Sameton Pasek Gelar Homa Yadnya
Pasemetonan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR), membangun Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Banjar Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung.
SEMARAPURA, NusaBali
Untuk penyucian areal pura dan memohon keselamatan, MGPSSR menggelar upacara Homa Yadnya, pada Hari Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (21/1) malam.
Upacara digelar di utama mandala pura, dihadiri pamedek dari pasemetonan MGPSSR se-Nusantara. “Semoga kita diberikan kelancaran dan keselamatan dalam proses pembangunan pura ini,” harap Ketua MGPSSR Kabupaten Klungkung I Wayan Sudiarsa, Minggu (22/1).
Dijelaskan, pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, dikerjakan sejak 13 Desember 2016 di atas lahan 1,4 hektare, perbukitan Banjar Punduk Dawa.
Di utama mandala akan didirikan Palinggih Padma Anglayang Linggih Ida Hyang Pasupati dan Palinggih Padmatiga Linggih Ida Hyang Tri Purusa (Hyang Gnijaya, Hyang Putranjaya, dan Dewi Danuh). Di madya mandala (jaba tengah) dibangun Palinggih Ida Bhatara Mpu Gana, disertai linggih pasemetonan Ida dari Panca Rsi dan palinggih lainnya. “Pembangunan ini akan selesai 3-5 tahun mendatang,” kata Sudiarsa.
Pembangunan Pura diawali paruman agung serta meminta petunjuk kepada sulinggih. Kata Sudiarsa, atas petunjuk tersebut dipilih di lokasi yang ada sumber mata air, gunung/bukit, dan segara. Maka, dipilihlah daerah perbukitan tersebut, sebagai salah satu indikator. Disamping petunjuk niskala tempat areal pura yang dibangun saat ini juga diyakini merupakan tempat suci. “Kami juga mendapat dukungan dari masyarakat sekitar,” katanya.
Selain itu, dari sisi niskala Ida Sulinggih sempat menyebutkan, ciri-ciri Ida Bhatara Mpu Gana berkenan malingga (berstana) di tempat tersebut akan ditandai muncul bunyi dentuman keras. Ternyata terbukti beberapa hari saat hendak dimulai proses pembangunnnya, sempat muncul bunyi dentuman yang didengar langsung oleh sulinggih dan Pasemetonan MGPSSR. “Kemudian setelah proses pengerjaan dilakukan, pamedek juga sempat melihat keris yang memancarkan cahaya melayang-layang di areal utama mandala pura,” katanya.
Pujawali di pura ini saa Pamacekan Agung, Soma (Senin) Kliwon Kuningan. Kendati proses pengerjaannya belum selesai, pamedek sudah bisa tangkil menghaturkan persembahyangan. “Bahkan setiap hari ada pamangku yang siap nyanggra pamedek,” katanya.
Sebagaimana diketahui, pembangunan pura tersebut menyusul polemik pelarangan sulinggih yang hendak menggunakan Bale Pawedan untuk muput di Pura Dasar Buwana, Desa Pakraman Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, 16 Agustus 2016. Laranagn serupa terjadi lagi pada 21 Agustus, sulinggih dari pasemotan MGPSSR dilarang menggunakan Bale Pawedan untuk muput
Pasemetonan MGPSSR membentuk tim di pusat untuk mengatasi polemik tersebut. Setelah membahas cukup panjang, akhirnya dicetuskan untuk membangun Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, di Banjar Dinas Punduk Dawa. Langkah ini diambil pasemetonan MGPSSR untuk menghindari konflik secara horizontal, maka diselesaikan secara berbudaya dengan membangun sebuah pura.
Setelah Homa Yadnya, dilanjutkan upacara panglukatan Banyupinaruh, Redite Pahing Sinta, Minggu (22/1) pagi. Panglukatan dilakukan Ida Pandita Mpu Yoganatha dari Griya Giri Kusuma, Pangi, Desa Pikat, Dawan, Klungkung dan Ida Pandita Mpu Yoga Srayadaksa dari Griya Watujineng, Desa Tegak, Klungkung. *wa
Upacara digelar di utama mandala pura, dihadiri pamedek dari pasemetonan MGPSSR se-Nusantara. “Semoga kita diberikan kelancaran dan keselamatan dalam proses pembangunan pura ini,” harap Ketua MGPSSR Kabupaten Klungkung I Wayan Sudiarsa, Minggu (22/1).
Dijelaskan, pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, dikerjakan sejak 13 Desember 2016 di atas lahan 1,4 hektare, perbukitan Banjar Punduk Dawa.
Di utama mandala akan didirikan Palinggih Padma Anglayang Linggih Ida Hyang Pasupati dan Palinggih Padmatiga Linggih Ida Hyang Tri Purusa (Hyang Gnijaya, Hyang Putranjaya, dan Dewi Danuh). Di madya mandala (jaba tengah) dibangun Palinggih Ida Bhatara Mpu Gana, disertai linggih pasemetonan Ida dari Panca Rsi dan palinggih lainnya. “Pembangunan ini akan selesai 3-5 tahun mendatang,” kata Sudiarsa.
Pembangunan Pura diawali paruman agung serta meminta petunjuk kepada sulinggih. Kata Sudiarsa, atas petunjuk tersebut dipilih di lokasi yang ada sumber mata air, gunung/bukit, dan segara. Maka, dipilihlah daerah perbukitan tersebut, sebagai salah satu indikator. Disamping petunjuk niskala tempat areal pura yang dibangun saat ini juga diyakini merupakan tempat suci. “Kami juga mendapat dukungan dari masyarakat sekitar,” katanya.
Selain itu, dari sisi niskala Ida Sulinggih sempat menyebutkan, ciri-ciri Ida Bhatara Mpu Gana berkenan malingga (berstana) di tempat tersebut akan ditandai muncul bunyi dentuman keras. Ternyata terbukti beberapa hari saat hendak dimulai proses pembangunnnya, sempat muncul bunyi dentuman yang didengar langsung oleh sulinggih dan Pasemetonan MGPSSR. “Kemudian setelah proses pengerjaan dilakukan, pamedek juga sempat melihat keris yang memancarkan cahaya melayang-layang di areal utama mandala pura,” katanya.
Pujawali di pura ini saa Pamacekan Agung, Soma (Senin) Kliwon Kuningan. Kendati proses pengerjaannya belum selesai, pamedek sudah bisa tangkil menghaturkan persembahyangan. “Bahkan setiap hari ada pamangku yang siap nyanggra pamedek,” katanya.
Sebagaimana diketahui, pembangunan pura tersebut menyusul polemik pelarangan sulinggih yang hendak menggunakan Bale Pawedan untuk muput di Pura Dasar Buwana, Desa Pakraman Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, 16 Agustus 2016. Laranagn serupa terjadi lagi pada 21 Agustus, sulinggih dari pasemotan MGPSSR dilarang menggunakan Bale Pawedan untuk muput
Pasemetonan MGPSSR membentuk tim di pusat untuk mengatasi polemik tersebut. Setelah membahas cukup panjang, akhirnya dicetuskan untuk membangun Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, di Banjar Dinas Punduk Dawa. Langkah ini diambil pasemetonan MGPSSR untuk menghindari konflik secara horizontal, maka diselesaikan secara berbudaya dengan membangun sebuah pura.
Setelah Homa Yadnya, dilanjutkan upacara panglukatan Banyupinaruh, Redite Pahing Sinta, Minggu (22/1) pagi. Panglukatan dilakukan Ida Pandita Mpu Yoganatha dari Griya Giri Kusuma, Pangi, Desa Pikat, Dawan, Klungkung dan Ida Pandita Mpu Yoga Srayadaksa dari Griya Watujineng, Desa Tegak, Klungkung. *wa
1
Komentar