Ribuan Kepala Keluarga Kesulitan Air Bersih
Sekitar 2.534 kepala keluarga (KK) di dua banjar dinas, Banjar Dinas Suci dan Banjar Dinas Antapura, Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng, mengalami kesulitan air bersih setelah bencana banjir bandang yang mengakibatkan terputusnya jaringan air bersih, Kamis (26/1) sore.
Banjir Bandang Terjang Tejakula, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah fasilitasn umum, rumah, dan tegalan warga juga rusak. Bencana banjir bandang tersebut dikabarkan terjadi di Desa Kutuh, Kecamatan Kintamani, Bangli, yang berawal dari angin puting beliung yang merobohkan perbukitan. Material longsoran tersebut akhirnya terbawa oleh hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Bali. Sehingga material longsor memicu banjir bandang yang bergerak ke hilir dan menyapu sejumlah daerah di Banjar Dinas Suci dan Antapura.
Material banjir itu menyapu sejumlah perkebunan warga. Setidaknya ada satu hektare lahan yang hilang karena disapu banjir bandang. Selain itu akses jalan di Banjar Dinas Antapura terputus. Instalasi induk pipa air minum (PAM) desa juga mengalami kerusakan. Ditambah lagi rumah milik Nyoman Ici, 67, salah seorang warga Banjar Dinas Antapura, dan satu rumah di Banjar Dinas Suci yang ditempati oleh dua KK yakni Nyoman Tamu, 40, dan Pande Made Arta, 35, rusak karena tertimpa pohon yang tersapu banjir bandang.
Nyoman Ici, salah seorang korban banjir bandang, mengatakan bahwa saat kejadian sekitar pukul 17.00 Wita, hujan memang turun sangat deras. Saat itu dia sedang berada di dalam rumah sendirian. “Seperti ada ledakan, dan ternyata atap rumah saya tertimpa pohon,” ujar dia, yang ditemui Jumat (27/1). Ici mengaku sempat menyelamatkan uangnya yang disimpan di lemari. Namun sayang uang sebesar Rp 1 juta hasil penjualan daun pisang, itu ikut terbawa banjir bandang ketika dia berusaha lari dan terjatuh di halaman rumahnya yang sudah terkepung banjir.
Akibat kejadian tersebut, saat ini Ici mengungsi ke rumah anaknya, Baliarta, yang tingal tidak jauh dari rumahnya yang rusak akibat bencana.
Sedangkan rumah Nyoman Tamu di Banjar Dinas Suci, mengalami kerusakan yang lebih parah. Karena yang dijebol banjir bandang adalah beton pondasi rumahnya.
Perbekel Tejakula Made Suardana mengatakan, sejak tahun 1969 musibah puting beliung sudah lima kali menerjang Desa Tejakula. Tahun ini, musibah merusak fasilitas umum seperti jalan dan air bersih. Selain itu ada 30 tiang listrik yang terdampak, yakni lima tiang di antaranya roboh dan tak bisa digunakan lagi. Akibatnya terjadi pemadaman di wilayah Tejakula.
Lantaran jaringan air bersih yang terputus, di Desa Tejakula saja setidaknya ada 2.534 kepala keluarga (KK) yang tak mendapatkan air bersih. Ribuan kepala keluarga itu terdiri dari 15 kepala keluarga di Kelompok Lasem, 25 kepala keluarga di Kelompok Amerta Boga I, 50 kepala keluarga di Kelompok Abasan, serta 2.444 kepala keluarga yang memanfaatkan Jaringan Perusahaan Air Minum (JPAM) Desa Tejakula. Jumlah itu belum termasuk masyarakat dari Desa Bondalem yang memanfaatkan air tersebut.
“Kebutuhan kami yang paling mendesak saat ini adalah pipa air minum. Kalau PAM desa, mungkin masih ada dananya, karena ada dana dari BUMDes. Tapi yang kelompok-kelompok ini yang berat. Contoh yang Kelompok Amerta Boga itu, ada 50 batang pipa yang hanyut. Satu batang pipa itu harganya Rp 300 ribu, artinya kan mereka harus keluar uang Rp 15 juta untuk memperbaiki jaringan itu,” ujar Suardana.
Akibat bencana tersebut, seluruh tim baik dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Polsek Tejakula, Koramil Tejakula, serta PMI Buleleng, bergotong royong membersihkan materal banjir bandang yang memutus akses jalan.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur, mengatakan, saat ini fokus utama BPBD Buleleng adalah menjamin ketersediaan air bersih warga. Subur memperkirakan ada 4.000 kepala keluarga yang terdampak bencana banjir bandang, karena tak mendapatkan akses air bersih. Ribuan kepala keluarga itu meliputi Desa Bondalem dan Desa Tejakula.
Untuk jangka pendek BPBD Buleleng mendistribusikan air menggunakan mobil tangki. Selain itu BPBD Buleleng juga akan menyediakan tangki penampung air sementara yang disiagakan di Desa Tejakula.
“Dari BPBD Bali juga akan menyuplai dua mobil tangki, untuk membantu mengatasi masalah air bersih ini. Kami harus pastikan air bersih terjamin, karena kerusakan utama itu pipa induk PAM desa,” kata Subur.
Selain menyuplai air bersih, Subur juga menyatakan BPBD Buleleng berusaha membersihkan sisa material yang menutupi akses jalan warga. Untuk sementara BPBD Buleleng berusaha membuka akses jalan untuk sepeda motor. Seiring berjalannya waktu, pihaknya akan berusaha membuka akses jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat.
Subur menyatakan telah berkoordinasi dengan BPBD Bali untuk membantu proses evakuasi material banjir bandang. Sehingga warga setempat yang sempat terisolasi karena terputusnya jalan, bisa kembali memiliki akses jalan. Dan mengupayakan pemasangan jaringan pipa air besih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Sudah ada donasi bantuan alat berat. Astungkara besok (Minggu hari ini) sudah terbuka. Kami fokus untuk membuka akses jalan ini dulu. Untuk masalah air bersih, kami dibantu dari desa,” kata Subur.
Khusus untuk masalah air bersih, menurut Subur, saat ini PAM desa masih mengupayakan pemasangan pipa induk. Sehingga air bersih bisa mulai mengalir ke reservoir serta ke saluran air minum warga. Namun belum ada jaminan kapan air bersih bisa diterima secara merata oleh warga, karena perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Subur menjelaskan, dari hasil perhitungan BPBD Buleleng, musibah banjir bandang di Desa Tejakula menyebabkan kerugian sebesar Rp 1,4 miliar. Kerugian menjadi besar, karena ada jalan dan pipa induk air bersih yang mengalami kerusakan. Kerugian itu telah dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Bali Dewa Made Indra, yang kemarin mendatangi lokasi kejadian.
Sementara itu, Sabtu (28/1), Dinas Sosial Buleleng menyambangi korban bencana di dua banjar dinas yang terdampak. Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan untuk sementara baru ada delapan KK yang mengalami kerusakan parah, yakni dua rumah dan enam lahan perkebunan. Mereka yang terdampak diberikan bantuan makanan dan alat dapur serta kebutuhan darurat bagi yang mengalami kerusakan rumah.
“Untuk sementara kami sudah salurkan delapan paket sembako dan kebutuhan darurat lainnya kepada keluarga yang terdampak. Mudah-mudahan ini membantu mereka dalam menjalani hari-hari pasca-bencana,” ujar Gede Komang. * k23
Komentar