Meninggal Tak Wajar, Kuburan Bocah SD Dibongkar
Usai Diotopsi Kemarin, Jenazah Kadek Sepi Dikremasi di Pundukdawa
AMLAPURA, NusaBali
Sesuai rencana, liang kubur siswa kelas VI SD dari Banjar Babakan, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, I Kadek Sepi, 13, di Setra Desa Adat Linggawana, Desa Kerta Mandala, Kecamatan Abang, akhirnya dibongkar petugas kepolisian, Selasa (5/10) pagi, untuk diotopsi guna mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Sebab, bocah 13 tahun ini meninggal mendadak dalam kondisi leher patah dan luka lebam di beberapa organ tubuhnya. Penggalian liang kubur Kadek Sepi di Setra Desa Adat Linggawana, Selasa kemarin, dilakukan petugas Polres Karangasem, dengan dikoordinasikan langsung Wakapolres Kompol I Dewa Gede Anom Danujaya, didampingi Kasat Reskrim AKP Aris Setyianto, dan tim Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System). Sedangkan dari tim forensik dikoordinasikan dr Dudut Rustiadi APF. Kedua orangtua korban, I Nengah Kicen dan Ni Nyoman Sutini, juga hadir ke setra bersama keluarganya.
Setelah liang kubur dibongkar pukul 09.00 Wita, lanjut dilakukan otosi jenazah. Proses otopsi dilakukan di bawah pohon jambu areal setra, Selasa siang pukul 12.30 Wita. Setelah dibongkar, liang kubur Kadek Sepi ditutup dengan terpal, sehingga tidak terlihat dari luar. Tidak boleh ada yang masuk ke lokasi liang kubur, karena dikelilingi police line.
Usai dilakukan otopsi, dr Dudut Rustiadi menolak memberikan keterangan. "Nanti sajalah, tanyakan kepada Kasat Reskrim Polres Karangasem," elak dr Dudut Rustiadi yang juga Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar.
Sedangkan Wakapolres Karangasem, Kompol I Dewa Gede Anon Danujaya, mengakui liang kubur Kadekj Sepi terpaksa dibongkar untuk proses otopsi jenazah, karena ada laporan bocah SD ini meninggal tidak wajar. Laporan ke polisi dilakukan salah satu keluarga korban, yakni I Ketut Eka Putra, 20, yang merupakan kakak sepupu dari Kadek Sepi. “Soal hasil otopsi, masih menunggu dari Tim Forensik RSUP Sanglah," jelas Kompol Anom Danujaya.
Usai diotopsi, jenazah Kadek Sepi tidak dikembalikan ke liang kuburnya yang barusan dibongkar. Tapi, jenazahnya kemarin sore langsung dikremasi di Krematorium Banjar Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung. Pasalnya, berdasarkan dresta yang bgherlaku di Desa Adat Linggawana, liang kubur yang dibongkar tak bolah lagi diisi jenazah.
Sementara itu, kedua orangtua korban, pasutri I Nengah Kicen dan Ni Nyoman Sutini, membantah lakukan penganiayaan hingga anak semata wayangnya meninggal mendadak. Menurut Nengah Kicen, anaknya yakni Kadek Sepi meninggal 21 September 2021 petang pukul 18.00 Wita.
Sebelum meninggal mendadak, kata Nengah Kicen, anaknya ini sempat main layangan di tanah lapang kawasan Banjar Babakan, Desa Purwe-kerti, Kecamatan Abang, siang itu pukul 11.30 Wita hingga 14.00 Wita. Saat sudah berada di rumah, bocah malang ini terjatuh di teras rumahnya sore pukul 17.00 Wita, hingga pingsan dan kejang-kejang.
“Kami berupaya menghubungi salah satu balian (dukun), mengingat tempat tinggal kami di Bukit Endep, yang mesti jalan kaki sejauh 2 kilometer menuju jalan raya. Makanya, anak saya tidak dapat pertolongan medis dan non medis,” jelas Nengah Kicen di Setra Desa Adat Linggawana, Selasa kemarin.
Tubuh Kadek Sepi yang terjatuh di teras rumah pertama kali diangkat oileh ibunya, Ni Nyoman Sutini. Kemudian, sejumlah kerabatnya datang memberikan pertolongan, seperti I Nengah Merta, I Nengah Sujana, I Ketut Cidra, dan I Nyoman Kreni. Namun, nyawa Kadek Sepi tidak terselamatkan, karena langsung meninggal sekitar pukul 18.00 Wita.
Jenazah siswa Kelas VI SD ini baru dikuburkan di Setra Desa Adat Linggawana dua hari kemudian pada Wraspati Paing Kulantir, Kamis, 23 September 2021. Sebelum dikubur, jenazah dimandikan. Saat dimandikan itulah kakak sepupu korban, I Ketut Eka Putra, dan pamannya, I Made Suardana, melihat ada kejanggalan pada jenazah Kadek Sepi. Sebab, leher korban ternyata patah, ada luka lebam di kulit leher, dengan kondisi telinga kanan bengkak, dan bahu lecet. Atas kejanggalan itu, Ketut Eka Putra melaporkan kasus ini ke Polres Karangasem, 28 September 2021 atau hampir sepekan pasca penguburan jenazah.
Namun, ayah korban, Nengah Kicen, membantah terjadi penganiayaan. "Memang ada luka lebam dan bengkak di telinga kanan, tapi itu akibat anak saya terjatuh. Saya tidak pernah melakukan penganiayaan. Jangankan menganiaya, mendorong anak saja tidak pernah," tutur Nengah Kicen diamini istrinya, Nyoman Sutini.
Sementara, Ketut Eka Putra yang juga hadir di Setra Desa Adat Linggawana saat pembongkaran liang kubu, Selasa kemarin, mengaku melihat ada kejanggalan di balik kematian mendadak adik sepupunya. "Saya lapor polisi karena melihat ada indikasi kematian tidak wajar. Saya tidak melaporkan siapa-siapa, hanya mengadukan soal kematian tidak wajar adik sepupu saya," kenang Eka Putra. *k16
1
Komentar