Kusamba Krisis Regenerasi Petani Garam
SEMARAPURA, NusaBali
Keberadaan petani garam tradisional di Pantai Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, selama ini mengalami krisis regenerasi.
Karena belum tampak ada kalangan generasi muda desa terjun menggeluti usaha tani garam ini. Para petani garam Kusamba yang masih bertahan saat ini hanya kalangan tua. Mereka sudah menekuni pekerjaan ini sejak bertahun-tahun. Sedikitnya, kini masih ada 17 petani garam Desa Kusamba, tergabung dalam sebuah kelompok. Sekitar 20 tahun lalu, jumlah petani garam Kusamba mencapai 200 orang.
"Menjadi petani garam memang tidak mudah, selain panas-panasan juga harus menopang air untuk penggaraman. Mungkin karena kerja berat itu belum ada regenerasi," ujar seorang petani garam Desa Kusamba, I Nyoman Pegig, saat ditemui, Rabu (3/11).
Kata Pegig, sebagian besar generasi muda lebih memilih terjun menjadi pegawai, kerja pariwisata dan lainnya. Meskipun pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak pekerja dirumahkan terutama sektor pariwisata, tidak membuat generasi muda mau terjun menjadi petani garam. "Dalam situasi sekarang, generasi muda hanya bantu-bantu kerja orangtua," kata Pegig.
Adapun produksi garam Kusamba dari 17 orang tersebut dalam satu kelompok bisa mencapai 4 ton per bulan. Harga garam paling murni Rp 25.000/kg. Sedangkan garam yang diolah dengan membran dengan harga Rp 20.000/kg. "Untuk garam yang diolah yodium oleh koperasi sebesar Rp 10.000/kg," kata Pegig, sembari menyebut pemasaran dilakukan hingga ke Surabaya. *wan
Komentar