Ibudaya Festival 2021, Mengingatkan Semua akan Pulang
DENPASAR, NusaBali.com – Silih tunggil tindih, Ring Gumi Bali, Asih asuh trepti,Eling ring wit pertiwi. Lirik lagu Brothers and Sisters karya Ayu Laksmi tersebut mengandung makna ajakan kepada kita semua, untuk selalu mengingat tanah kelahiran.
Lagu yang menjadi original soundtrack Ibudaya Festival 2021 ini mengingatkan agar kita menjaga kesucian tanah kelahiran dan tulus ikhlas menyama braya.
Ibudaya Festival adalah kegiatan Selebrasi Budaya dan Gelar Wicara dilaksanakan secara virtual berpusat di Rumah Tua Peninggalan Belanda Buleleng pada Minggu (24/10/2021) mulai pukul 16.30 Wita.
Kedua mata acara tersebut sepenuhnya melibatkan perempuan-perempuan yang mendedikasikan hidupnya pada disiplin ilmu masing-masing. “Selebrasi Ibudaya menampilkan pertunjukan tradisi dan kontemporer berupa musik, sastra, tari dan teater,” kata Ayu Laksmi, Konseptor dan Direktur Ibudaya Festival, Kamis (21/10/2021).
Adapun para seniman penyaji antara lain Ni Luh Menek, Cok Sawitri, Ida Ayu Wayan Arya Setyani, Aryani Willems, Nyoman Tini Wahyuni, Heny Janawati, Echa Laksmi, Ida Ayu Nyoman Dyana Pani, Jasmine Okubo, Pranita Dewi, Alien Child, I Gusti Ayu Kusumayuni, Sanggar Seni Palwaswari, Ni Nyoman Srayamurtikanti, Komunitas Mahima, dan Ipung Dancer.
Selain itu ada Womb Ibudaya beranggotakan Aik Krisnayanti, Sagung Novi, Claudia, Ida Ayu Wisanti, Ni Ketut Fenty, Jesica Winanda Leksono Putri, Kharissa Sadha, Maria Murwiki, Monique Anastasia Tindage.
Sementara Gelar Wicara disajikan dengan acara diskusi kontemplatif oleh spiritualis perempuan, pakar ilmu medis, psikolog, pelaku pariwisata dan inisiator perempuan di berbagai bidang. Diskusi ini diharapkan merangsang kerja kolektif dan menumbuhkan keinginan untuk bergerak dalam satu semangat bersama.
Adapun narasumber tersebut adalah Sandrina Malakiano, Ayu Weda, dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SPA MARS, dr Luh Karunia Wahyuni SP KFR-K, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Ana Anandi dan Luh Manis.
Satu diantara penyaji Selebrasi Budaya yang terlibat ialah Jasmine Okubo koreografer asal Jepang yang telah lama berkarya di Bali. Ia mementaskan satu repertoar tari di Bukit Ser Buleleng berjudul Arecaceae. Karya tersebut mengangkat filosofi pohon kelapa yang erat hubungannya dengan kegiatan budaya orang Bali.
“Bagiku pohon kelapa itu kehidupan, sangat pas aku bawakan di Bukit Ser karena dulunya itu situs pemukiman,” ujar Jasmine Okubo saat tim Ibudaya Festival melaksanakan perekaman visual.
Ibudaya Festival mengusung tema Mula ka Mula. Mula dalam Bahasa Bali berarti menanam, Mula dalam Bahasa Indonesia artinya awal, sementara ka Mula dapat dimaknai ke asal –ke akar. Secara garis besar Mula ka Mula ialah ajakan untuk pulang ke asal untuk menanam.
Jika dikaitkan dengan konteks pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun ini, manusia dihadapkan dengan berbagai pilihan, utamanya mereka yang dulu meninggalkan rumah untuk mencari penghidupan ke suatu tempat, secara sadar dituntut pulang. Berhenti sejenak, merenung, menghayati, kemudian memulai kembali.
Dalam kepulangannya itu, mereka yang pulang akan berkeluh kesah kepada Ibu. Ibu yang memiliki rahim dalam tubuhnya merupakan asal kebermulaan kita semua.
Keberlangsungan Ibudaya Festival 2021 didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dadisiki Bali, Antida Music Production, Matahari Bali Convex, Kitapoleng Bali, Svara Semesta, Klinik dr Tiwi.com, IWMS (Indonesia World Music Series) dan tatkala.co. *mao
Komentar