Hari Kesehatan Mental Sedunia: Tingkat Kesadaran Kesehatan Mental pada Masyarakat Bali Masih Rendah
DENPASAR, NusaBali.com - Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap 10 Oktober, menjadi salah satu momentum untuk lebih memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Sayangnya, kesadaran akan kesehatan mental dinilai belum banyak dimiliki oleh sebagian masyarakat Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Bali yang dipasung oleh keluarganya. Padahal dengan penanganan yang tepat hal tersebut mestinya tidak perlu terjadi.
Masih banyaknya kasus bunuh diri pada masyarakat Bali, juga perlu menjadi perhatian bersama. “Masih perlu upaya lebih keras untuk meningkatkan awareness terhadap kesehatan mental. Stigma terhadap kesehatan mental masih cukup tinggi baik di masyarakat maupun kalangan tenaga kesehatan,” ujar Dr dr Cok Bagus Jaya Lesmana Sp KJ (K), psikiater Suryani Institute for Mental Health (SIMH), Minggu (10/10/2021).
Diakui oleh dr Cok Jaya, informasi mengenai kesehatan mental dan gangguan jiwa juga masih sangat minim di kalangan masyarakat Bali. Banyak yang menganggap bahwa gangguan jiwa hanyalah berupa skizofrenia atau masyarakat awam mengenalnya dengan ‘gila’.
Untuk diketahui, gangguan jiwa dapat dikatakan sebagai sekelompok gejala yang ditandai dengan perubahan pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang yang menimbulkan disfungsi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Beberapa gangguan jiwa yang cukup sering terjadi di masyarakat antara lain adalah depresi, ansietas atau cemas, skizofrenia, bipolar, dan gangguan kepribadian.
Dokter Cok Jaya menuturkan, peliknya permasalahan kesehatan mental juga diperparah dengan sedikitnya perhatian pemerintah kepada isu kesehatan mental maupun hal-hal yang terkait di sekitarnya. Pemerintah, dikatakan dokter Cok Jaya, belum menempatkan isu kesehatan mental sebagai prioritas dalam kebijakannya.
“Harapan saya, setiap orang dapat memahami mengenai kesehatan mental dan dapat mengakses layanan kesehatan mental dengan baik,” kata dokter Cok Jaya yang juga akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Dokter Cok Jaya menjelaskan, pencegahan tentunya menjadi hal terbaik dibandingkan mengobati sehingga edukasi terhadap tenaga kesehatan dan masyarakat dapat dijadikan prioritas. “Dengan mengenali tanda dini perubahan mental yang terjadi tentunya akan dapat mencegah berkembangnya menjadi gangguan jiwa yang lebih berat,” ujarnya.
Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992 sebagai kegiatan tahunan Federasi Kesehatan Jiwa Sedunia. Peringatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan edukasi tentang masalah kesehatan mental di seluruh dunia.
Perlu diketahui, orang dengan kondisi kesehatan mental dikatakan berisiko lebih tinggi meninggal sebelum waktunya. Di tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema ‘Perawatan kesehatan mental untuk semua: mari kita wujudkan’ atau ‘Mental health care for all: let's make it a reality’. *adi
Komentar