Tanpa Urunan, Ditopang SHU LPD Rp 1,2 M
Desa Adat Tulikup Kaler Gelar Karya Agung di Pura Dalem
Di pura ini sempat ada Karya Mamungkah pertama kali tahun 1964, lanjut tahun 1972 dan 1981.
GIANYAR, NusaBali
Krama Desa Adat Tulikup Kaler, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Gianyar, menggelar Karya Mamungkah Ngenteg Linggih Piodalan Padudusan Agung Mapadagingan Mapaingkup Tawur Agung lan Ngusabha Dalem/Ngusabha Pitra di Pura Dalem setempat. Puncak karya pada Saniscara Kliwon Kuningan atau Hari Raya Kuningan, Sabtu (20/11).
Biaya karya ditopang dari Sisa Hasil Usaha (SHU) LPD Desa Adat Tulikup Kaler, Rp 1,2 miliar. Biaya karya tanpa melalui urunan atau iuran krama, sebagaimana persiapan pelaksanaan karya serupa di desa-desa lain.
Bendesa Adat Tulikup Kaler I Gusti Ngurah Wijana mengatakan, di pura ini sempat ada Karya Mamungkah pertama kali tahun 1964, lanjut tahun 1972 dan 1981. Sedangkan Karya Agung lebih lengkap memakai kurban 1 kerbau, namun tanpa Ngusaba Pitra, pernah digelar tahun 1999 atau 22 tahun lalu. Setahunya, Karya Ngusaba Pitra seperti ini baru kali ini digelar.
Ngurah Wijana menyebutkan, krama mempersiapkan karya ini sejak tahun 2018 dan akan digelar tahun 2020. Namun karena pandemi Covid-19, maka pelaksanaan karya mundur hingga tahun 2021. Karena krama desa adatnya wajib mentaati imbauan pemerintah untuk pencegahan penularan Covid-19.
Dia menyebut dalam setiap tahapan pelaksanaan karya, pihak yang terlibat wajib mentaati protokol kesehatan (prokes), terutama mencegah kerumunan. Panitia karya telah menyediakan wastafel (sarana cuci tangan) di jaba pura dan hand sanitizer.
Ngurah Wijana mengakui karya ini tanpa urunan krama. Karena biaya pokok karya dibantu dari SHU LPD Rp 1, 2 miliar. Biaya karya juga didapatkan dari hasil penggalian dana dengan penyelenggaraan bazar oleh krama. Ada juga dana punia dari krama, Bupati Gianyar, dan beberapa anggota DPRD. Ada juga banyak krama menghaturkan punia wawalungan atau hewan kurban, dan materiil lain.
Karya ini memakai kurban pokok yakni 3 kerbau untuk upakara di Tawur, Sor Sanggar Tawang, dan Ajeng Bale Peselang. Selain itu, kambing, babi, dan beberapa jenis unggas.
‘’Melalui karya agung ini kami memohon agar Ida Batara-batari mapaica kerahayuan buana agung lan buana alit, serta untuk menyucikan parhyangan pura dan Prajapati lan Ulun Setra Tulikup,’’ jelas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar ini.
Dia bersama prajuru menyampaikan rasa syukur. Karena karya bisa dilaksanakan tanpa harus dengan urunan dana dari krama. Menurutnya langkah ini seiring dengan kondisi perekonomian masyarakat karena pandemi.
Mantan Bendesa Adat Tulikup Kaler yang kini Baga Parhyangan, Dewa Putu Gde Sadia menambahkan, sebelum karya, krama telah merampungkan perehaban bangunan dan palinggih. Antara lain, Balai Paselang, Pasamuan, Piyasan, Gedong Dalem, Kori Agung, Candi Bentar, Panyengker, dan lainnya.
Pura Dalem Desa Adat Tulikup Kaler kasungsung oleh 2 banjar, yakni Banjar Kembengan 430 KK dan Banjar Tegal 290 KK. Sedangkan, pangemong Pura Dalem oleh krama Banjar Tegal. Sedangkan Pura Desa dan Puseh kaemong oleh krama Banjar Kembengan.
Prosesi karya diawali dengan Pacaruan Ngaruwak pada Anggara Pon Kelawu/Selasa (10/8). Buda Wage Warigadean/Rabu (20/10) Macaru Rsi Gana dilengkapi dengan Madasar Panca Warna, Mapedagingan, Mapedagingan Balik Sumpah, Malaspas/Mendem Padagingan, dan Macaru Banteng. Soma Kliwon Kuningan/Senin (15/11) akan dilaksanakan Tawur Agung Pedanan.
Puncak karya akan digelar pada Saniscara Kliwon Kuningan/Sabtu (20/11). Prosesi pada hari Puncak Karya akan dipuput 18 sulinggih. Prosesi Puncak Karya terdiri dari Mukyaning Karya yakni Ngenteg Linggih, Mapaingkup, Piodalan Padudusan Agung, Manawa Ranta. Selanjutnya, Mapeselang, Mejejiwan, Mamasar, dan Nepinin/Ngalinting. Karya akan dipungkasi dengan Nyineb Ida Batara dan Nuwek Bagia Pule Kerti, Mudalang Ida Bhatara/Bhatari pada Buda Umanis Medangsia/Rabu (1/12). Seluruh rangkaian karya akan diakhiri dengan prosesi Karya Bulan Pitung Dina pada Saniscara Paing Merakih, Selasa (1/1/2022). *lsa
Biaya karya ditopang dari Sisa Hasil Usaha (SHU) LPD Desa Adat Tulikup Kaler, Rp 1,2 miliar. Biaya karya tanpa melalui urunan atau iuran krama, sebagaimana persiapan pelaksanaan karya serupa di desa-desa lain.
Bendesa Adat Tulikup Kaler I Gusti Ngurah Wijana mengatakan, di pura ini sempat ada Karya Mamungkah pertama kali tahun 1964, lanjut tahun 1972 dan 1981. Sedangkan Karya Agung lebih lengkap memakai kurban 1 kerbau, namun tanpa Ngusaba Pitra, pernah digelar tahun 1999 atau 22 tahun lalu. Setahunya, Karya Ngusaba Pitra seperti ini baru kali ini digelar.
Ngurah Wijana menyebutkan, krama mempersiapkan karya ini sejak tahun 2018 dan akan digelar tahun 2020. Namun karena pandemi Covid-19, maka pelaksanaan karya mundur hingga tahun 2021. Karena krama desa adatnya wajib mentaati imbauan pemerintah untuk pencegahan penularan Covid-19.
Dia menyebut dalam setiap tahapan pelaksanaan karya, pihak yang terlibat wajib mentaati protokol kesehatan (prokes), terutama mencegah kerumunan. Panitia karya telah menyediakan wastafel (sarana cuci tangan) di jaba pura dan hand sanitizer.
Ngurah Wijana mengakui karya ini tanpa urunan krama. Karena biaya pokok karya dibantu dari SHU LPD Rp 1, 2 miliar. Biaya karya juga didapatkan dari hasil penggalian dana dengan penyelenggaraan bazar oleh krama. Ada juga dana punia dari krama, Bupati Gianyar, dan beberapa anggota DPRD. Ada juga banyak krama menghaturkan punia wawalungan atau hewan kurban, dan materiil lain.
Karya ini memakai kurban pokok yakni 3 kerbau untuk upakara di Tawur, Sor Sanggar Tawang, dan Ajeng Bale Peselang. Selain itu, kambing, babi, dan beberapa jenis unggas.
‘’Melalui karya agung ini kami memohon agar Ida Batara-batari mapaica kerahayuan buana agung lan buana alit, serta untuk menyucikan parhyangan pura dan Prajapati lan Ulun Setra Tulikup,’’ jelas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar ini.
Dia bersama prajuru menyampaikan rasa syukur. Karena karya bisa dilaksanakan tanpa harus dengan urunan dana dari krama. Menurutnya langkah ini seiring dengan kondisi perekonomian masyarakat karena pandemi.
Mantan Bendesa Adat Tulikup Kaler yang kini Baga Parhyangan, Dewa Putu Gde Sadia menambahkan, sebelum karya, krama telah merampungkan perehaban bangunan dan palinggih. Antara lain, Balai Paselang, Pasamuan, Piyasan, Gedong Dalem, Kori Agung, Candi Bentar, Panyengker, dan lainnya.
Pura Dalem Desa Adat Tulikup Kaler kasungsung oleh 2 banjar, yakni Banjar Kembengan 430 KK dan Banjar Tegal 290 KK. Sedangkan, pangemong Pura Dalem oleh krama Banjar Tegal. Sedangkan Pura Desa dan Puseh kaemong oleh krama Banjar Kembengan.
Prosesi karya diawali dengan Pacaruan Ngaruwak pada Anggara Pon Kelawu/Selasa (10/8). Buda Wage Warigadean/Rabu (20/10) Macaru Rsi Gana dilengkapi dengan Madasar Panca Warna, Mapedagingan, Mapedagingan Balik Sumpah, Malaspas/Mendem Padagingan, dan Macaru Banteng. Soma Kliwon Kuningan/Senin (15/11) akan dilaksanakan Tawur Agung Pedanan.
Puncak karya akan digelar pada Saniscara Kliwon Kuningan/Sabtu (20/11). Prosesi pada hari Puncak Karya akan dipuput 18 sulinggih. Prosesi Puncak Karya terdiri dari Mukyaning Karya yakni Ngenteg Linggih, Mapaingkup, Piodalan Padudusan Agung, Manawa Ranta. Selanjutnya, Mapeselang, Mejejiwan, Mamasar, dan Nepinin/Ngalinting. Karya akan dipungkasi dengan Nyineb Ida Batara dan Nuwek Bagia Pule Kerti, Mudalang Ida Bhatara/Bhatari pada Buda Umanis Medangsia/Rabu (1/12). Seluruh rangkaian karya akan diakhiri dengan prosesi Karya Bulan Pitung Dina pada Saniscara Paing Merakih, Selasa (1/1/2022). *lsa
Komentar