'Desa Trunyan Perlu Dipasangi Alat Deteksi Pergerakan Tanah'
BPBD Bali: Kerugian Akibat Gempa Trunyan-Ban Tembus Rp 66,9 Miliar
AMLAPURA, NusaBali
Inilah mitigasi bencana pasca gempa 4,8 SR di Desa Trunyan (Kecamatan Kintamani, Bangli) dan Desa Ban (Kecamatan Kubu, Karangasem), Sabtu (16/10) dinihari, yang menyebabkan 3 korban tewas, ratusan korban luka, dan ribuan rumah rusak.
Karena tanahnya labil, gampang bergerak, dan retak, ke depan di ka-wasan ini perlu dipasangi alat deteksi pergerakan tanah. Hal itu terungkap dalam jumpa pers melalui zoom meeting langsung dari Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Jumat (22/10) sore pukul 17.00 Wita. Bertindak sebagai moderator adalah Abdul Muhari (Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB), dengan narasumber I Made Rentin (Kepala BPBD Bali), Dr Daryono SSi MSi (Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG), Ir Agus Budianto (Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG), dan Prof Dr Eng Fauzan (akademisi dari Universitas Andalas Padang).
Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto, menjelaskan kondisi di Desa Trunyan sejak dulu rawan longsor akibat hujan lebat dan gempa. Sebab, lokasinya berada dekat Gunung Batur dan Gunung Agung. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Ban.
Menurut Agus Budianto, bencana longsor yang terjadi selama ini di kawasan Desa Trunyan adalah akibat gerakan tanah. Karenanya, perlu dipasang early warning system (EWS), alat yang berfungsi untuk deteksi longsor dan pergerakan tanah, ditunjukkan melalui lampu sirine bahaya, sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkan petunjuk.
Selain itu, warga yang bermukim di jalur tebing juga mesti meningkatkan kewaspadaan. "Apalagi jelang musim hujan, perlu dibuatkan jalur evakuasi, agar masyarakat mampu melakukan evakuasi secara mandiri," jelas Agus Budianto.
Sedangkan Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengingatkan mudahnya terjadi gempa karena rawan terjadi pergerakan tanah. Itu sebabnya, gempa di Desa Trunyan dan Desa Ban menimbulkan kerusakan parah, yakni 437 unit rumah rusak berat, 135 rumah rusak sedang, 1.415 rumah rusak ringan. Padahal, kekuatan gempa hanya 4,8 SR.
Selain ribuan rumah rusak, gempa tersebut juga menyebabkan satu kantor desa, satu Puskesmas, dan 2 bangunan sekolah rusak berat. "Makamnya, ke depan perlu dipasang rambu-rambu EWS, agar masyarakat dimudahkan jika bencana pergerakan tanah kembali terulang. Di samping itu, juga perlu membangun jalur evakuasi," papar Abdul Muhari.
Lain lagi paparan akademisi dari Universitas Andalas, Prof Eng Fauzan. Menurut Prof Eng, penting dilakukan penanganan selama tanggap darurat, dengan melakukan perbaikan rumah yang rusak, berbiaya murah, dan cepat dikerjakan. Rumah-rumah yang bagian temboknya retak, bisa diperbaiki dengan cepat menggunakan teknik kawat anyam yang dilapisi semen mortar.
"Selama bangunan masih berdiri, di bagian yang retak bisa diperbaiki dengan teknik pasang kawat anyam berlapis semen mortal. Malah nan-tinya bangunan tambah kuat dan anti gempa," kata Prof Eng.
Prof Eng juga melakukan simulasi rumah tahan gempa, yang ditayangkan melalui video. Rumah tahan gempa itu dibuat dua model. Pertama, rumah dengan struktur bangunan standar tahan gempa. Kedua, rumah tanpa standar gempa. Selanjutnya, kedua rumah tersebut diuji melalui meja getar, yang ternyata salah satunya roboh yakni yang tidak menggunakan standar anti gempa.
Sementara itu, BPBD Bali telah menghitung perkiraan kerugian akibat gempa 4,8 di Desa Trunyan dan Desa Ban. Menurut Kepala BPBD Bali, I Made Rentin, kerugian material ditaksir mencapai sekitar Rp 66,9 miliar. "Ini update sampai hari ini (kemarin), hasil penghitungan hitung cepat yang dilakukan teman-teman di kedua kabupaten, total kerugian mencapai Rp 66.942.600.000," jelas Made Rentin.
Gempa di dua kawasan pegunungan beda kabupaten ini, kata Made Rentin, juga menyebabkan 3 korban tewas (2 orang di Desa Trunyan dan 1 orang di Desa Ban). Selain itu, ratusan korban luka dalam bencana gempa 4,8 SR tersebut. Rinciannya, 12 korban luka berat (9 orang di Kintamani, 3 orang di Desa Ban) dan 120 korban luka ringan (115 orang di Karangasem, 5 orang di Kintamani).
Menurut Made Rentin, ada 8 titik longsor dampak gempa 4,8 SR yang menutup akses jalan utama ke Desa Terunyan dan Desa Abang Batudinding di Kecamatan Kintamani yang sudah dibersihkan. Namun, hingga saat ini jalan tersebut belum dibuka untuk umum. "Sore ini (kemarin) kami mendapatkan laporan bahwa seluruh 8 titik longsor tersebut sudah dapat dibersihkan, sehingga akses menuju kedua desa tersebut kembali bisa dilewati," tandas birokrat asal Desa Werdi Bhuana, Kecamatan Mengwi, Badung ini. *k16
Komentar