PPKM Level III, Toko Souvenir di Ubud Baru Buka 15 Persen
GIANYAR, NusaBali
Pariwisata di Bali khususnya di Gianyar sudah buka sejak pekan lalu, menyusul penurunan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dari level IV ke III.
Namun dampak positif pembukaan pariwisata ini belum dirasakan oleh para pedagang souvenir dan artshop di kawasan wisata Ubud, Gianyar. Toko souvenir dan artshop di Ubud baru buka sekitar 15 persen. Pantauan NusaBali, Jumat (1/10), di Pasar Seni Ubud, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, masih sepi pengunjung. Belum tampak ada kunjungan wisatawan. Kondisi ini diakui Kepala UPT Pasar Ubud I Wayan Sukadana. Dikatakan, pedagang yang masih buka hanya pedagang hasil bumi di Pasar Tradisional Ubud, itu pun dengan skala terbatas. "Pasar tradisionalnya masih buka seperti biasa, namun pedagang biasanya tutup lebih awal, karena sepi pembeli," ujarnya.
Sedangkan toko atau artshop dan pedagang souvenir di Pasar Ubud, yang berjualan masih bisa dihitung dengan jari. "Yang buka selain mengadu peruntungan, juga untuk menjaga tokonya agar selalu terawat dan bersih," ujarnya.
Sukadana mengatakan, kunjungan wisatawan domestik hanya terlihat beberapa saja di Pasar Ubud. "Mungkin karena toko-toko masih banyak tutup, wisatawan juga enggan masuk. Pedagang kerajinan saat ini lebih memilih wait and see (menunggu dan melihat). Kalau sudah ramai, dengan sendirinya juga buka," jelasnya lagi.
Dia mengakui, kondisi tersebut bukan saja terjadi di kawasan Pasar Ubud. Kawasan luar Pasar Ubud juga hampir sama. Kebanyakan toko, artshop, kafe, dan resto belum buka. Hotel juga hampir semua tutup. Di beberapa akomodasi wisata hanya ada satu - dua karyawan berjaga dan sekadar bersih-bersih.
Kata Sukadana, di Pasar Ubud terdapat 1.151 pedang yakni di pelataran pasar, los, dan toko. Secara umum pedagang souvenir yang buka sekitar 15 persen. Dia berharap dengan dibukanya pariwisata, wisatawan manca negara kembali berkunjung ke Pasar Ubud. "Ini sudah hampir dua tahun sepi pengunjung. Kami semua berharap pasar ini segera berjalan normal dan perekonomian segera bisa bergulir," harapnya. *nvi
Sedangkan toko atau artshop dan pedagang souvenir di Pasar Ubud, yang berjualan masih bisa dihitung dengan jari. "Yang buka selain mengadu peruntungan, juga untuk menjaga tokonya agar selalu terawat dan bersih," ujarnya.
Sukadana mengatakan, kunjungan wisatawan domestik hanya terlihat beberapa saja di Pasar Ubud. "Mungkin karena toko-toko masih banyak tutup, wisatawan juga enggan masuk. Pedagang kerajinan saat ini lebih memilih wait and see (menunggu dan melihat). Kalau sudah ramai, dengan sendirinya juga buka," jelasnya lagi.
Dia mengakui, kondisi tersebut bukan saja terjadi di kawasan Pasar Ubud. Kawasan luar Pasar Ubud juga hampir sama. Kebanyakan toko, artshop, kafe, dan resto belum buka. Hotel juga hampir semua tutup. Di beberapa akomodasi wisata hanya ada satu - dua karyawan berjaga dan sekadar bersih-bersih.
Kata Sukadana, di Pasar Ubud terdapat 1.151 pedang yakni di pelataran pasar, los, dan toko. Secara umum pedagang souvenir yang buka sekitar 15 persen. Dia berharap dengan dibukanya pariwisata, wisatawan manca negara kembali berkunjung ke Pasar Ubud. "Ini sudah hampir dua tahun sepi pengunjung. Kami semua berharap pasar ini segera berjalan normal dan perekonomian segera bisa bergulir," harapnya. *nvi
1
Komentar