3 M Solusi HIV/AIDS
AIDS terjadi ketika HIV menyebabkan kerusakan serius pada sistem imun. Kondisi ini sangat kompleks dan bervariasi pada setiap orang.
KELOMPOK 3M (Man, Mobile with Money) menjadi salah satu fokus penanggulangan HIV/AIDS. Kelompok 3M identik dengan pria yang sering berpergian keluar rumah atau memiliki pekerjaan jauh dari keluarga, seperti bekerja di pelabuhan, perkebunan, dan pertambangan.
Direktur Eksekutif Indonesian Business Coalition Aids (IBCA) Ramdani Sirait mengatakan, kelompok 3 M berisiko tinggi terinfeksi HIV jika membeli seks atau bergonta-ganti pasangan seks, kemudian melakukan seks tidak aman atau tanpa menggunakan kondom, menggunakan narkoba suntik bergantian, hingga melakukan seks sesama lelaki.
"Data Kementerian Kesehatan menyebutkan ada 6,7 pria membeli seks. Ini kondisi yang mempercepat penularan," kata Ramdani dalam peluncuran buku "Jangan Bawa Pulang HIV" di Jakarta, Senin (30/11/2015) seperti dilansir kompas.com. Yang mengkhawatirkan, para pekerja berisiko itu tidak menyadari ketika sudah terinfeksi HIV. Mereka kemudian bisa menularkan virus kepada istri di rumah ketika melakukan hubungan seksual.
Jika istri hamil dan positif HIV, maka ia bisa menularkan ke bayi yang dikandungnya. Fakta menunjukkan, ibu rumah tangga merupakan kelompok tertinggi yang terinfeksi HIV. Untuk itu, menurut Ramdani, edukasi HIV kepada para pekerja, khususnya mereka yang masuk kelompok 3 M sangat penting untuk memutus rantai penularan HIV.
"Edukasi HIV diberikan oleh ICBA mulai dari top manajemen perusahaan, HRD, dan karyawan. Tujuannya untuk mencegah penularan HIV, menjadikan tenaga kerja cerdas HIV," kata Ramdani. Edukasi tak hanya dari sisi pencegahan, tetapi juga penanggulangannya jika ada pekerja yang positif HIV. Perusahaan dan lingkungan kerja didorong untuk menghapuskan stigma dan juga diskriminasi kepada para pekerja positif HIV.
Tahun ini, Kementerian Perhubungan ditunjuk sebagai Ketua Panitia Nasional Hari AIDS Sedunia (HAS). Sektor transportasi menjadi perhatian utama HAS 2015 – 1 Desember 2015, karena menjadi salah satu sektor yang berisiko tinggi terjadinya penularan HIV. Deteksi HIV menjadi salah satu kunci pengendalian HIV/AIDS karena pengobatan yang tepat bisa meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan menekan angka penularan.
Tes HIV bisa dilakukan di rumah sakit atau pun Puskesmas di Jakarta. Tes ini juga tidak memerlukan biaya apa pun. “Yang penting adalah memiliki bekal pengetahuan tentang HIV,” kata Husen, Program Manager KIOS Universitas Atma Jaya Jakarta. Ia menjelaskan, tes HIV memiliki tiga tahapan, yang pertama adalah pra-tes, tes HIV (pengambilan contoh darah), dan pasca tes. Di tahap yang pertama ini seseorang akan dibekali pengetahuan tentang HIV/AIDS, termasuk bagaimana harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV.
Selanjutnya...
Komentar