La Nina Tingkatkan Curah Hujan di Akhir Tahun, Bali Diminta Waspada
MANGUPURA, NusaBali.com - Musim hujan yang diprediksi terjadi akhir tahun ini tampaknya curah hujannya akan melebihi normal. Pasalnya BMKG mendeteksi adanya anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang dapat memunculkan femomena La Nina.
La Nina sendiri merupakan fenomena alam yang menyebabkan udara di sekitar Samudera Pasifik terasa lebih dingin sehingga mengakibatkan curah hujan yang lebih tinggi di sekitarnya.
“La Nina adalah fenomena di Samudera Pasifik pada saat terjadi penyimpangan suhu muka laut menjadi lebih dingin,” ujar prakirawan cuaca Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Luh Eka Arisanti, Sabtu (23/10/2021).
Dijelaskan, fenomena La Nina terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.
Menurunnya SML disebabkan angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat (Indonesia).
Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi. Hal ini disebut upwelling dan membuat SML di Samudera Pasifik menjadi turun.
Sehingga, pada umumnya fenomena La Nina dibarengi dengan meningkatnya penambahan pembentukan awan-awan hujan dan massa udara basah tersebut akan meningkatkan pula curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama.
Arisanti mengungkapkan hasil kajian BMKG menunjukkan curah hujan akan mengalami peningkatan dimulai pada bulan November 2021 hingga Februari 2022. Adapun Bali menjadi salah satu wilayah yang diprediksi kena dampak dari La Nina ini, selain juga wilayah Jawa, NTT, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan, hingga Sumatera bagian selatan.
“Yang perlu diwaspadai antara lain terjadinya curah hujan yang lebih banyak dari biasanya yang dapat menyebabkan banjir, banjir bandang, kejadian ikutan lainnya seperti longsor, angin kencang, badai tropis ataupun puting beliung,” kata Arisanti.
Meski begitu, bencana hidrometeorologi seperti disebutkan Arisanti juga diperingatkannya bisa terjadi pada masa peralihan atau transisi musim dari musim kemarau ke musim hujan di bulan Oktober ini. “Meski periodenya singkat, tapi perlu diwaspadai munculnya fenomena cuaca ektrim,” tandasnya. *adi
1
Komentar