'Uang Manggis' Mulai Dinikmati Petani Bali
Tujuan ke China, ekspor manggis masih terkendala belum ada penerbangan langsung
DENPASAR,NusaBali
Uang penjualan manggis dari ekspor mulai beredar dan dinikmati masyarakat. Hal tersebut menyusul ekspor manggis sejak awal Oktober ini. Kisaran 'uang manggis' tersebut mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Terutama di desa-desa yang menjadi sentra perkebunan manggis di Bali.
"Untuk satu desa bisa keluar 1 sampai 2 bahkan bisa sampai 7 ton sekali petik," ujar Jero Putu Tesan, ekspotir manggis asal Pupuan, Tabanan, Minggu (10/10).
Sementara harga manggis saat ini secara acak atau baru petik Rp 25.000 perkilo. Sedang yang sudah disortir untuk ekspor Rp 30.000 perkilo.
"Jadi lumayan uang untuk menggerakan ekonomi di desa, " Jero Putu Tesan, yang juga Ketua Perhimpunan Eksportir Manggis Bali.
Dia menyebut beberapa sentra manggis di Bali yang sudah panen dan memasok kebutuhan ekspor. Diantaranya Pekutatan, Pangkung Jangu dan Brambang di Kabupaten Jembrana. Juga di sentra-sentra perkebunan manggis lainnya di Bali.
Ekspor masih dengan tujuan China. "Kalau saya sudah tiga kali mengirim, " ujar Jero Putu Tesan. Mulai tanggal 8, 9 dan 10 Oktober, Minggu kemarin. "Sekali pengiriman lima ton," kata Jero Putu Tesan.
Hanya saja lanjut dia, ekspor manggis Bali terkendala transportasi udara, karena belum ada penerbangan ke China dari Bandara Ngurah Rai, Tuban Badung. "Hanya ada carter fligth melalui Jakarta, " kata Jero Tesan. Itupun dengan ruang untuk kargo terbatas. Prosesnya untuk mengirim sampai pengiriman sekitar 2 hari. Mulai dari proses persiapan oleh vendor, sampai pengurusan dokumen.
Karena itu untuk ekspor selanjutnya akan menggunakan kontainer.Waktunya memang lebih lama. Namun dipastikan mutu manggis akan tetap terjaga. "Setiap perusahan (operator) kan punya teknologi. Misalnya bagaimana mengatur temperatur sehingga produk tetap terjaga," jelas dia.
Sementara data Indonesia Quaranyine Full Automation System (Iqfast)Balai Karantina Pertanian Denpasar, ekspor buah segar khususnya manggis dengan tujuan China, sudah mulai minggu keempat September lalu. Antara 2-3 ton bahkan sampai 8 ton manggis perhari diekspor ke negara berjuluk ‘Tirai Bambu’ itu.
"Sampai saat ini tiap hari rutin ada pengiriman manggis Bali ke China," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar I Putu Terunanegara, Minggu kemarin.
Dikatakan Terunanegara, manggis Bali punya peminat tersendiri di China. Hal itu karena manggis Bali punya daging yang empuk, tidak lembek dan tampilan luar yang cantik.
"Sekarang ini sudah musim manggis di beberapa daerah di Bali. Saya optimistis volume ekspor manggis akan melonjak setelah dibukanya bandara Ngurah Rai, " ujar Terunanegara.
Balai Karantina, ujar Terunanegara tetap akan melakukan pendampingan kepada petani dari hulu ke hilir, sehingga kualitas produk yang dihasilkan petani terjaga dan pasarnya berkelanjutan. *K17
"Untuk satu desa bisa keluar 1 sampai 2 bahkan bisa sampai 7 ton sekali petik," ujar Jero Putu Tesan, ekspotir manggis asal Pupuan, Tabanan, Minggu (10/10).
Sementara harga manggis saat ini secara acak atau baru petik Rp 25.000 perkilo. Sedang yang sudah disortir untuk ekspor Rp 30.000 perkilo.
"Jadi lumayan uang untuk menggerakan ekonomi di desa, " Jero Putu Tesan, yang juga Ketua Perhimpunan Eksportir Manggis Bali.
Dia menyebut beberapa sentra manggis di Bali yang sudah panen dan memasok kebutuhan ekspor. Diantaranya Pekutatan, Pangkung Jangu dan Brambang di Kabupaten Jembrana. Juga di sentra-sentra perkebunan manggis lainnya di Bali.
Ekspor masih dengan tujuan China. "Kalau saya sudah tiga kali mengirim, " ujar Jero Putu Tesan. Mulai tanggal 8, 9 dan 10 Oktober, Minggu kemarin. "Sekali pengiriman lima ton," kata Jero Putu Tesan.
Hanya saja lanjut dia, ekspor manggis Bali terkendala transportasi udara, karena belum ada penerbangan ke China dari Bandara Ngurah Rai, Tuban Badung. "Hanya ada carter fligth melalui Jakarta, " kata Jero Tesan. Itupun dengan ruang untuk kargo terbatas. Prosesnya untuk mengirim sampai pengiriman sekitar 2 hari. Mulai dari proses persiapan oleh vendor, sampai pengurusan dokumen.
Karena itu untuk ekspor selanjutnya akan menggunakan kontainer.Waktunya memang lebih lama. Namun dipastikan mutu manggis akan tetap terjaga. "Setiap perusahan (operator) kan punya teknologi. Misalnya bagaimana mengatur temperatur sehingga produk tetap terjaga," jelas dia.
Sementara data Indonesia Quaranyine Full Automation System (Iqfast)Balai Karantina Pertanian Denpasar, ekspor buah segar khususnya manggis dengan tujuan China, sudah mulai minggu keempat September lalu. Antara 2-3 ton bahkan sampai 8 ton manggis perhari diekspor ke negara berjuluk ‘Tirai Bambu’ itu.
"Sampai saat ini tiap hari rutin ada pengiriman manggis Bali ke China," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar I Putu Terunanegara, Minggu kemarin.
Dikatakan Terunanegara, manggis Bali punya peminat tersendiri di China. Hal itu karena manggis Bali punya daging yang empuk, tidak lembek dan tampilan luar yang cantik.
"Sekarang ini sudah musim manggis di beberapa daerah di Bali. Saya optimistis volume ekspor manggis akan melonjak setelah dibukanya bandara Ngurah Rai, " ujar Terunanegara.
Balai Karantina, ujar Terunanegara tetap akan melakukan pendampingan kepada petani dari hulu ke hilir, sehingga kualitas produk yang dihasilkan petani terjaga dan pasarnya berkelanjutan. *K17
1
Komentar