Kasus DB di Buleleng Turun Drastis
Dinkes Aktifkan Kembali Jumantik
SINGARAJA, NusaBali
Kasus Demam Berdarah (DB) di Kabupaten Buleleng tahun ini menurun drastis. Sebelumnya di tahun 2020 lalu, Buleleng selain dibombardir pandemi, juga diserang DB dengan angka kasus yang tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng sebanyak 3.246.
Tahun ini data per bulan September lalu, jumlah kasus DB hanya 930. Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto, Minggu (10/10) kemarin mengatakan, penyakit DB yang merupakan penyakit endemis di Buleleng, selalu muncul setiap tahun. Hanya saja jumlah kasusnya berbeda-beda. Peningkatan kasus yang sangat signifikan seperti tahun 2020 lalu merupakan siklus lima tahunan.
Beruntung tahun ini kasus yang tercatat relatif rendah. Sucipto mengklaim penurunan kasus DB di Buleleng ini salah satunya dipengaruhi upaya penanganan maksimal oleh pemerintah. “Penurunan kasus ini tidak lepas dari kerja keras pemerintah serta seluruh stakeholder termasuk masyarakat yang sudah ikut berpartisipasi aktif menanggulangi kasus DB di Buleleng ini,” jelas dia.
Penyakit DB yang tak pernah absen setiap tahunnya di Buleleng terjadi saat pergantian musim. Masa ini menjadi waktu yang sangat baik bagi nyamuk Aedes Aegepty untuk berkembangbiak. Populasinya akan meledak, jika masyarakat abai dengan kebersihan lingkungan sekitarnya.
Menurut Sucipto, langkah pencegahan yang paling ampuh adalah penerapan 3M. Mulai dari menguras atau membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air dan mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Sedangkan gerakan fogging membantu membunuh nyamuk dewasa.
“Upaya penanganan juga sudah kami sosialisasikan selain langsung oleh petugas kesehatan di lapangan, kami juga lakukan melalui media baik radio dan media sosial. Dalam hal ini kami juga bersurat kepada pemerintah desa untuk ikut serta melakukan pencegahan penyakit DB,” imbuhnya.
Sementara itu, tahun ini Dinkes Buleleng berencana kembali mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di masing-masing desa. Program ini sempat ditiadakan di tahun 2020 lalu, karena terbentur anggaran. “Dalam waktu dekat ini kami upayakan jumantik bisa aktif kembali, sehingga penanganan DB dapat lebih optimal,” tutup mantan Wadir SDM RSUD Buleleng ini.*k23
Komentar