PT Angkasa Pura Gelar Sosialisasi Persiapan Survei
Rencana Pembangunan Bandara di Sumberkelampok, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Rencana Pembangunan Bandara Bali Baru di Buleleng sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) terus digeber.
PT Angkasa Pura I pun sudah mulai menyambangi desa yang masuk zona rencana pembangunan bandara. Rapat persiapan rencana survei dan pengambilan data sampling digelar di Wantilan Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Kamis (30/9) siang.
Pertemuan tersebut dilakukan perwakilan PT Angkasa Pura I bersama Perbekel Desa Sumberkelampok I Wayan Sawitra Yasa, Perbekel Pejarakan Made Astawa dan sejumlah perwakilan warga setempat. Kabarnya sosialisasi dari Angkasa Pura ini akan dilakukan bertahap. Selanjutnya akan menyasar desa lainnya yang masuk zona penyangga bandara, yakni Desa Pemuteran dan Sumberkima di Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Perbekel Sumberkelampok Sawitra Yasa saat dihubungi melalui telepon, Kamis (30/9) sore mengatakan sebelum rapat digelar, pihak PT Angkasa Pura telah mengirimkan surat kepada Pemerintah Desa (Pemdes) Sumberkelampok. Dalam surat tersebut Angkasa Pura memohon izin untuk melakukan survei dengan metode penyebaran kuesioner untuk pengambilan data sampel. Selain itu juga akan dilakukan wawancara kepada sejumlah warga.
“Dari PT Angkasa Pura I tadi mensosialisasikan bahwa mereka akan melakukan studi identifikasi awal lokasi bandara yang zona intinya ada di Desa Sumberkelampok. Dalam pemaparan perwakilan Angkasa Pura, nanti akan ada pengambilan data melalui pengisian kuesioner, termasuk wawancara kepada beberapa warga kami,” jelas Sawitra.
Studi identifikasi awal ini disebut Angkasa Pura untuk mengkaji dampak ekonomi sebelum dilakukan penetapan lokasi oleh Menteri Perhubungan (Menhub) RI. Dari hasil sosialisasi awal yang menghadirkan perwakilan warganya, Sawitra menyebut masih ada yang pro dan kontra. Warga Desa Sumberkelampok masih khawatir jika mereka menyepakati pembangunan bandara akan dibedol desa (dipindah massal).
“Dari peta yang sudah pernah ditunjukkan kepada kami, bandara itu ada tepat di wilayah pemukiman inti warga kami di Dusun Sumberbatok hingga Tegal Bunder. Ada seluas 310 hektare lahan yang diperlukan, sehingga masih ada pro kontra,” imbuh dia. Yang menjadi alasan lain warga kontra menurut Sawitra Yasa karena keberadaan kawasan suci di Sumberkelampok dan sejumlah fasilitas umum. Sejumlah warga disebut Sawitra tak ingin kawasan suci, tempat peribadahan hingga kuburan leluhur mereka terusik akibat pembangunan bandara.
Sementara itu Perbekel Pejarakan Made Astawa yang juga hadir pada sosialisasi kemarin mengatakan pihak Angkasa Pura juga meminta izin melakukan survei di kawasan Desa Pejarakan sebagai zona penyangga bandara. Dari sosialisasi awal Angkasa Pura rencananya akan melakukan survei kepada 60 orang warga Desa Pejarakan, terkait rencana pembangunan bandara.
“Warga kami pada prinsipnya siap mendukung program bandara. Sebab hal itu menjadi keputusan pemerintah pusat lewat program strategis nasional. Kami hanya mewanti-wanti warga agar tidak menjual aset, lebih baik dikelola dengan pola kerjasama, itu yang kami tekankan,” jelas Perbekel Astawa. Menurutnya jika bandara memang dibangun di Sumberkelampok, maka Astawa mengaku akan lebih fokus dalam penyiapkan sumberdaya manusia (SDM), sehingga dapat terserap sebagai tenaga kerja di Bandara nantinya.
Seperti diberitakan sebelumnya sebanyak 4 desa bertetangga di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, yakni Desa Sumberkelampok, Desa Pemuteran, Desa Pejarakan, dan Desa Sumberkima akan jadi kawasan inti dan kawasan penyangga bandara internasional yang rencananya di-bangun di Desa Sumberkelampok. Pemerintah keempat desa mengusul-kan ada serapan tenaga kerja lokal dan perlindungan kawasan suci dalam pembangunan bandara ini.
Sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bandara Bali Baru yang kini tengah disusun pemerintah pusat, Desa Sumberkelampok akan menjadi kawasan inti bandara. Sedangkan Desa Sumberkima, Desa Pejarakan, dan Desa Pemuteran masuk sebagai kawasan penyangga bandara.
Maka, pengembangan kawasan Bandara Bali Baru nantinya akan difokuskan di tiga desa penyangga tersebut. Pengembangan kawasan bandara ini terutama untuk pengembangan pariwisata, perdagangan, dan jasa. Sejumlah struktur ruang juga dirancang untuk menunjang keberadaan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok, yang diprediksi dapat menyerap 5.000 tenaga kerja.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sebelumnya mengatakan, pembangunan Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok sudah masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN). Karenanya, proyek ini diharapkan berjalan dengan lancar. “Ini sesuai dengan prioritas arahan nasional yang dikeluarkan Presiden. Jadi, tidak ada lagi orang-orang yang menghalangi pembangunan Bandara Bali Baru di Buleleng ini,” tegas Agus Suradnyana, beberapa waktu lalu. *k23
Komentar