Warga Keluhkan Bau Menyengat
Genangan Air di Sanitary Landfill di Kaliakah
Dinas LH Jembrana mengambil sampel air di sungai sekitar lokasi untuk diuji kelayakan mutu air ke salah satu laboratorium di Banyuwangi, Jawa Timur.
NEGARA, NusaBali
Pemindahan sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Peh, Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, yang ditimbun dan dikubur dengan menerapkan sistem sanitary landfill di areal lahan kosong bekas galian C di banjar setempat, dikeluhkan warga. Masalahnya di lokasi sanitary landfill tersebut terjadi genangan air yang kotor dan bau. Di samping mengganggu kenyamanan warga, genangan air itu dikhawatirkan berdampak terhadap kesehatan warga.
Beberapa warga yang sempat mendampingi pengecekan jajaran Komisi III DPRD Jembrana ke lokasi sanitary landfill tersebut, Rabu (6/10), mengatakan adanya genangan air dengan warga hitam pekat itu, juga menimbulkan bau menyengat sampai tercium ke beberapa rumah warga sekitar. Sebenarnya, ada pembuangan air ini ke aliran sungai sekitar. Tetapi apabila dialirkan ke sungai, dampaknya mencemari air sungai dan dikeluhkan warga di hulu. Sedangkan apabila ditutup, air yang kotor dan bau itu menggenang di lokasi sanitary landfill ini.
“Ini baru empat hari ditutup sudah seperti ini. Sedangkan sekarang-sekarang ini masih musim hujan. Nanti sampai sebulan tetap dibiarkan begini, genangan airnya ini pasti meluber ke mana-mana. Bisa-bisa nanti banjir dan air sumur warga tercemar. Kalau sudah banjir yang di sungai jadi pasti ikut tercemar,” ujar salah seorang warga setempat, I Komang Widiarta.
Widiarta mengatakan, dirinya sebenarnya sudah dari awal menolak adanya rencana pembuatan sanitary landfill tersebut. Namun pemerintah tetap menjalankan rencana tersebut. “Memang tujuannya baik (mengurangi tumpukan sampah di TPA, Red). Tetapi sekarang malah kami yang terdampak. Saya sebagai masyarakat di sini, hanya berharap biar hilang saja air hitam itu. Bagaimanapun caranya. Karena dulu janjinya, seandainya sampai mencemari, sampah-sampah yang dibawa ke sini akan dibawa kembali ke TPA,” ujarnya.
Ketua Komisi III DPRD Jembrana I Dewa Putu Mertayasa alias Dewa Abri, mengatakan keluhan terkait adanya program sanitary landfill ini, tidak hanya dikeluhkan warga sekitar. Tetapi juga dikeluhkan warga sekitar sungai yang airnya menggenang dari genangan air di lokasi sanitary landfill ini.
“Tentu saat sosialisasi kemarin, masyarakat berharap tidak ada dampak dari program ini. Tetapi sekarang baru berjalan tiga bulan, ternyata warga di sini sudah mengeluh terkait dengan dampak lingkungannya. Penimbunan sampah tetap ada bocor sampai terjadi genangan air hitam dan berbau ini,” ujar Dewa Abri.
Terkait persoalan tersebut, Dewa Abri mengatakan, akan segera berkoordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana. Dirinya sangat mendukung upaya pemerintah dalam menangani permasalahan sampah. Namun ketika muncul permasalahan baru, pemerintah wajib memperhatikan masyarakatnya. Terlebih program yang sudah berjalan ini, nyatanya tidak berjalan sesuai apa yang diharapkan masyarakat. “Nanti kita koordinasikan agar dikaji ulang. Agar tidak ada yang dirugikan. Baik masyarakat ataupun pemerintah,” ucap politisi PDIP ini.
Sedangkan Kepala Dinas LH Jembrana I Wayan Sudiarta, Rabu kemarin, mengatakan adanya genangan air hitam di sekitar lokasi sanitary landfill itu, disebabkan karena air sempat pasang dan akhirnya luapan air dari beberapa titik lokasi penimbunan sampah menggenang di sekitar lokasi. Sebelumnya, genangan air itu pun sempat dialirkan pemilik lahan ke sungai dan dikeluhkan masyarakat di hulu. “Memang kita tutup agar tidak lagi terbuang ke sungai,” ujar Sudiarta.
Terkait persoalan kekhawatiran dampak gangguan kesehatan, Sudiarta mengatakan, dari pihak dinas sudah mengambil sampel genangan air di sekitar lokasi sanitary landfill tersebut. Termasuk mengambil sampel air di sungai sekitar lokasi untuk diuji kelayakan mutu air ke salah satu laboratorium di Banyuwangi, Jawa Timur. “Perkiraan hari Jumat pekan ini akan keluar hasilnya. Dari hasil lab itu kita akan menentukan langkah-langkah selanjutnya,” kata Sudiarta.
Menurut Sudiarta, terkait adanya dampak genangan air di sekitar lokasi sanitary landfill tersebut, pihaknya ada rencana menabur benih ikan nila di lokasi tersebut dengan harapan bisa memberi manfaatkan kepada masyarakat sekitar. Hal itu direncanakan karena melihat ada sejumlah ikan kecil, beludru, dan beberapa hewan air yang hidup dalam kondisi normal di genangan air tersebut. Melihat hal itu, sementara masih disimpulkan bahwa tingkat pencemaran air di sana belum mengkhawatirkan.
“Tetapi untuk jelasnya akan dibuktikan hasil uji lab. Kita harap masyarakat bersabar, sama-sama menjaga lingkungan. Kalau ada kekhawatiran-kekhawatiran itu wajar dan kami akan tindaklanjuti. Nantinya kalau benar-benar mengkhawatirkan, kami akan ambil langkah-langkah antisipatif dan langkah-langkah pengendalian. Dan sebelumnya juga sudah kami sampaikan ke masyarakat, bahwa pemerintah tetap bertanggungjawab mencarikan solusi ketika terjadi permasalahan,” ucap Sudiarta. *ode
Beberapa warga yang sempat mendampingi pengecekan jajaran Komisi III DPRD Jembrana ke lokasi sanitary landfill tersebut, Rabu (6/10), mengatakan adanya genangan air dengan warga hitam pekat itu, juga menimbulkan bau menyengat sampai tercium ke beberapa rumah warga sekitar. Sebenarnya, ada pembuangan air ini ke aliran sungai sekitar. Tetapi apabila dialirkan ke sungai, dampaknya mencemari air sungai dan dikeluhkan warga di hulu. Sedangkan apabila ditutup, air yang kotor dan bau itu menggenang di lokasi sanitary landfill ini.
“Ini baru empat hari ditutup sudah seperti ini. Sedangkan sekarang-sekarang ini masih musim hujan. Nanti sampai sebulan tetap dibiarkan begini, genangan airnya ini pasti meluber ke mana-mana. Bisa-bisa nanti banjir dan air sumur warga tercemar. Kalau sudah banjir yang di sungai jadi pasti ikut tercemar,” ujar salah seorang warga setempat, I Komang Widiarta.
Widiarta mengatakan, dirinya sebenarnya sudah dari awal menolak adanya rencana pembuatan sanitary landfill tersebut. Namun pemerintah tetap menjalankan rencana tersebut. “Memang tujuannya baik (mengurangi tumpukan sampah di TPA, Red). Tetapi sekarang malah kami yang terdampak. Saya sebagai masyarakat di sini, hanya berharap biar hilang saja air hitam itu. Bagaimanapun caranya. Karena dulu janjinya, seandainya sampai mencemari, sampah-sampah yang dibawa ke sini akan dibawa kembali ke TPA,” ujarnya.
Ketua Komisi III DPRD Jembrana I Dewa Putu Mertayasa alias Dewa Abri, mengatakan keluhan terkait adanya program sanitary landfill ini, tidak hanya dikeluhkan warga sekitar. Tetapi juga dikeluhkan warga sekitar sungai yang airnya menggenang dari genangan air di lokasi sanitary landfill ini.
“Tentu saat sosialisasi kemarin, masyarakat berharap tidak ada dampak dari program ini. Tetapi sekarang baru berjalan tiga bulan, ternyata warga di sini sudah mengeluh terkait dengan dampak lingkungannya. Penimbunan sampah tetap ada bocor sampai terjadi genangan air hitam dan berbau ini,” ujar Dewa Abri.
Terkait persoalan tersebut, Dewa Abri mengatakan, akan segera berkoordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana. Dirinya sangat mendukung upaya pemerintah dalam menangani permasalahan sampah. Namun ketika muncul permasalahan baru, pemerintah wajib memperhatikan masyarakatnya. Terlebih program yang sudah berjalan ini, nyatanya tidak berjalan sesuai apa yang diharapkan masyarakat. “Nanti kita koordinasikan agar dikaji ulang. Agar tidak ada yang dirugikan. Baik masyarakat ataupun pemerintah,” ucap politisi PDIP ini.
Sedangkan Kepala Dinas LH Jembrana I Wayan Sudiarta, Rabu kemarin, mengatakan adanya genangan air hitam di sekitar lokasi sanitary landfill itu, disebabkan karena air sempat pasang dan akhirnya luapan air dari beberapa titik lokasi penimbunan sampah menggenang di sekitar lokasi. Sebelumnya, genangan air itu pun sempat dialirkan pemilik lahan ke sungai dan dikeluhkan masyarakat di hulu. “Memang kita tutup agar tidak lagi terbuang ke sungai,” ujar Sudiarta.
Terkait persoalan kekhawatiran dampak gangguan kesehatan, Sudiarta mengatakan, dari pihak dinas sudah mengambil sampel genangan air di sekitar lokasi sanitary landfill tersebut. Termasuk mengambil sampel air di sungai sekitar lokasi untuk diuji kelayakan mutu air ke salah satu laboratorium di Banyuwangi, Jawa Timur. “Perkiraan hari Jumat pekan ini akan keluar hasilnya. Dari hasil lab itu kita akan menentukan langkah-langkah selanjutnya,” kata Sudiarta.
Menurut Sudiarta, terkait adanya dampak genangan air di sekitar lokasi sanitary landfill tersebut, pihaknya ada rencana menabur benih ikan nila di lokasi tersebut dengan harapan bisa memberi manfaatkan kepada masyarakat sekitar. Hal itu direncanakan karena melihat ada sejumlah ikan kecil, beludru, dan beberapa hewan air yang hidup dalam kondisi normal di genangan air tersebut. Melihat hal itu, sementara masih disimpulkan bahwa tingkat pencemaran air di sana belum mengkhawatirkan.
“Tetapi untuk jelasnya akan dibuktikan hasil uji lab. Kita harap masyarakat bersabar, sama-sama menjaga lingkungan. Kalau ada kekhawatiran-kekhawatiran itu wajar dan kami akan tindaklanjuti. Nantinya kalau benar-benar mengkhawatirkan, kami akan ambil langkah-langkah antisipatif dan langkah-langkah pengendalian. Dan sebelumnya juga sudah kami sampaikan ke masyarakat, bahwa pemerintah tetap bertanggungjawab mencarikan solusi ketika terjadi permasalahan,” ucap Sudiarta. *ode
Komentar