Korban Tewas Sempat Beberapa Kali Minta Cepat Pulang
Di Balik Kecelakaan Maut 8 Orang Sekeluarga Jatuh ke Jurang di Desa Bugbug
SINGARAJA, NusaBali
Kematian tragis Luh Eka Rini, 50, yang tewas dalam kecelakaan mobil terjun ke jurang di kawasan Banjar Bugbug Kaleran, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Kamis (30/9) siang, menyisakan duka mendalam bagi keluarganya di Banjar Dinas Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng.
Terungkap, sebelum musibah maut merenggut nyawanya, korban Luh Eka Rini sempat beberapa kali minta cepat pulang. Hal ini diungkapkan suami korban, Ketut Suardika, 55, di rumah duka kawasan Banjar Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Jumat (1/10) siang. Menurut Ketut Suardika, saat musibah terjadi, Kamis (30/9) siang, almarhum istrinya, Luh Eka Rini, pergi bersama 7 orang keluarganya ke Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem untuk menghadiri upacara telu bulanan cucu saudaranya.
Mereka berangkat dari Desa Girimas, Kecamatan Sawan ke Karangasem mengendarai mobil APV DK 1527, Kamis (30/9) pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Saat sang istri berangkat ke Karangasem, Suardika mengaku tidak merasakan firasat apa-apa. Suardika hanya sempat menghubungi almarhum istrinya untuk memastikan jika wanita pujaan harinya itu telah sampai di lokasi upacara.
“Saya sendiri saat itu tidak ikut berangkat ke Karangasem, karena mabuk perjalanan. Kebetulan, penumpang dalam mobil sudah penuh,” kenang Suardika, yang kemarin didampingi beberapa keluarganya.
Kamis siang sekitar pukul 12.45 Wita, Suardika yang saat itu sedang istirahat tiba-tiba ditelepon oleh salah satu keluarganya yang mengabarkan bahwa mobil yang ditumpangi sang istri jatuh ke jurang sedalam sekitar 30 meter, tak jauh dari lokasi upacara telu bulanan. Mobil APV tersebut jatuh saat rombongan hendak kembali pulang ke Buleleng.
Menurut informasi yang diterima Suardika, mobil tersebut jatuh dalam kondisi mesin mati. Kondisi jalan di sekitar TKP adalah menurun dan menikung. "Saat mesin dihidupkan, tidak mau nyala. Tapi, sopirnya tetap menyuruh penumpang naik ke atas mobil. Kemungkinan, rem tangan mobil sempat dilepas oleh sopir, sehingga lolos dan masuk ke jurang. Sopirnya tidak bisa membelokan setir, karena masih terkunci," papar Suardika.
Korban Luh Eka Rini yang saat itu duduk di kursi depan samping sopir, terlempar keluar hingga tewas mengenaskan dalam kondisi cedera kepala berat. "Istri saya terlempar karena saat mobil terguling, pintunya tiba-tiba terbuka. Saat terlempar itu, mungkin kepalanya terbentur batu atau pohon, sehingga mengalami luka berat di bagian kepala," cerita Suardika.
Sedangkan 7 penumpang lainnya termasuk sopir, masih tetap berada di dalam bangkai mobil yang ringsek. Mereka semua baru berhasil dievakuasi, setelah kaca mobil dipecahkan menggunakan linggis oleh warga. Kondisi para korban cukup memprihatinkan, rata-rata mengalami luka lecet. Bahkan, 2 korban di antaranya luka berat, yakni Kadek Suyastri dan Luh Kartini.
Korban Kadek Suyastri mengalami patah kaki dan luka robek pada bagian kepala. Sementara Luh Kartini mengalami retak tulang bahu dan luka memar pada bagian wajah. Keduanya sempat tak sadarkan diri dan dilarikan ke RSUD Karangasem. Kemudian, atas permintaan keluarga, mereka dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja, Kamis malam.
Suardika menyampaikan, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian sang istri Luh Rka Rini dan menganggap kecelakaan maut tersebut sebagai musibah. "Kami sudah mengikhlaskan kejadian ini. Sopirnya saat ini masih diperiksa di Mapolres Karangasem. Sopirnya itu masih keluarga dadia, mau nuntut juga buat apa? Kejadian ini sudah kami anggap lepetan (musibah)," kata Suardika.
Jenazah Luh Eka Rini sendiri sudah dipulangkan ke rumah duka di Banjar Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kamis malam. Rencananya, jenazah korban akan diupacarai mekingsan ring geni di setra setempat pada Buda Kliwon Gumbreg, Rabu (6/10) nanti. Almarhum Luh Eka Rini berpulang untuk selamanya dengan meninggalkan suami tercinta Ketut Suardika dan tiga anak laki-laki: Gede Doni Mahardika, 26, Kadek Nova Suartama, 22, serta Komang Rudiawan, 16.
Menurut Suardika, dirinya tidak memiliki firasat sebelum musibah maut merenggut nyawa istrinya. Hanya saja, dari penuturan keluarga, saat masih berada di tempat upacara telu bulanan di Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, korban Luh Eka Rini yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang kue di Pasar Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, sempat beberapa kali minta cepat pulang.
"Di tempat upacara telu bulanan itu, almarhum selalu minta cepat pulang. Mungkin karena dia berpikir ada orang yang mencarinya di rumah untuk menitipkan kue buat dijual lagi di pasar. Ternyata, almarhum berpulang untuk selamanya," keluh Suardika. *mz
1
Komentar