaBali
Yayasan Gaia Oasis Tejakula, Buleleng dikoordinasikan Yap Miow Yen bersama perwakilan petani lontar berkunjung ke Objek Wisata Museum Pustaka Lontar untuk studi banding mengolah daun rontal jadi kertas lontar untuk nyurat aksara Bali.
Bendesa Adat Dukuh Penaban, Jro Nengah Suarya mengatakan, proses pengolahannya dari pemilihan daun rontal jadi kertas lontar memerlukan waktu 1 tahun. "Mesti bersabar agar dapat kertas lontar yang berkualitas," jelas Jro Nengah Suarya, Rabu (22/9).
Jro Nengah Suarya memaparkan, prosesnya mulai dari pemilihan daun rontal yang berkualitas dengan ukurannya cukup panjang dan lebar. Lidinya dihilangkan lalu dijemur. Proses berikutnya direbus dengan campuran aneka rempah agar awet. Merebus daun rontal selama 8 jam agar bagian zat chlorophyll hilang. Langkah berikutnya, daun rontak dibilas agar lembut, direndam dengan air dingin agar chlorophyll mengambang sampai habis. Proses perendaman daun rontal selesai apabila chlorophyll habis, hingga airnya benar-benar bening.
Selanjutnya daun rontal dijemur lagi sampai kering. Terakhir dipilih-pilih sesuai ukuran kemudian daun rontal dipress biar lurus. "Mengolah daun rontal jadi kertas lontar membutuhkan waktu sekitar 1 tahun, itu kalau ingin mendapatkan daun lontar berkualitas untuk digunakan menyurat aksara Bali," jelas Jro Nengah Suarya. Bendesa Jro Nengah Suarya mengapresiasi tawaran dari Yayasan Gaia Oasis apalagi daun rontal yang dihasilkan petani dari Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng dan sekitarnya terkenal berkualitas, daunnya kebanyakan lebar-lebar. "Daun rontal yang lebar-lebar itulah yang kami butuhkan untuk kertas lontar," ungkap Jro Nengah Suarya.
Jro Nengah Suarya juga memperlihatkan kertas lontar yang sudah siap digunakan yang tergantung di Bale Sangkul Putih, bale tempat belajar nyurat aksara Bali dan menerima pengunjung.
Selama ini banyak pengunjung belajar nyurat aksara Bali. Segala fasilitas telah disiapkan, mulai dari kertas lontar, pisau, alas, dan lainnya. Ada pembimbing khusus menyurat aksara Bali di daun lontar, yang siap memberikan pelatihan, di bawah asuhan pemerhati lontar Bali, Ida I Dewa Gede Catra. "Nanti diajari caranya pegang pisau, cara duduk, cara memegang daun lontar, semuanya menggunakan perasaan. Wajib dicoba, tidak bisa dijelaskan secara teori," ungkap Jro Nengah Suarya. *k16
Komentar