Bali Hope and Freedom Gelar Charity Run untuk Bantu Penanggulangan ODGJ di Bali
DENPASAR, NusaBali.com - Tergerak untuk membantu penanganan penyakit mental di Pulau Dewata, berbagai elemen berkolaborasi mengadakan Charity Run untuk menghimpun donasi dari masyarakat yang akan disalurkan pada penanganan para ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
Bali Hope and Freedom, sebuah gerakan yang ingin mengajak masyarakat lebih peduli dengan penanganan ODGJ di Bali, menggandeng 13 pelari dan influencer yang tergabung dalam Virtuathlon, serta Suryani Institute for Mental Health (SIMH) yang sudah lama dikenal memberi perhatian pada penanganan ODGJ di Bali.
“Saya kebetulan fotografer, saya beberapa kali mengadakan pameran-pameran foto. Dari pameran foto itu akhirnya diketahui oleh beberapa teman-teman pelari. Mereka menghubungi saya, mereka mau membantu dengan cara berlari mengumpulkan donasi,” ujar Lead Project Bali Hope and Freedom, Kadek Rudi A Waisnawa, ditemui pada saat konferensi pers di Denpasar, Sabtu (9/10/2021).
Sementara influencer yang terlibat dalam kegiatan ini, salah satunya adalah Putri Pariwisata Indonesia 2020 Jessy silana Wongsodiharjo.
Rudi menambahkan, jika Bali Run for Hope akan diselenggarakan pada hari Minggu (10/10/2021) yang mengambil start dari Denpasar (The Ambengan Tenten) menuju Pantai Melasti Uluwatu.
Adapun target donasi sebesar Rp 200 juta yang akan diberikan kepada SIMH dan selanjutnya akan digunakan untuk membantu penanganan para penderita ODGJ dari segi perawatan dan kebutuhan operasional harian.
Agar donasi bisa lebih transparan, kegiatan ini juga mengajak pihak Ayobantu.com sebagai wadah penggalangan dana di mana publik bisa melihat secara real time perkembangan donasi dari hari ke hari.
Dengan jangka waktu donasi sampai akhir Oktober 2021 mendatang, panitia Bali Hope and Freedom didukung oleh para pelari penggalang dana merasa sangat optimis target donasi bisa tercapai.
Founder and CEO Virtuathlon, Ramli Alrashid, mengatakan begitu mengetahui adanya isu kesehatan mental dan ODGJ di Bali, pihaknya langsung berinisiatif untuk mendukung gerakan penanganan ODGJ di Bali.
“Tanpa embel-embel apapun, oke kami akan support Bali Hope and Freedom, kami akan buatkan sebuah movement charity yang biasa kita selenggarakan untuk misi-misi sosial seperti biasanya,” ungkap Ramli.
Dikatakan Ramli, Virtuathlon memang sudah beberapa kali melaksanakan kegiatan charity namun lebih kepada isu-isu terkait permasalahan anak-anak, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, di sisi lain, Prof Dr LK Suryani SpKJ, psikiater dan pendiri Suryani Institute for Mental Health (SIMH), mengungkapkan dari pengalaman SIMH menangani ODGJ di beberapa tempat di Bali, ternyata para ODGJ tersebut memiliki trauma di masa kecilnya.
“Setelah kami pelajari, ternyata mereka itu bukan karena faktor keturunan, tetapi karena ada trauma waktu kecil, diawali dalam kandungan sampai sepuluh tahun pertama,” ujar Prof Suryani.
Prof Suryani mengatakan, kondisi para penderita gangguan jiwa yang ditangani oleh SIMH sangat menyedihkan. Sebagian besar hidup terpasung, dirantai di rumah selama bertahun-tahun. ISMH pun, kata Prof Suryani, gencar memberikan parawatan dan bantuan bagi para ODGJ yang dipasung di desa-desa di Bali.
Diketahui, Prof Suryani pada tahun 2005 mendirikan SIMH diawali keprihatinannya terhadap banyaknya ODGJ yang dipasung terutama di wilayah pedesaan. Menurut data Suryani Institute Mental Health, setidaknya 350 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Bali hidup dalam kondisi terpasung oleh keluarganya sendiri.
Hingga saat ini SIMH telah mengobati setidaknya 600 ODGJ dan terus mendorong pihak keluarga untuk menghentikan pemasungan. Hasilnya menurut Prof Suryani, kini 30 persen di antaranya dapat sembuh dan kembali ke masyarakat.
SIMH juga telah menciptakan dua pusat krisis, yang dikenal sebagai Layanan Hidup Bahagia (Happy Living Services) di dua kabupaten, yakni Karangasem dan Buleleng. Sejauh ini, kedua pusat krisis tersebut telah berhasil membantu ratusan orang secara gratis dengan mengusung misi Fight Against the Darkness. *adi
“Saya kebetulan fotografer, saya beberapa kali mengadakan pameran-pameran foto. Dari pameran foto itu akhirnya diketahui oleh beberapa teman-teman pelari. Mereka menghubungi saya, mereka mau membantu dengan cara berlari mengumpulkan donasi,” ujar Lead Project Bali Hope and Freedom, Kadek Rudi A Waisnawa, ditemui pada saat konferensi pers di Denpasar, Sabtu (9/10/2021).
Sementara influencer yang terlibat dalam kegiatan ini, salah satunya adalah Putri Pariwisata Indonesia 2020 Jessy silana Wongsodiharjo.
Rudi menambahkan, jika Bali Run for Hope akan diselenggarakan pada hari Minggu (10/10/2021) yang mengambil start dari Denpasar (The Ambengan Tenten) menuju Pantai Melasti Uluwatu.
Adapun target donasi sebesar Rp 200 juta yang akan diberikan kepada SIMH dan selanjutnya akan digunakan untuk membantu penanganan para penderita ODGJ dari segi perawatan dan kebutuhan operasional harian.
Agar donasi bisa lebih transparan, kegiatan ini juga mengajak pihak Ayobantu.com sebagai wadah penggalangan dana di mana publik bisa melihat secara real time perkembangan donasi dari hari ke hari.
Dengan jangka waktu donasi sampai akhir Oktober 2021 mendatang, panitia Bali Hope and Freedom didukung oleh para pelari penggalang dana merasa sangat optimis target donasi bisa tercapai.
Founder and CEO Virtuathlon, Ramli Alrashid, mengatakan begitu mengetahui adanya isu kesehatan mental dan ODGJ di Bali, pihaknya langsung berinisiatif untuk mendukung gerakan penanganan ODGJ di Bali.
“Tanpa embel-embel apapun, oke kami akan support Bali Hope and Freedom, kami akan buatkan sebuah movement charity yang biasa kita selenggarakan untuk misi-misi sosial seperti biasanya,” ungkap Ramli.
Dikatakan Ramli, Virtuathlon memang sudah beberapa kali melaksanakan kegiatan charity namun lebih kepada isu-isu terkait permasalahan anak-anak, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, di sisi lain, Prof Dr LK Suryani SpKJ, psikiater dan pendiri Suryani Institute for Mental Health (SIMH), mengungkapkan dari pengalaman SIMH menangani ODGJ di beberapa tempat di Bali, ternyata para ODGJ tersebut memiliki trauma di masa kecilnya.
“Setelah kami pelajari, ternyata mereka itu bukan karena faktor keturunan, tetapi karena ada trauma waktu kecil, diawali dalam kandungan sampai sepuluh tahun pertama,” ujar Prof Suryani.
Prof Suryani mengatakan, kondisi para penderita gangguan jiwa yang ditangani oleh SIMH sangat menyedihkan. Sebagian besar hidup terpasung, dirantai di rumah selama bertahun-tahun. ISMH pun, kata Prof Suryani, gencar memberikan parawatan dan bantuan bagi para ODGJ yang dipasung di desa-desa di Bali.
Diketahui, Prof Suryani pada tahun 2005 mendirikan SIMH diawali keprihatinannya terhadap banyaknya ODGJ yang dipasung terutama di wilayah pedesaan. Menurut data Suryani Institute Mental Health, setidaknya 350 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Bali hidup dalam kondisi terpasung oleh keluarganya sendiri.
Hingga saat ini SIMH telah mengobati setidaknya 600 ODGJ dan terus mendorong pihak keluarga untuk menghentikan pemasungan. Hasilnya menurut Prof Suryani, kini 30 persen di antaranya dapat sembuh dan kembali ke masyarakat.
SIMH juga telah menciptakan dua pusat krisis, yang dikenal sebagai Layanan Hidup Bahagia (Happy Living Services) di dua kabupaten, yakni Karangasem dan Buleleng. Sejauh ini, kedua pusat krisis tersebut telah berhasil membantu ratusan orang secara gratis dengan mengusung misi Fight Against the Darkness. *adi
1
Komentar