PTM Hari Pertama Diikuti 26 Sekolah
Siap Prokes, Sekolah Khawatirkan Siswa Berkerumun
Bagi siswa dan guru yang masih mengalami gejala sakit agar tidak mengikuti PTM dulu untuk menghindari penyebaran Covid-19.
DENPASAR, NusaBali
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) hari pertama di Kota Denpasar, Jumat (1/10) diikuti sebanyak 26 sekolah. Evaluasi PTM hari pertama, pihak sekolah mengkhawatirkan kondisi siswa yang masih anak-anak sehingga susah untuk diatur agar tidak berkerumun dengan teman-temannya.
Dalam PTM hari pertama diikuti kelompok belajar sebanyak 1 sekolah, TK 4 sekolah, SD 7 sekolah, SMP 13 sekolah dan SMA 1 sekolah. Sehingga total keseluruhan yang ikut PTM sebanyak 26 sekolah di Kota Denpasar. Seluruh sekolah menerapkan belajar tatap muka terbatas dengan prokes ketat.
Seperti halnya di SDN 18 Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat. Satu per satu siswa disuruh untuk berjejer di luar sekolah sebelum memasuki kelas. Setelah itu, siswa baru diberikan masuk sekolah jika semua siswa sudah memakai masker.
Di samping itu, saat masuk mereka juga cek suhu tubuh baru mereka antre di ruang tunggu sekolah sebelum siswa masuk ke kelas. Siswa yang sekolah di PTM hari pertama merupakan kelas 1 dan kelas 3 yang terbagi dalam 4 kelas. Dalam satu kelas masing-masing sebanyak 15-16 siswa dalam dua jam pelajaran.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 18 Pemecutan, I Komang Adhi Suardita mengatakan sekolahnya mendaftar untuk pelaksanaan PTM karena sudah memenuhi seluruh persyaratan prokes. Yang paling penting selain menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, pihaknya juga menyiapkan dua ruang tunggu khusus.
Dua ruang tunggu itu yakni ruang tunggu saat mau masuk kelas dan ruang tunggu saat pulang sekolah untuk menunggu jemputan orangtua mereka. "Sebelum orangtua mereka menjemput, siswa di ruang tunggu itu dulu. Soalnya kalau dijadikan satu ruang tunggunya akan berkerumun," ungkapnya.
Menurut dia, yang paling sulit dalam penerapan prokes nantinya mencegah siswa berkerumun. Sehingga dengan sistem ruang tunggu itu, kerumunan dapat dicegah. Sementara itu Plt Disdikpora Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan kegiatan PTM saat ini sesuai dengan Pergub dan Perwali terkait PTM. Untuk saat ini PTM memang disepakati oleh pemangku kepentingan dan sudah dilakukan persiapan matang.
Dalam hal ini, kendati PTM sudah berjalan namun siswa masih dibatasi jumlahnya. Selain jumlah, proses PTM ini juga harus ada izin dari orangtua. Untuk saat ini menurut dia, ada 26 sekolah yang mengikuti PTM. "Tetapi kita juga berharap proses belajar mengajar dengan baik dan dievaluasi terus untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Bagi sekolah yang belum mengikuti saat ini karena belum siap mungkin bisa menyusul sesuai kesiapan mereka," ungkapnya.
Menurut dia, bagi siswa dan guru yang masih mengalami gejala sakit agar tidak mengikuti PTM dulu untuk menghindari penyebaran Covid-19. "Mereka yang sakit kami sarankan tidak ikut PTM dulu baik siswa maupun guru," tandasnya. Eddy Mulya bersama anggota DPRD Kota Denpasar, Anak Agung Putu Gede Wibawa Jumat kemarin melakukan peninjauan kesiapan PTM di SDN 18 Pemecutan dan SMP PGRI 3 Denpasar. "Tadi kami sudah meninjau kesiapan dan sudah optimal utamanya dalam penerapan protokol kesehatan, dan siswa rata-rata gembira bisa kembali sekolah tatap muka," ujar Eddy Mulya. *mis, sur
Dalam PTM hari pertama diikuti kelompok belajar sebanyak 1 sekolah, TK 4 sekolah, SD 7 sekolah, SMP 13 sekolah dan SMA 1 sekolah. Sehingga total keseluruhan yang ikut PTM sebanyak 26 sekolah di Kota Denpasar. Seluruh sekolah menerapkan belajar tatap muka terbatas dengan prokes ketat.
Seperti halnya di SDN 18 Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat. Satu per satu siswa disuruh untuk berjejer di luar sekolah sebelum memasuki kelas. Setelah itu, siswa baru diberikan masuk sekolah jika semua siswa sudah memakai masker.
Di samping itu, saat masuk mereka juga cek suhu tubuh baru mereka antre di ruang tunggu sekolah sebelum siswa masuk ke kelas. Siswa yang sekolah di PTM hari pertama merupakan kelas 1 dan kelas 3 yang terbagi dalam 4 kelas. Dalam satu kelas masing-masing sebanyak 15-16 siswa dalam dua jam pelajaran.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 18 Pemecutan, I Komang Adhi Suardita mengatakan sekolahnya mendaftar untuk pelaksanaan PTM karena sudah memenuhi seluruh persyaratan prokes. Yang paling penting selain menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, pihaknya juga menyiapkan dua ruang tunggu khusus.
Dua ruang tunggu itu yakni ruang tunggu saat mau masuk kelas dan ruang tunggu saat pulang sekolah untuk menunggu jemputan orangtua mereka. "Sebelum orangtua mereka menjemput, siswa di ruang tunggu itu dulu. Soalnya kalau dijadikan satu ruang tunggunya akan berkerumun," ungkapnya.
Menurut dia, yang paling sulit dalam penerapan prokes nantinya mencegah siswa berkerumun. Sehingga dengan sistem ruang tunggu itu, kerumunan dapat dicegah. Sementara itu Plt Disdikpora Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan kegiatan PTM saat ini sesuai dengan Pergub dan Perwali terkait PTM. Untuk saat ini PTM memang disepakati oleh pemangku kepentingan dan sudah dilakukan persiapan matang.
Dalam hal ini, kendati PTM sudah berjalan namun siswa masih dibatasi jumlahnya. Selain jumlah, proses PTM ini juga harus ada izin dari orangtua. Untuk saat ini menurut dia, ada 26 sekolah yang mengikuti PTM. "Tetapi kita juga berharap proses belajar mengajar dengan baik dan dievaluasi terus untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Bagi sekolah yang belum mengikuti saat ini karena belum siap mungkin bisa menyusul sesuai kesiapan mereka," ungkapnya.
Menurut dia, bagi siswa dan guru yang masih mengalami gejala sakit agar tidak mengikuti PTM dulu untuk menghindari penyebaran Covid-19. "Mereka yang sakit kami sarankan tidak ikut PTM dulu baik siswa maupun guru," tandasnya. Eddy Mulya bersama anggota DPRD Kota Denpasar, Anak Agung Putu Gede Wibawa Jumat kemarin melakukan peninjauan kesiapan PTM di SDN 18 Pemecutan dan SMP PGRI 3 Denpasar. "Tadi kami sudah meninjau kesiapan dan sudah optimal utamanya dalam penerapan protokol kesehatan, dan siswa rata-rata gembira bisa kembali sekolah tatap muka," ujar Eddy Mulya. *mis, sur
Komentar