Fisikal Ternyata Berubah, Tetapi Jiwani Tetap
Perkembangan jaman meluncur ke depan, tak elok ditahan apalagi dinafikan, sering juga diharap dan kadang dicemaskan.
Pada era agrikultur, tanah dan sawah dengan sistem ikutannya amat menjanjikan kehidupan di Bali. Pertanian adalah sumber makanan, penyedia bahan serat, bionergi dan lainnya. Krama Bali aktif berinteraksi secara vertikal dengan kesederhanaan; berinteraksi horizontal dengan ‘paras paros salulung sabayantaka’; dan, dengan lingkungan bagai seorang komposer yang memindahkan galur bunyi dari minor ke mayor-- harmonis!. Itu masa lalu yang telah lewat tetapi indah untuk dikenang. Memang, masa silam berubah namun lanskap keindahan, keserasian, kelestarian masih melekat pada memori dan tidak mudah dilupakan!
Jaman iptek menyundul kultur petani ke samping atau bahkan keluar dari aksisnya. Sains dan teknologi menjadi panglima, ia menarik mundur ‘bayu, sabda, idep’, nilai, norma, etika atau moral kebalian adiluhung. Kenangan akan sawah ladang, padi menguning dan berbagai jenis buah lokal, tutur sapa pribadi mengesankan yang taat pada ‘sor singgih basa‘, dan keyakinan tebal pada Sang Pencipta menggunakan rasa, hampir semuanya terkikis oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi!
Namun, ilmu pengetahuan modern sedang mengalami krisis hebat menurut López Corredoira's (2013), seorang associate professor di Instituto de Astrofísica de Canarias. Ia berpendapat bahwa sains modern kurang bisa memberi solusi dalam berbagai bidang keilmuan! Lebih keras, ia menyebut fenomena ini sebagai ‘ the death of science’ dan ‘the twilight of the scientific age’, sandyakalaning ipteks!
Jaman iptek tersisih oleh jaman Now, bagai gerhana matahari ketika bulan bergerak di antara matahari dan bumi. Berpikir menggunakan teori tidak sepenuhnya memeroleh kebenaran, hangatnya teori terhalang oleh kenyataan, dan kebenaran ilmiah semakin jauh dari orbit ellipsis kebenaran sejati! Pada jaman Now, pemuda menguasai teknologi dibandingkan dengan pemuda jaman dahulu. Pemuda jaman dulu harus berfikir keras untuk dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Pemuda jaman Now malah sering bermalas-malasan untuk sekolah. Dalam pergaulan, pemuda jaman Now dapat dikatakan lebih gaul dibandingkan dengan pemuda jaman dulu. Jalan ke sebuah mall merupakan hal yang wajib untuk menghabiskan akhir pekan mereka, termasuk juga nongkrong di café dengan segala hiburannya. Untuk penampilan pemuda jaman Now jelas lebih hit and hot, terkadang penampilan berlebihan. Dalam percintaan, pemuda jaman Now lebih berani dan terang benderang cara dan gaya berpacaran. Berbeda dengan pemuda jaman dulu, pacaran yang malu-malu, pakai surat cinta dan malam minggu belum tentu berani datang ke rumah sang pacar!
Masa pandemi telah membuat industri 4.0 terseok, penggunaan teknologi tidak membantu aktivitas krama Bali. Keunggulan teknologi tidak membantu aktivitas keseharian krama Bali, aktivitas manual menjadi tidak efektif untuk diterapkan dan membahayakan.Revolusi Industri 4.0 yang diyakini mampu memasilitasi semua aktivitas secara efektif dan efisien menjadi terkendala! Dengan begitu, di era new normal ini benar-benar menjadi waktu yang tepat untuk memasuki Industri 5.0 yang lebih canggih lagi.
Pada era Revolusi Industri 5.0. orang semakin memerioritaskan kualitas dan rela mengeluarkan biaya demi mendapatkan hasil, melaksanakan yadnya se-efisien mungkin dengan efektivitas maksimal, dan mengutamakan untuk memeroleh nilai tambah yang bersumber dari kreativitas berpikir, berkata dan berperilaku. Era super smart society (society 5.0) mengantisipasi gejolak disrupsi akibat Revolusi Industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian dan ambiguitas. Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM.
Selain pendidikan beberapa elemen dan pemangku kepentingan, seperti pemerintah, organisasi masyarakat dan seluruh masyarakat harus turut andil dalam menyambut ‘era society 5.0’. Semoga hanya yang fisikal berubah tetapi yang esensial tetap melekat dan berkembang positif. *
Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D.
Komentar