Puluhan Fasilitator Ikuti Bimtek SPAB
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 40 orang perwakilan dari sejumlah instansi di Kabupaten Buleleng mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) sebagai fasilitator Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Program dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini dilaksanakan selama 3 hari dari Kamis (23/9) sampai Sabtu (25/9) di salah satu hotel kawasan Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Instansi yang dilibatkan sebagai fasilitator diantaranya BPBD Provinsi Bali, BPBD Kabupaten Buleleng, Kanwil Kementerian Agama, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng, Dinas Pemadam Kebakaran, Kantor Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng, Forum Pengurangan Resiko Bencana, Radio Nuansa Giri FM, PMI cabang Singaraja, Pramuka Kwarcab Kabupaten Buleleng, dan PHRI Kabupaten Buleleng.
Ketua Panitia Pelaksana Kastelia Medina saat pembukaan bimtek menjelaskan, seluruh peserta yang nantinya akan menjadi fasilitator SPAB akan diberikan pembekalan materi teori dan praktek. Mereka juga akan mengikuti simulasi untuk mematangkan keterampilan saat menjadi fasilitator SPAB di sekolah.
“Peserta yang mengikuti bimtek akan menjadi fasilitator yang bertugas untuk memberikan edukasi dan membangun kesiapsiagaan masyarakat secara signifikan pada satuan pendidikan,” jelas Kastelia Medina. Di akhir bimtek, seluruh fasilitator akan mengikuti simulasi di SMPN 8 Singaraja dan SMPN 3 Banjar pada Senin (27/9) mendatang.
Sementara itu, Sekda Buleleng Gede Suyasa, mewakili Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, melalui pendidikan diharapkan upaya pengurangan resiko bencana dapat maksimal. Materi tentang SPAB disebunya harus mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik.
Menurutnya, kegiatan ini dapat mendorong sekolah untuk membentuk Tim SPAB. Mantan Kadisdikpora ini juga menyebut SPAB sangat penting dibentuk di Buleleng, karena potensi bencana alam di Buleleng sangat komplek.
“Topografi Buleleng yang nyegara gunung, beberapa sekolah berpotensi terkena bencana sehingga warga sekolah harus mendapatkan edukasi. Yang kedua ada juga bencana non alam seperti Covid-19, tentu penerapan prokes, skema, dan SOP itu juga harus dipahami oleh masing-masing sekolah,” katanya. *k23
1
Komentar