Kepala BNPT Pimpin Peringatan Bom Bali di Ground Zero
MANGUPURA, NusaBali
Kepala Bandan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar memimpin langsung peringatan bom Bali di Monument Bom Bali Ground Zero, Kecamatan Kuta, Badung, Rabu (12/10) sore.
Dalam peringatan tragedi kemanusiaan yang terjadi 19 tahun silam itu, Boy Rafli Amar mengakui kehadiran negara untuk membantu para korban secara penuh.
Menurutnya, bom Bali merupakan tragedi kemanusiaan yang masuk dalam kejahatan ekstra ordinary crime yang telah berdampak korban jiwa mencapai 202 orang dan ratusan mengalami luka dan cedera dari 22 negara di dunia. Kejadian itu merupakan duka mendalam bagi negara dan juga dunia. Untuk itu, negara hadir untuk mengakomodir masyarakat yang menjadi korban dalam tragedi tersebut.
“Sudah 19 tahun berlalu, negara terus mendata semua korban. Bagi para korban yang sudah terdata, juga dilakukan berbagai penanganan rehabilitasi dan kompensasi kepada mereka,” kata Boy Rafli Amar.
Diakuinya, BNPT saat ini terus berupaya untuk mendata semua korban bom Bali. Tercatat negara baru mengeluarkan 138 surat keterangan korban bom Bali. Untuk itu, pihaknya berupaya untuk merealisasikan dana kompensasi yang seyogyanya diterima para korban. Kendalanya, kata dia, para korban ada diberbagai negara seperti di Amerika dan Australia.
“BNPT selama 11 tahun sudah mengeluarkan sekitar 650 surat keterangan korban terkait aksi terorisme. Dari total itu, 138 terkait kejahatan terorisme di Bali. Saat ini, masih terus melakukan pendalaman, termasuk dengan data lama, karena dengan data penyelidikan kepolisian masa lalu, kita mendapatkan data yang akurat,” kata Boy Rafli Amar lagi.
Salah satu korban bom Bali, Suyanto, 56, mengaku masih ingat betul kejadian 19 tahun silam itu. Pria asal Surabaya, Jawa Timur itu masih bekerja seperti biasa sebagai bar tender di Sari Club, Jalan Legian, Kecamatan Kuta. Namun, dalam sekejap hancur berantakan setelah bom meledak tepat di depan tempatnya bekerja. Kuatnya ledakan menyebabkan serpihan kaca dan benda keras lainnya menancap bahkan masuk ke dalam tubuhnya. Ledakan itu juga membuat ke dua gendang telinganya rusak. Dia tidak tahu betul yang terjadi, namun saat melihat sekitar sudah banyak wisatawan dan juga rekan-rekan kerjanya meregang nyawa. Masih menurut Suyanto, dirinya sempat pingsan, namun sadar dan berusaha merangkak dari dalam gedung yang porak poranda. “Saya selamat karena terlindungi tembok. Karena kondisi tempat kerja sudah terbakar, akhirnya merangkak dan menyelamatkan diri ke jalan,” kata bapak dua anak ini.
Meski kejadiannya sudah 19 tahun silam, Suyanto mengaku masih trauma. Dia berharap ada pendamping dari pihak terkait. Hal ini dikarenakan, meski sudah 19 tahun berlalu, pihaknya saat ini masih terus melakukan perawatan medis. “Harapan kami memang adanya perhatian dalam pengobatan. Karena sampai saat ini tetap berjalan. Kami juga berterima kasih kepada negara yang sudah memberikan hak dan kompensasi,” harapnya. *dar
1
Komentar