Bangkitkan Inovasi dan Kreativitas, Jimbaran HUB dan LSCE Gelar TOLS
Diikuti Ribuan Peserta Dari Seluruh Indonesia
Temple of Learning Summit 2021
PT Jimbaran Hijau
LP3I School of Creative Economy
Jimbaran HUB
LP3I
Training
Workshop
MANGUPURA, NusaBali.com
PT Jimbaran Hijau berkolaborasi dengan LP3I School of Creative Economy (LSCE) menggelar event Temple of Learning Summit 2021 (TOLS). Kegiatan yang berlangsung tiga hari, 29-31 Oktober tersebut berlangsung di Jimbaran HUB di Jalan Karang Mas, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Event tersebut diikuti oleh 1.500 orang secara daring dan 54 peserta hadir langsung di Jimbaran HUB. Para peserta yang ikut berasal dari berbagai latar belakang. Pesertanya 30 persen merupakan profesional, 30 persen leven top manajer, 30 persen edukator, dan 10 persen pemula.
Ribuan peserta tersebut datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka diajarkan oleh puluhan narasumber dari berbagai latar belakang seperti Kristiono Styadi dari CTO of Vision (MNC group) dan Erlangga Maharesha dari Consumer Engagement Gojek Bali.
Founder Jimbaran HUB, Putu Agung Prianta mengatakan pihaknya bekerja sama dengan LP3I membangun training center untuk orang belajar. Dia menginginkan agar Bali tidak hanya sebagai tujuan wisata tetapi juga destinasi untuk orang belajar.
"Saat ini harus berinovasi. Banyak orang bilang tunggu Covid berlalu. Itu pikiran yang keliru karena Covid tidak tahu kapan akan berlalu. Kita harus hadapi era baru dengan inovasi. Apapun yang dilakukan intinya harus berinovasi," ungkap Agung Prianta.
Sementara itu Head Of Product dari LSCE, Radityo Susilo mengatakan LSCE merupakan lembaga pendidikan vokasi. Fokus utamanya adalah menciptakan tenaga kerja profesional yang siap, cepat, dan adaptif dengan kebutuhan pasar. LSCE mendidik agar para siswa bisa berkontribusi positif bagi perusahaannya.
LSCE hadir di Bali untuk mencari alternatif pengembangan skil baru. Susilo mengatakan dalam seminar ini tidak membicarakan tourism dan hospitality, tetapi belajar inovasi, kreatifitas, dan teknologi. "Kita percaya bahwa dengan demikian para siswa di sini bisa fleksibel dan adaptif di manapun. Kita juga berharap agar dengan merubah pola pikir para siswa bisa memberikan alternatif baru," ungkapnya.
Susilo mengatakan belajar di LSCE langsung ke lapangan. Masalah yang ada di perusahan langsung dicarikan solusi pemecahan masalahnya. Artinya langsung praktik dengan masalah yang dihadapi di industri.
"Teorinya hanya 30 persen. Sisanya langsung praktik di lapangan. Pasca pandemi harus memaksimalkan percepatan yang ada digital, tetapi juga perlu belajar offline," tandasnya.pol
Komentar