Jadi Guru Agama Hindu Berkat Jago Main Voli
I Gusti Ngurah Made Agus Susana, Ketua Widya Sabha Kabupaten Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Semasa muda, I Gusti Ngurah Made Agus Susana memperkuat sejumlah klub bola voli di Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Memperkuat tim bola voli Kabupaten Karangasem dan menjadi runner up saat Kejurda Bali tahun 1983. Berkat jago bermain voli, ada tawaran agar Gusti Ngurah Susana melamar pekerjaan sebagai guru. Dewi Fortuna memayungi keberuntungannya, lulus sebagai PNS dan tugas pertama di SDN 2 Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar pada tahun 1986.
Ada pergolakan bathin yang dirasakan Gusti Ngurah Susana saat menimbang tawaran melamar pekerjaan sebagai guru PNS. Salah satu pemikirannya adalah gaji. Pada tahun 1983, gaji guru PNS Rp 16.000 per bulan. Sementara sebagai pemain voli professional dengan gaji Rp 75.000 per bulan, plus tanggungan biaya sewa rumah. Tahun itu, pria kelahiran Desa Bona, 17 Agustus 1964 ini terikat kontrak dengan Hutama Karya. “Gaji sebagai pemain voli professional saat itu hampir sepuluh kali lipat gaji guru,” kenangnya, Sabtu (16/10).
Saat sekolah di PGAHN Mataram, Gusti Ngurah Susana mengawali debut sebagai pemain voli professional, terikat kontrak bersama Hutama Karya. Sebelumnya juga memperkuat klub bola voli Swastika di Karang Medain, Mataram. Tamat tahun 1983, pulang ke Bali dan tinggal bersama paman di Karangasem. Latihan voli jalan terus dan memperkuat tim bola voli Karangasem, menjadi runner up pada Kejurda Bali tahun 1983. Sampai datang tawaran melamar pekerjaan sebagai guru.
Akhirnya Gusti Ngurah Susana melamar jadi guru dan lulus. Diangkat pada 1 Juni 1986. Tugas pertama dengan Surat Tugas tertanggal 14 Juni 1986. “Tugas di SDN 2 Belega, di Bona,” ungkap ayah empat anak ini. Pada 1 Februari 1987 bertugas sebagai tenaga penyuluh lapangan agama Hindu (TPLAH) di Desa Belega, Blahbatuh. Tahun 1991 kembali sebagai guru karena ada SK MenPAN yang menyebutkan seorang guru harus mengajar. Kini Gusti Ngurah Susana adalah guru di SD Hindu Negeri 1 Bona.
Sebagai Ketua Widya Sabha Dharma Gita, Gusti Ngurah Susana bersama anggota lainnya bergelut dengan karya sastra tradisional. Tugas dan fungsi Widya Sabha di antaranya menggali, mengembangkan, dan melestarikan sastra tradisional. Tugas lain Widya Sabha adalah membina umat sesuai dengan norma yang dijiwai agama Hindu. Melaksanakan Utsawa Dharma Gita sesuai dengan tingkatan dan jenjang. Gusti Ngurah Susana mensyukuri warga tak lagi ‘takut’, namun mulai mengapresiasi kegiatan sastra tradisional seperti pesanthian. Menurutnya itu menunjukkan Widya Sabha sudah mampu memantik minat warga bersastra. “Sudah ada gaungnya. Tidak seperti dulu, takut karena menganggap mabebasan atau mashanti sebagai sesuatu yang eksklusif,” katanya.
Konsen dan memahami sastra tradisional, menjadikan Gusti Ngurah Susana sering dimintai tolong membaca babad, prasasti, dan lontar. Widya Sabha juga punya program digitalisasi lontar. Targetnya sebanyak 350 cakep lontar bisa digitalisasi setiap tahun. Jumlah tersebut masing-masing berasal dari 7 kecamatan di Gianyar. Tiap kecamatan 50 lontar diharapkan bisa digitalisasi. *k17
1
Komentar