Animo Masyarakat Rendah, Pasar 'Sepi' Pengunjung
Sepekan Jelang Galungan
DENPASAR,NusaBali
Sepekan jelang Hari Galungan, pada Buda Keliwon Wuku Dunggulan (Rabu,10/11) animo masyarakat membeli kebutuhan Galungan, khususnya bumbu-bumbuan masih rendah.
Pedagang mengaku penjualan bumbu biasa-biasa saja. Malah cenderung sepi. Munculnya pasar-pasar baru, toko dan warung sembako yang mengambil barang langsung dari produsen maupun petani diperkirakan jadi salah satu penyebab kunjungan ke pasar induk sepi. Diperparah pukulan dampak pandemi Covid-19 dimana menyebabkan daya beli warga menurun.
“Sepi pak,” ujar Ni Wayan Murni, salah seorang pedagang bumbu di Pasar Badung, Denpasar, Selasa (2/11).
Harga jenis bumbu juga tidak mahal. “Sudah murah-murah,” ujarnya. Bawang untuk jenus super harganya Rp 20 ribu perkilo. Bawang putih Rp 22 ribu perkilo. Cabe rawit merah Rp 15 ribu. Namun toh, penjualan tidak banyak.
Kata Murni, keramaian hanya tuah briyakan atau hanya sebentar. “Sekitar dua jam saja dari jam tujuh sampai jam sembilan. Setelah itu seperti inilah sepi ” kata Murni asal Kesiman, Denpasar Timur.
Dia menduga pandemi Covid-19 juga menyebabkan kunjungan pasar sepi. “Kan banyak orang tak bisa kerja. Sehingga sampai jam dua belas ini masih sepi,” ujarnya. Kondisi berbeda ketika pandemi belum merebak, dimana jual beli ramai hingga siang hari.
Hal senada dituturkan Ni Ketut Bakti, pedagang bumbu lainnya. “Hanya cabe yang sedikit naik harganya, karena kemarin hujan orang tak bisa memanen. Sedang harga bumbu lain masih normal,” kata Bakti. “Dari pagi hingga siang seperti ini. Tidak ramai,” jawabnya ditanya keadaan pasar jelang Galungan.
Kehadiran pasar-pasar baru di tempat lain, diperkirakan menjadi penyebab jumlah pengunjung ke pasar induk seperti Pasar Badung menjadi sepi.”Dulu kan semua orang menuju ke Pasar Badung, sekarang pasar sudah banyak,” ujarnya.
Lesunya perekonomian karena pariwisata Bali terpuruk, juga menyebabkan pasar sepi. Hampir tidak ada pembelian dari hotel, restoran akibat pandemi Covid-19, karena banyak yang tutup. “Kalau dulu benar jelang Galungan pasti ramai. Sekarang tidak,” ucap Bakti.
Dari pantauan harga rata-rata bahan pokok stabil. Hanya minyak goreng yang harganya naik. Kenaikan sejak sepekan belakangan. Data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, Selasa (2/11) harga rata-rata minyak goreng curah Rp 16.800 perliter. Sedang minyak goreng kemasan Rp 17.333 perliter. Sebelumnya per 21 Oktober lalu, harga rata-rata minyak goreng curah Rp 16.200 perliter, minyak goreng kemasan Rp 16.500 perliter.
Meski harganya naik, menurut pedagang penjualan normal. “Masih normal, karena merupakan kebutuhan,” ujar Rohmat, seorang pedagang minyak goreng di Pasar Badung. *k17
Komentar