Populasi Minim, Varietas Babi Hitam Bali Kembali Dibangkitkan
Dinas Pertanian Siapkan Tiga Pejantan
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng hingga kini masih konsisten pada target untuk melindungi varietas babi hitam Bali yang saat ini mulai susah ditemukan.
Untuk mempercepat pertumbuhan populasi, Dinas Pertanian saat ini telah menyiapkan tiga ekor pejantan babi hitam Bali untuk mendukung rencana inseminasi buatan.
Sebenarnya program inseminasi buatan babi hitam Bali sudah dicoba Dinas Pertanian Buleleng tahun 2020 lalu. Hanya saja belum berjalan lancar, karena terkendala ketersediaan sperma padat untuk mendukung program percepatan pengembangbiakan. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta dihubungi Minggu (3/10) kemarin menjelaskan, kondisi populasi babi hitam Bali saat ini sangat susah ditemukan. Apalagi mencari bibit anakannya.
Hal tersebut dikarenakan varietas babi hitam Bali memiliki cara perkawinan alami dengan jumlah anakan sedikit. Sehingga Dinas Pertanian Buleleng berinisiatif mencoba melakukan inseminasi buatan. “Saat ini masih dipelajari inseminasi buatannya, karena agak susah, kemarin kendalanya provinsi belum bisa menyediakan sperma padat untuk bahan inseminasi. Sehingga tahun ini kami kembangkan tiga ekor kaung (pejantan,red) di Gerokgak sudah besar-besar. Nanti dari sana akan mengumpulkan sperma untuk diuji cobakan lagi,” jelas Sumiarta.
Program inseminasi buatan tersebut dilakukan Dinas Pertanian dengan UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah Bali di Baturiti, Tabanan milik Pemprov Bali. Selain mengembangkan pejantan, tahun ini Dinas Pertanian juga memberikan bantuan bibit babi hitam Bali kepada 5 Kelompok Wanita Tani (KWT). Masing-masing KWT akan diberikan 5 ekor bibit babi hitam Bali, untuk dibesarkan dan dikembangbiakkan.
“Bantuan bibitnya tahun ini hanya bisa kami berikan 5 ekor per KWT. Karena anggaran terbatas. Kemungkinan tahun depan akan dianggarkan lagi,” ucap dia. Program pengembangan babi hitam disebut Sumiarta sudah waktunya dilakukan, karena saat ini peternak rumahan di Buleleng khususnya sudah sangat jarang yang memelihara babi hitam.
Peternak lebih memilih memelihara babi lendris karena pakannya lebih mudah dicari dan pertumbuhan lebih cepat dan lebih besar. Padahal babi hitam Bali juga memiliki peluang usaha yang cukup menjanjikan. Babi hitam hingga saat ini masih dicari masyarakat Bali untuk kebutuhan sarana upacara dan juga kebutuhan kuliner babi guling. Data Dinas Pertanian Buleleng di tahun 2019, populasi babi hitam Bali hanya 86 ribu ekor per tahun. Jumlah tersebut pun belum dapat memenuhi permintaan pasar.
Sehingga program pembibitan melalui inseminasi buatan menjadi harapan satu-satunya pemerintah, untuk memasyarakatkan kembali babi hitam sebagai ternak lokal yang memiliki keunggulan dibandingkan babi lendris. Menurut Sumiarta, meski babi hitam memiliki perawakan lebih kecil dan produktivitasnya rendah, namun ketahanan terhadap penyakit cukup tinggi. Keunggulan ini sangat menjanjikan, terlebih di awal tahun 2020 lalu banyak ternak babi yang mati karena virus ASF. Selain itu daging babi hitam yang dibudidayakan secara tradisional oleh peternak rumahan memiliki kandungan lemak tak jenuh. *k23
Komentar