Kadek Wahyu Selamatkan Muka Pencak Silat Bali
Pesilat Juara Dunia, Asian Games, dan SEA Game Keok di Final
Dengan tambahan 1 emas dan 1 perak kemarin, Pencak Silat total menyumbangkan 1 emas, 2 perak dan 6 perunggu.
JAYAPURA, NusaBali
Atlet Cabang Olahraga Beladiri Pencak Silat, Komang Harik Adi Putra Kelas E Putra (65-70 kg putra) gagal pertahankan medali emas di final kategori laga pada ajang PON XX 2020 Papua di GOR Toware, Selasa (12/10), setelah kalah dari lawannya Paksi Ghifari (Jawa Barat) 0-5. Sementara itu I Kadek Wahyu Rihartana Giri Kelas G Putra (70-75 kg) berhasil mempertahankan tradisi emas setelah di final berhasil mengalahkan Igi Rangga (Jawa Barat) 5-0.
Kekalahan Komang Harik peraih medali emas PON XIX 2016 di Jawa Barat, pemegang gelar juara dunia 2018 di Singapura, emas Asian Games 2018 di Jakarta, dan emas SEA Games 2019 itu menimbulkan kontroversi. Dalam final kemarin yang menjadi sorotan yakni tendangan dan kuncian Komang Harik Adi Putra mengenai lawannya Paksi Ghifari. Tetapi juri justru memberikan nilai untuk pesilat Paksi Jawa Barat.
Padahal selama ini dari rekor pertemuan, Komang Harik Adi Putra selalu berhasil memenangkan pertandingan sekitar 6 kali. Namun dalam pertandingan kemarin, justru Komang Harik Adi Putra gagal menjaga rekor pertemuan selama ini. Paksi Ghifari kebagian medali emas, Komang Harik harus puas dengan medali perak.
Sebelumnya, pesilat Bali berguguran dalam babak final kategori seni, Senin (11/10) ke¬marin, Dari 5 partai final kategori seni yang diikuti pesilat Bali, tidak satu pun yang berhasil membuahkan medali emas. Hasilnya hanya meraih 1 medali perak dan 3 perunggu, setelah kalah bersaing dengan lawan-lawannya.
Dengan tambahan 1 emas dan 1 perak kemarin, Pencak Silat total menyumbangkan 1 emas, 2 perak dan 6 perunggu. Pada pertandingan sebelumnya Pencak Silat telah meraih 1 perak dan 6 perunggu. Peraih medali perak dari Kategori Seni Ganda Putra, I Kadek Nyeneng Jaya Wiguna dan I Putu Anom Wiraguna. Sementara medali perunggu dari Seni Tunggal Putri Ni Kadek Astini, Seni Ganda Putri, Ni Made Mega Sri Wahyuni dan Putu Cincin Cindra Dewi.
Medali perunggu lainnya dari Seni Regu Putra, I Kadek Adi Santosa, Made Ananta Pradnya, dan Putu Yudhi Surya Pratama. Sementara itu 3 medali perunggu dari kategori laga diraih Ni Made Sindi Kelas F Putri, I Wayan Sumertayasa Kelas H Putra, dan Cokorda Gede Kresna Wiguna Putra Kelas I Putra.
Pelatih Kepala Pencak Silat Bali, I Gusti Made Semarajaya menyoroti soal kepemimpinan juri pada final Komang Harik Putra yang dinilai ada faktor non teknis atas kekalahan atlet andalannya. Kata Gusti Semarajaya yang juga Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Provinsi Bali, bukan dalam artian mencari kambing hitam atas kekalahannya di final, namun jelas - jelas saat Komang Harik dapat poin, poin itu justru dimasukkan ke lawannya.
Hal ini juga telah dilakukan protes kepada dewan juri namun poin justru tetap masuk untuk lawan. Pelatih asal Perguruan Bakti Negara itu menambahkan, selama ini Komang Harik juga cederanya kambuh. Kata dia, bahkan cederanya kambuh jelang 3 Minggu berangkat ke PON XX 2020 Papua. Namun waktu itu tetap diusahakan perawatan untuk Komang Harik dengan terapi. Cedera Komang Harik diawali sakit dipaha, kemudian berlanjut ke pergelangan kaki kanan.
Namun dengan tekad kuatnya, Komang berangsur angsur membaik. "Saya mohon maaf belum bisa bawa medali emas dari Komang Harik," tutur Gusti Semarajaya. Ditambahkan, raihan medali emas dari I Kadek Wahyu Rihartana Giri Kelas patut disyukuri. Namun secara umum kita gagal memenuhi target 5 medali emas karena terealisasi hanya 1 medali emas saja.
Sementara itu Komang Harik peraih medali emas Asian Games 2018 di Jakarta tetap bersyukur bisa masuk sampai babak final, sebab mulai penyisihan hingga semifinal, Komang Harik terlihat selalu bermain dengan penuh hati-hati. "Mohon maaf Komang Harik tidak bisa dapatkan medali emas, hanya itu yang saya bisa, dan saya tidak menyalahkan siapapun atas pertandingan tadi," tutur pesilat kelahiran 14 Oktober 1994 yang kini berusia 27.
Bagi Komang Harik Adi Putra dapat medali perak sudah bersyukur, karena masih dalam tahap pemulihan cedera. "Evaluasi dulu dimana celahnya, kedepan saya ingin kembali menjadi yang terbaik. Otot-otot juga harus lebih dikuatkan lagi," papar pemegang gelar juara dunia 2018 di Singapura. Disatu sisi Wahyu Rihartana Giri mengakui sejak awal memang tidak diunggulkan bisa masuk final, tetapi dari target pribadi selalu ingin mendapatkan medali emas.
Pesilat dari Perguruan Perisai Diri yang baru berusia 18 tahun anak dari pasangan I Wayan Nuraja dengan Ni Made Minarni kemenangan di final sekaligus berhasil menebus kegagalan dikualifikasi PON tahun 2019 lalu. "Saya berhasil menghindar ketangguhan teknik bantingan dan guntingan yang sangat bagus dari lawan, pilih main agak sedikit menjauh, dan selalu berupaya memancing lawannya untuk bergerak lebih dulu dan memberikan serangan yang telak," tegas peraih medali POMNAS di Jakarta dan Makassar. *dek
Kekalahan Komang Harik peraih medali emas PON XIX 2016 di Jawa Barat, pemegang gelar juara dunia 2018 di Singapura, emas Asian Games 2018 di Jakarta, dan emas SEA Games 2019 itu menimbulkan kontroversi. Dalam final kemarin yang menjadi sorotan yakni tendangan dan kuncian Komang Harik Adi Putra mengenai lawannya Paksi Ghifari. Tetapi juri justru memberikan nilai untuk pesilat Paksi Jawa Barat.
Padahal selama ini dari rekor pertemuan, Komang Harik Adi Putra selalu berhasil memenangkan pertandingan sekitar 6 kali. Namun dalam pertandingan kemarin, justru Komang Harik Adi Putra gagal menjaga rekor pertemuan selama ini. Paksi Ghifari kebagian medali emas, Komang Harik harus puas dengan medali perak.
Sebelumnya, pesilat Bali berguguran dalam babak final kategori seni, Senin (11/10) ke¬marin, Dari 5 partai final kategori seni yang diikuti pesilat Bali, tidak satu pun yang berhasil membuahkan medali emas. Hasilnya hanya meraih 1 medali perak dan 3 perunggu, setelah kalah bersaing dengan lawan-lawannya.
Dengan tambahan 1 emas dan 1 perak kemarin, Pencak Silat total menyumbangkan 1 emas, 2 perak dan 6 perunggu. Pada pertandingan sebelumnya Pencak Silat telah meraih 1 perak dan 6 perunggu. Peraih medali perak dari Kategori Seni Ganda Putra, I Kadek Nyeneng Jaya Wiguna dan I Putu Anom Wiraguna. Sementara medali perunggu dari Seni Tunggal Putri Ni Kadek Astini, Seni Ganda Putri, Ni Made Mega Sri Wahyuni dan Putu Cincin Cindra Dewi.
Medali perunggu lainnya dari Seni Regu Putra, I Kadek Adi Santosa, Made Ananta Pradnya, dan Putu Yudhi Surya Pratama. Sementara itu 3 medali perunggu dari kategori laga diraih Ni Made Sindi Kelas F Putri, I Wayan Sumertayasa Kelas H Putra, dan Cokorda Gede Kresna Wiguna Putra Kelas I Putra.
Pelatih Kepala Pencak Silat Bali, I Gusti Made Semarajaya menyoroti soal kepemimpinan juri pada final Komang Harik Putra yang dinilai ada faktor non teknis atas kekalahan atlet andalannya. Kata Gusti Semarajaya yang juga Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Provinsi Bali, bukan dalam artian mencari kambing hitam atas kekalahannya di final, namun jelas - jelas saat Komang Harik dapat poin, poin itu justru dimasukkan ke lawannya.
Hal ini juga telah dilakukan protes kepada dewan juri namun poin justru tetap masuk untuk lawan. Pelatih asal Perguruan Bakti Negara itu menambahkan, selama ini Komang Harik juga cederanya kambuh. Kata dia, bahkan cederanya kambuh jelang 3 Minggu berangkat ke PON XX 2020 Papua. Namun waktu itu tetap diusahakan perawatan untuk Komang Harik dengan terapi. Cedera Komang Harik diawali sakit dipaha, kemudian berlanjut ke pergelangan kaki kanan.
Namun dengan tekad kuatnya, Komang berangsur angsur membaik. "Saya mohon maaf belum bisa bawa medali emas dari Komang Harik," tutur Gusti Semarajaya. Ditambahkan, raihan medali emas dari I Kadek Wahyu Rihartana Giri Kelas patut disyukuri. Namun secara umum kita gagal memenuhi target 5 medali emas karena terealisasi hanya 1 medali emas saja.
Sementara itu Komang Harik peraih medali emas Asian Games 2018 di Jakarta tetap bersyukur bisa masuk sampai babak final, sebab mulai penyisihan hingga semifinal, Komang Harik terlihat selalu bermain dengan penuh hati-hati. "Mohon maaf Komang Harik tidak bisa dapatkan medali emas, hanya itu yang saya bisa, dan saya tidak menyalahkan siapapun atas pertandingan tadi," tutur pesilat kelahiran 14 Oktober 1994 yang kini berusia 27.
Bagi Komang Harik Adi Putra dapat medali perak sudah bersyukur, karena masih dalam tahap pemulihan cedera. "Evaluasi dulu dimana celahnya, kedepan saya ingin kembali menjadi yang terbaik. Otot-otot juga harus lebih dikuatkan lagi," papar pemegang gelar juara dunia 2018 di Singapura. Disatu sisi Wahyu Rihartana Giri mengakui sejak awal memang tidak diunggulkan bisa masuk final, tetapi dari target pribadi selalu ingin mendapatkan medali emas.
Pesilat dari Perguruan Perisai Diri yang baru berusia 18 tahun anak dari pasangan I Wayan Nuraja dengan Ni Made Minarni kemenangan di final sekaligus berhasil menebus kegagalan dikualifikasi PON tahun 2019 lalu. "Saya berhasil menghindar ketangguhan teknik bantingan dan guntingan yang sangat bagus dari lawan, pilih main agak sedikit menjauh, dan selalu berupaya memancing lawannya untuk bergerak lebih dulu dan memberikan serangan yang telak," tegas peraih medali POMNAS di Jakarta dan Makassar. *dek
1
Komentar