Digulung Ombak, 1 Tewas, 4 Selamat
Dari 4 remaja yang selamat dari maut akibat digulung ombak, 2 di antaranya harus dilarikan ke RSUD Klungkung
Petaka Saat Banyu Pinaruh di Depan Goa Lawah
SEMARAPURA, NusaBali
Lima remaja digulung ombak saat malukat (mandi suci) serangkaian Banyu Pinaruh di pantai depan Pura Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Radite Paing Sinta, Minggu (22/1) pagi. Satu dari mereka ditemukan dalam kondisi tewas, sementara empat korban lagi selamat dari maut.
Korban tewas dalam musibah tergulung ombak di Pantai Pesinggahan, Minggu pagi sekitar pukul 06.45 Wita, adalah I Kadek Ariana, 17, pelajar SMA asal Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan. Sedangkan empat korban selamat masing-masing I Gede Ariawan, 18, I Kadek Eka Jaya, 18, I Made Winastra, 16, dan I Putu Budiasa, 18.
Dua dari empat korban selamat tersebut mengalami luka-luka, hingga harus dirawat di IGD RSUD Klungkung di Kota Semarapura, yakni I Gede Ariawan (remaja asal Banjar Belatung, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan) dan I Kadek Eka Jaya, 18 (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem). Sedangkan dua korban selamat lagi tidak dirawat di rumah sakit, namun masih dalam kondisi shock, masing-masing I Made Winastra (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem) dan I Putu Budiasa (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis).
Sebelum musibah terjadi, 5 remaja dari dua desa berbeda ini berangkat bersama-sama 3 teman lainnya. Mereka berangkat dari titik kumpul di Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah anggota rombongan lengkap berjumlah 8 orang, mereka langsung berangkat konvoi dengan naik motor berboncengan menuju arah barat ke Pantai Pesinggahan, tepatnya di depan (sebelah selatan) Pura Goa Lawah.
“Kami ingin menyucikan diri di pantai serangkaian perayaan Banyu Pinaruh yang jatuh sehari pasca Hari Raya Saraswati (Saninscara Umanis Watugunung, Sabtu, 21 Januar 2017),” cerita salah satu korban selamat, I Putu Budiasa, saat ditemui NusaBali di IGD RSUD Klungkung, Minggu kemarin.
Tiba di Pantai Pesinggahan sekitar pukul 05.30 Wita, mereka tidak langsung malukat, namun pilih duduk santai di atas pasir sambil bergurau, sembari menunggu matahari terbit. Berselang 1 jam kemudian, yakni pukul 06.30 Wita, barulah 5 dari 8 sekawan ini melepaskan pakaian dan mandi dengan mengenakan celana boxer. Sedangkan 3 orang lainnya masih duduk-duduk di tempat semula untuk mengawasi pakaian dan barang bawaan mereka.
“Setelah 15 menit berenang, saya dan 4 teman lainnya mandi agak ke tengah laut, sekitar 5 meter dari bibir pantai. Tiba-tiba, muncul ombak tinggi menggulung kami,” tutur Putu Budiasa.
Karena 5 remaja sekawan ini semuanya tidak bisa renang, mereka pun langsung digulung ombak. Beruntung, korban Putu Budiasa dan Made Winastra, dihantam ombak susulan, hingga mereka tidak tenggelam karena terhempas ke tepi pantai. Keduanya langsung ditarik warga yang saat itu juga malukat serangkaian Banyu Pinaruh di Pantai Pensinggahan.
Sebaliknya, tiga korban lainnya langsung tenggelam digulung ombak, yakni Kadek Ariana, Gede Ariawan, dan Kadek Eka Jaya. Mereka timbul tenggelam di tengah laut sekitar 15 meter dari bibir pantai. Setelah bertaruh nyawa selama 10 menit, dua dari mereka, Gede Ariawan dan Kadek Eka Jaya, berhasil diselamatkan warga. Mereka dievakuasi ke darat dalam kondisi pingsan, di mana dari mulutnya keluar busa, karena cukup banyak kemasukan air dan pasir. Setelah diberikan pertolongan pertama di tepi pantai, mereka akhirnya siuman dan langsung dilarikan ke IGD RSUD Klungkung dengan mobil patroli Polsek Dawan.
Sementara, korban Kadek Ariana tidak berhasil diselamatkan warga, karena keburu tenggelam ke dasar laut. Pencarian remaja asal Desa Pesinggahan ini dilakukan tim gabungan dari Polsek Dawan, TNI, BPBD Klungkung, RAPI Klungkung, dan warga sekitar, dengan dibantu perahu nelayan. Setelah dilakukan upaya pencarian selama 30 menit, korban Kadek Ariana ditemukan sekitar pukul 07.15 Wita.
Korban Kadek Ariana ditemukan nyangkut di kedalaman sekitar 20 meter bawah permukaan laut, tak jauh dari lokasi tenggelam. Keberadaan korban diketahui petugas saat mereka menoleh-noleh ke dalam laut dari atas perahu. Namun, upaya evakuasi korban dari laut terkendala, karena petugas tidak membawa peralatan menyelam.
Akhirnya, proses evakuasi berlangsung dramatis, di mana petugas terpaksa meminjam pancing nelayan untuk mengaitkan kailnya di pakaian korban. Adalah I Wayan Sumiasa, warga Banjar Lekok, Desa/Kecamatan Dawan, Klungkung, yang kebetulan mandi di Pantai Pesinggahan dan memiliki kemampuan berenang, yang nekat menyelam tanpa peralatan khusus untuk mengikatkan kail ke tubuh korban. Kemudian, pancing yang mengait tubuh korban ditarik secara perlahan. “Saya menggunakan ban mobil bekas untuk bisa bantu mengapung dan mendarat tepat di atas lokasi korban tenggelam,” cerita Wayan Sumiasa.
Ajaibnya, saat diangkat ke atas permukaan laut, korban Kadek Ariani masih bernapas. Remaja berusia 17 tahun ini pun dilarikan ke RSUD Klungkung. Sayangnya, nyawa korban tetap tidak terselamatkan, karena dinyarakan meninggal saat dalam perjalanan menuju RSUD Klungkung. “Ya, seorang korban (Kadek Ariana) meninggal saat dalam perjalanan, sementara dua orang lainnya (Gede Ariawan dan Kadek Eka Jaya) sedang kami rawat di rumah sakit,” ungkap Direktur RSUD Klungkung, dr Nyoman Kesuma.
Jenazah koban Kadek Ariana sudah dipulangkan dari RSUD Klungkung ke rumah duka di Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Minggu pagi pukul 10.00 Wita. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Pikat pada Soma Pon Sinta, Senin (22/1) ini.
Pantauan NusaBali di RSUD Klungkung sebelum jenazah dipulangkan ke rumah duka, keluarga dan kerabat korban Kadek Ariana sangat berduka atas musibah maut saat Banyu Pinaruh ini. Kedua orangtua korban, I Wayan Wenten dan Ni Nyoman Taluh, menangis histeris. Sang suami, I Wayan Wenten, berusaha tabah sembari menenangkan istrinya.
Korban Kadek Ariana merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan I Wayan Wenten dan Ni Nyoman Taluh. Korban diberi imbuhan ‘Kadek; di depan namanya, karena memiliki kakak tiri (pernikahan dari ibunya dengan suami sebelumnya). Saat ini, korban Kadek Ariana tercatat sebagai siswa Kelas XI SMKN 1 Manggis, Jurusan Tehnik Sepeda Motor (TSM).
Kematian tragis korban Kadek Ariana menyisakan cerita niskala. Sesaat sebelum peristiwa maut, kakak sepupu korban, I Made Darmika, sempat mimpu aneh, Minggu dinihari kemarin. Dalam mimpinya, Made Darma berada di pantai bersama sejumlah anak-anak, lalu diterjang ombak besar. “Kami berlarian karena muncul ombak besar. Bagitu bangun tidur, perasaan saya mulai tidak enak,” kenang Made Darma.
Sementara itu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi sang istri, Nyonya Ayu Suwirta, Minggu kemarin sempat melayat ke rumah duka di Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan. Selain itu, Bupati Suwirta juga sempat terjun ke lokasi musibah maut di Pantai Pesinggahan, depan Puyra Goa Lawah.
Bupati Suwirta menyatakan, Kabupaten Klungkung yang mempunyai wilayah pantai cukup panjang, perlu menyiapkan tim selam untuk menangani kejadian-kejadian seperti musibah tenggelam seperti kemarin pagi. “Sebagai catatan juga di BPBD, kepolisian, dan TNI, karena Klungkung mempunyai wiyalah pantai yang cukup panjang, sehingga perlu disiapkan tim selam,” ujar Bupati asal kawasan seberang Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung ini.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, menyatakan pihaknya akan melakukan kajian, apakah di lokasi korban tenggelam perlu dipasang papan peringatan bahaya atau tidak? Yang jelas, dari pengamatannya, musibah kemarin pagi di depan Pura Goa Gajah merupakan kejadian secara tiba-tiba dan insidentil. “Kita imbau kepada warga untuk berhati-hati saat mandi di pantai,” pinta Putu Widiada. * wa
SEMARAPURA, NusaBali
Lima remaja digulung ombak saat malukat (mandi suci) serangkaian Banyu Pinaruh di pantai depan Pura Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Radite Paing Sinta, Minggu (22/1) pagi. Satu dari mereka ditemukan dalam kondisi tewas, sementara empat korban lagi selamat dari maut.
Korban tewas dalam musibah tergulung ombak di Pantai Pesinggahan, Minggu pagi sekitar pukul 06.45 Wita, adalah I Kadek Ariana, 17, pelajar SMA asal Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan. Sedangkan empat korban selamat masing-masing I Gede Ariawan, 18, I Kadek Eka Jaya, 18, I Made Winastra, 16, dan I Putu Budiasa, 18.
Dua dari empat korban selamat tersebut mengalami luka-luka, hingga harus dirawat di IGD RSUD Klungkung di Kota Semarapura, yakni I Gede Ariawan (remaja asal Banjar Belatung, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan) dan I Kadek Eka Jaya, 18 (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem). Sedangkan dua korban selamat lagi tidak dirawat di rumah sakit, namun masih dalam kondisi shock, masing-masing I Made Winastra (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem) dan I Putu Budiasa (asal Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis).
Sebelum musibah terjadi, 5 remaja dari dua desa berbeda ini berangkat bersama-sama 3 teman lainnya. Mereka berangkat dari titik kumpul di Banjar Pakel, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah anggota rombongan lengkap berjumlah 8 orang, mereka langsung berangkat konvoi dengan naik motor berboncengan menuju arah barat ke Pantai Pesinggahan, tepatnya di depan (sebelah selatan) Pura Goa Lawah.
“Kami ingin menyucikan diri di pantai serangkaian perayaan Banyu Pinaruh yang jatuh sehari pasca Hari Raya Saraswati (Saninscara Umanis Watugunung, Sabtu, 21 Januar 2017),” cerita salah satu korban selamat, I Putu Budiasa, saat ditemui NusaBali di IGD RSUD Klungkung, Minggu kemarin.
Tiba di Pantai Pesinggahan sekitar pukul 05.30 Wita, mereka tidak langsung malukat, namun pilih duduk santai di atas pasir sambil bergurau, sembari menunggu matahari terbit. Berselang 1 jam kemudian, yakni pukul 06.30 Wita, barulah 5 dari 8 sekawan ini melepaskan pakaian dan mandi dengan mengenakan celana boxer. Sedangkan 3 orang lainnya masih duduk-duduk di tempat semula untuk mengawasi pakaian dan barang bawaan mereka.
“Setelah 15 menit berenang, saya dan 4 teman lainnya mandi agak ke tengah laut, sekitar 5 meter dari bibir pantai. Tiba-tiba, muncul ombak tinggi menggulung kami,” tutur Putu Budiasa.
Karena 5 remaja sekawan ini semuanya tidak bisa renang, mereka pun langsung digulung ombak. Beruntung, korban Putu Budiasa dan Made Winastra, dihantam ombak susulan, hingga mereka tidak tenggelam karena terhempas ke tepi pantai. Keduanya langsung ditarik warga yang saat itu juga malukat serangkaian Banyu Pinaruh di Pantai Pensinggahan.
Sebaliknya, tiga korban lainnya langsung tenggelam digulung ombak, yakni Kadek Ariana, Gede Ariawan, dan Kadek Eka Jaya. Mereka timbul tenggelam di tengah laut sekitar 15 meter dari bibir pantai. Setelah bertaruh nyawa selama 10 menit, dua dari mereka, Gede Ariawan dan Kadek Eka Jaya, berhasil diselamatkan warga. Mereka dievakuasi ke darat dalam kondisi pingsan, di mana dari mulutnya keluar busa, karena cukup banyak kemasukan air dan pasir. Setelah diberikan pertolongan pertama di tepi pantai, mereka akhirnya siuman dan langsung dilarikan ke IGD RSUD Klungkung dengan mobil patroli Polsek Dawan.
Sementara, korban Kadek Ariana tidak berhasil diselamatkan warga, karena keburu tenggelam ke dasar laut. Pencarian remaja asal Desa Pesinggahan ini dilakukan tim gabungan dari Polsek Dawan, TNI, BPBD Klungkung, RAPI Klungkung, dan warga sekitar, dengan dibantu perahu nelayan. Setelah dilakukan upaya pencarian selama 30 menit, korban Kadek Ariana ditemukan sekitar pukul 07.15 Wita.
Korban Kadek Ariana ditemukan nyangkut di kedalaman sekitar 20 meter bawah permukaan laut, tak jauh dari lokasi tenggelam. Keberadaan korban diketahui petugas saat mereka menoleh-noleh ke dalam laut dari atas perahu. Namun, upaya evakuasi korban dari laut terkendala, karena petugas tidak membawa peralatan menyelam.
Akhirnya, proses evakuasi berlangsung dramatis, di mana petugas terpaksa meminjam pancing nelayan untuk mengaitkan kailnya di pakaian korban. Adalah I Wayan Sumiasa, warga Banjar Lekok, Desa/Kecamatan Dawan, Klungkung, yang kebetulan mandi di Pantai Pesinggahan dan memiliki kemampuan berenang, yang nekat menyelam tanpa peralatan khusus untuk mengikatkan kail ke tubuh korban. Kemudian, pancing yang mengait tubuh korban ditarik secara perlahan. “Saya menggunakan ban mobil bekas untuk bisa bantu mengapung dan mendarat tepat di atas lokasi korban tenggelam,” cerita Wayan Sumiasa.
Ajaibnya, saat diangkat ke atas permukaan laut, korban Kadek Ariani masih bernapas. Remaja berusia 17 tahun ini pun dilarikan ke RSUD Klungkung. Sayangnya, nyawa korban tetap tidak terselamatkan, karena dinyarakan meninggal saat dalam perjalanan menuju RSUD Klungkung. “Ya, seorang korban (Kadek Ariana) meninggal saat dalam perjalanan, sementara dua orang lainnya (Gede Ariawan dan Kadek Eka Jaya) sedang kami rawat di rumah sakit,” ungkap Direktur RSUD Klungkung, dr Nyoman Kesuma.
Jenazah koban Kadek Ariana sudah dipulangkan dari RSUD Klungkung ke rumah duka di Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Minggu pagi pukul 10.00 Wita. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Pikat pada Soma Pon Sinta, Senin (22/1) ini.
Pantauan NusaBali di RSUD Klungkung sebelum jenazah dipulangkan ke rumah duka, keluarga dan kerabat korban Kadek Ariana sangat berduka atas musibah maut saat Banyu Pinaruh ini. Kedua orangtua korban, I Wayan Wenten dan Ni Nyoman Taluh, menangis histeris. Sang suami, I Wayan Wenten, berusaha tabah sembari menenangkan istrinya.
Korban Kadek Ariana merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan I Wayan Wenten dan Ni Nyoman Taluh. Korban diberi imbuhan ‘Kadek; di depan namanya, karena memiliki kakak tiri (pernikahan dari ibunya dengan suami sebelumnya). Saat ini, korban Kadek Ariana tercatat sebagai siswa Kelas XI SMKN 1 Manggis, Jurusan Tehnik Sepeda Motor (TSM).
Kematian tragis korban Kadek Ariana menyisakan cerita niskala. Sesaat sebelum peristiwa maut, kakak sepupu korban, I Made Darmika, sempat mimpu aneh, Minggu dinihari kemarin. Dalam mimpinya, Made Darma berada di pantai bersama sejumlah anak-anak, lalu diterjang ombak besar. “Kami berlarian karena muncul ombak besar. Bagitu bangun tidur, perasaan saya mulai tidak enak,” kenang Made Darma.
Sementara itu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi sang istri, Nyonya Ayu Suwirta, Minggu kemarin sempat melayat ke rumah duka di Banjar Sangluh, Desa Pesinggahan. Selain itu, Bupati Suwirta juga sempat terjun ke lokasi musibah maut di Pantai Pesinggahan, depan Puyra Goa Lawah.
Bupati Suwirta menyatakan, Kabupaten Klungkung yang mempunyai wilayah pantai cukup panjang, perlu menyiapkan tim selam untuk menangani kejadian-kejadian seperti musibah tenggelam seperti kemarin pagi. “Sebagai catatan juga di BPBD, kepolisian, dan TNI, karena Klungkung mempunyai wiyalah pantai yang cukup panjang, sehingga perlu disiapkan tim selam,” ujar Bupati asal kawasan seberang Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung ini.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada, menyatakan pihaknya akan melakukan kajian, apakah di lokasi korban tenggelam perlu dipasang papan peringatan bahaya atau tidak? Yang jelas, dari pengamatannya, musibah kemarin pagi di depan Pura Goa Gajah merupakan kejadian secara tiba-tiba dan insidentil. “Kita imbau kepada warga untuk berhati-hati saat mandi di pantai,” pinta Putu Widiada. * wa
Komentar