KESEHATAN: Menghentikan Dengkuran
Setiap orang pasti pernah mendengkur. Menurut Johns Hopkins Medicine, dengkuran ringan ataupun sangat kencang sebenarnya sesekali dilakukan sekitar 45 persen orang dewasa dan 25 persen orang bahkan melakukannya setiap hari.
Pakar psikiatri dan pengobatan tidur sekaligus pendiri Menlo Park Psychiatry & Sleep Medicine, Alex Dimitriu MD dilansir antaranews, Senin (11/10/2021), mengatakan, dengkuran muncul dari udara yang keluar melalui saluran dengan kondisi sebagian tertutup atau menyempit.
Mendengkur bisa dianggap sebagai gangguan yang tidak berbahaya. Kendati begitu, menurut Mayo Clinic, dapat juga menjadi indikasi beberapa kondisi tidur seperti sleep apnea.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi alasan seseorang mendengkur, mulai dari alergi hingga posisi tidur. Pada kasus alergi, seperti halnya pilek, alergi dapat menyebabkan hidung tersumbat dan akhirnya mendengkur.
"Alergi dapat menyebabkan mendengkur karena menyebabkan peradangan pada saluran hidung," kata pakar saraf Chelsie Rohrschieb, PhD seperti dikutip dari Health, pada Senin.
Penyebab lainnya, saluran udara tersumbat atau menyempit. Kondisi seperti sleep apnea atau sindrom resistensi saluran napas atas juga dapat menyebabkan hal ini terjadi.
Menurut direktur medis di Sleep Center, Respiratory Therapy dan PFT Lab di Phelps Hospital, Steven Thau, MD, faktor fisik tertentu mungkin juga berperan di sini.
Orang dengan lidah yang besar, rahang pendek atau persegi, mulut kecil, amandel membesar, atau polip juga dapat menyumbat saluran udara.
Di sisi lain, kondisi pilek dapat berperan pada munculnya dengkuran. Dimitriu mengatakan, mendengkur dapat terjadi karena hidung tersumbat, menyebabkan seseorang hanya bernapas melalui mulut.
Selain itu, posisi tidur terlentang pun bisa berkontribusi membuat seseorang mendengkur. Menurut Dr. Thau, saluran udara bisa sekali lagi tersumbat dan memicu dengkuran.
Bila masalahnya karena alergi, Rohrschieb menyarankan untuk rutin menyemprot hidung menggunakan obat semprot hidung sebelum tidur guna membantu mengatasi peradangan hidung yang disebabkan oleh alergi.
Apabila penyebabnya dari fisik, seperti lidah yang lebih besar atau mulut yang kecil, Dr. Thau menyarankan agar berkonsultasi dengan dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk membantu memilih opsi yang tepat.
Sementara bila penyebab dengkuran karena posisi tidur terlentang, cobalah posisi tidur lain, walau memang akan sulit mengubah kebiasaan jangka panjang. Belum lagi, tidak mudah mengontrol posisi tidur dalam keadaan terlelap.
Bagi siapa pun yang berjuang untuk beralih, Dr. Dimitriu menyarankan untuk memberi semacam ganjalan di punggung atau bagian belakang tubuh. Cara ini walau cenderung ekstrem, tetapi akan membantu Anda berguling ke samping setiap kali berada dalam posisi tidur terlentang di malam hari.
Selain itu, ada beberapa kebiasaan tambahan yang dapat membatasi atau menghentikan dengkuran antara lain berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol, obat penenang sebelum tidur dan merokok karena bisa bisa mengiritasi saluran hidung. Sementara alkohol bisa mengendurkan otot dan dapat memperburuk dengkuran.
Selain itu, penggunaan nasal dilator atau nasal strip untuk membantu membuka jalur udara lewat hidung sehingga dapat bernapas lebih saat tidur.
Dalam laman hellosehat.com diingatkan, penyebab tidur ngorok bisa jadi karena otot yang mendukung jalur pernapasan mulai mengendur. Jadi, cara tepat untuk menghilangkan dengkuran secara alami terkait hal ini adalah dengan melakukan latihan senam mulut untuk memperkuat otot-otot tersebut.
Latihan senam mulut yang bisa diikuti secara rutin.
• Lafalkan setiap huruf vokal (a-i-u-e-o) dengan keras dan ulangi selama tiga menit, beberapa kali sehari.
• Tempatkan ujung lidah pada bagian belakang gigi depan atas. Geser lidah ke depan dan belakang selama tiga menit setiap hari.
• Tutup mulut dan kerucutkan mulut. Tahan selama 30 detik,
• Dengan mulut terbuka, gerakkan rahang bawah ke kanan dan tahan selama 30 detik. Ulangi untuk sisi kiri.
• Dengan mulut terbuka, kencangkan otot pada bagian belakang tenggorokan Anda berulang kali selama 30 detik. Tips: Bercermin dan lihat uvula (‘bola’ yang menggantung pada belakang lidah) bergerak ke atas-bawah.
• Majukan rahang bawah dengan menunjukkan gigi, tahan dalam 10 kali hitungan perlahan. Ulangi 5-20 kali dalam sehari
• Julurkan lidah sejauh mungkin. Gerakkan ke kanan, kiri, sentuh pojok bibir sambil tetap menjaga posisi lidah lurus. Lakukan dua kali sehari.
Lakukan senam tenggorokan ini setiap hari, agar dapat memperkuat otot pada saluran pernapasan bagian atas dan sekaligus menjadi solusi efektif untuk mengurangi atau menghentikan intensitas ngorok.
Kapan harus ke dokter? Jika dengkuran cukup keras sehingga membangunkan orang lain di rumah atau bahkan diri sendiri.
Menurut Thau, hal yang sama berlaku jika mengalami kantuk di siang hari, palpitasi atau panik di malam hari, perubahan fungsi bagian eksekutif, atau mendapati mulut sangat kering di pagi hari.
Dokter nantinya dapat menentukan apakah Anda memiliki kondisi tidur tertentu. Rohrschieb menjelaskan, apabila sudah mencoba berbagai cara dan masih mendengkur, maka penting untuk berbicara dengan dokter karena mendengkur sangat terkait dengan gangguan pernapasan saat tidur seperti sleep apnea.
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang terganggu disertai periode henti napas secara berulang pada saat tidur. Dengkuran keras menjadi salah satu gejala yang bisa diwaspadai dari masalah kesehatan ini.
“Hingga 95 persen penderita sleep apnea mendengkur, dan tingkat keparahan mendengkur meningkat seiring dengan keparahan sleep apnea,” kata dia.
Setelah diagnosis sleep apnea, maka tentukan opsi perawatan lebih lanjut. Rohrschieb menambahkan, dokter dapat membantu menentukan penyebab pasti dari dengkuran Anda dan menyusun rencana perawatan bahkan untuk orang yang tidak menderita sleep apnea.
Dalam banyak kasus, berobat jalan ke dokter juga diperlukan untuk mendiagnosis dan menemukan pengobatan untuk masalah fisik. “Evaluasi THT dapat membantu mengidentifikasi potensi penyebab obstruksi dan membantu Anda memutuskan pilihan medis atau bedah, apapun itu asal yang terbaik," kata Dr. Thau. *
1
Komentar