Susik Bangga Karakternya Banyak Ditiru
Sebagai pemain bondres senior, Made Ngurah Sadika yang memerankan kareakter Susik dalam Bondres Buleleng, tidak lantas membuatnya sombong.
SINGARAJA, NusaBali
Karakter Susik yang mencuat dan menjadi ikon bondres Buleleng, mulai mencuat pertama kalinya pada tahun 2000-an. Dengan terkenalnya karakter Susik, perkembangan seni bondres saat ini, banyak yang meniru karakter tersebut.
Sadika mengaku bangga, karakter yang ia miliki dan lakoni selama ini dalam berkesenian bondres, banyak ditiru oleh seniman baru. Hal tersebut pun tidak lantas membuatnya marah, dan benci kepada sang peniru. “Kalau ada yang meniru karakter Susik, saya malah bangga, artinya saya berhasil memerankan karakter tersebut hingga dianggap bagus dan menarik, sebagai alasan mereka meniru,” ujar dia yang memiliki kepribadian tidak banyak bicara tersebut.
Ia pun mengaku tidak takut kehilangan job, gara-gara banyak Susik-Susik KW bertebaran di dunia hiburan khususnya kesenian bondres. Karena menurut ayah dua orang anak ini, pemahaman karakter Susik, yakni sebagai sosok cewek centil, didapatkannya dengan perjalanan yang sangat panjang.
Sadika sebelum melakoni karaketer Susik, sempat berganti nama beberapa kali dalam berkesenian bondres. Ia yang merupakan tamatan guru, mengaku sudah meggeluti kesenian sejak kecil. Awalnya dari pementasan janger di banjar, hingga akhirnya ia belajar tari lepas, dengan hanya ikut-ikutan teman. “Sejak kecil sudah menari, awalnya ikut-ikutan saja dan menirukan gerakan dari belakang, lama-lama jadi suka dan keterusan,” tutur dia.
Hingga ia beranjak remaja dan duduk di bangku SMA, ia pun sering mencoba kesenian lainnya seperti megambel, dan sendratari, hingga menjadi MC. Dalam setiap penampilannya, ia sudah mulai menggunakan pakaian perempuan, yang terinspirasi saat menonton topeng Canang Sari yang sempat pentas di Buleleng saat ia kecil.
Ide gilanya dalam berkesenian yang melakoni peran perempuan menghantarkannya terus berkarya. Hingga tahun 1983, ada lomba bondres yang dilaksanakan oleh Kantor Penerangan. Ia pun tidak luput dari lomba tersebut dan sedikit demi sedikit mempelajari pakem bondres.
Selanjutnya pada tahun 1985-1990, suami Ni Luh Rening tersebut, bergabung dengan Sanggar Seni Dwi Mekar, yang sebelumnya ia melakoni kesenian secara freelance. Awal ia bergabung dalam keseian bondres tersebut, melakoni karakter wanita yang bernama Luh Putu Ayu Jebug Garum. Seiring berjalannya waktu, karakter tersebut dianggap tidak laku dan ketinggalan zaman. Hingga pada tahun 1989, karakter Susik pun dirilis.
Dipilihnya nama Susik pada saat itu, mempertimbangkan faktor nama anak muda kekinian. Selain itu juga agar gampang diingat oleh penonton. Karaketr Susik yang menggambarkan seorang perempuan dengan tingkah manja, berparas pas-pasan tersebut mulai dikenal di masyarakat. Saat itu upah berkesenian pun tidak banyak, dan belum dapat pengakuan lebih dari segi ekonomi. Pertama kali tampil, ia hanya mendapatkan bayaran senilai Rp 5 Ribu. Karena dianggap tidak dapat menjamin kehidupannya, ia pun hengkang dari Buleleng dan merantau ke Denpasar mencari pekerjaan baru.
Selanjutnya...
1
2
Komentar