Melihat Antusiasme Lomba Teater Serangkaian FSBJ III Tahun 2021
Pilihan Naskah Terlalu Berat, Sosialisasi Lomba Harus Jauh-jauh Hari
DENPASAR, NusaBali
Made Bagus Sentosa, seorang dokter yang tengah berjuang menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 di rumah sakit, sudah tiga bulan tidak pulang ke rumah.
Dia yang bertugas sangat jauh dari rumahnya, sama sekali tidak pernah memberi kabar. Sehingga membuat ibu serta istrinya kesepian dan gusar menunggu tanpa kepastian. Sang ibu terus saja meracau dan cerewet menanyakan kepulangan Made Bagus Sentosa. Di rumah, sang ibu hanya tinggal bersama mantunya saja. Suaminya telah meninggal, sedangkan cucu pun tak punya. Hingga suatu hari, Made Bagus Sentosa pulang ke rumah. Namun dia tak berkata sepatah kata pun. Sang ibu yang kangen, lalu memanjakan Bagus layaknya anak kecil.
Tapi sekejap kemudian, Dewa Yama datang menghampiri ibu itu. Dewa Yama menyampaikan kalau anaknya, Made Bagus Sentosa telah meninggal dunia saat menunaikan tugasnya menangani wabah Covid-19 dan harus diruwat. Sang ibu akhirnya menyadari, bahwa yang datang tadi hanya lah atma (roh) anaknya. Kehilangan Made Bagus Sentosa membuat kesepian yang dialami dua perempuan malang itu semakin lengkap.
Kisah berjudul ‘Pulang’ inilah yang dibawakan oleh Teater Genta Malini SMAN 1 Gianyar dalam lomba teater serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III Tahun 2021 di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, beberapa waktu lalu. “Kami membawakan karya dari Putu Satria dalam lomba ini,” ujar Hendra Utay, pendamping Teater Genta Malini, usai lomba saat itu.
Untuk menampilkan garapan terbaik, Teater Genta Malini berlatih selama satu bulan lamanya. Memang, cukup menemui kendala selama pandemi ini. Selain menerapkan prokes, orangtua juga ada kekhawatiran ketika anak-anaknya berkumpul untuk latihan. “Kami tetap menjaga prokes selama latihan. Ya memang selama Covid-19 itu yang menjadi kendala,” katanya.
Meski masih di tengah pandemi Covid-19, Hendra Utay mengapresiasi konsistensi Festival Seni Bali Jani tetap digelar dan memberikan ruang bagi teater sekolah untuk ikut berpartisipasi dan berkembang. Kehidupan teater pun dibangkitkan dalam festival untuk kesenian modern ini. “Saya kira ini (FSBJ, red) bagus, karena akan menumbuhkan aktor-aktor muda. Setidaknya memacu anak-anak untuk berkreativitas,” imbuh Hendra Utay.
Tak hanya Teater Genta Malini yang berpartisipasi dalam Lomba Teater FSBJ III Tahun 2021. Tercatat ada 10 teater sekolah yang ikut berlomba. Kesembilan teater lainnya antara lain Teater Padang Lalang dari SMAN 2 Banjar, Teater Petir dari SMK Bintang Persada Denpasar, Teater Kontras dari SMAN 1 Singaraja, Teater Tiga dari SMAN 3 Denpasar, Teater Galang Kangin dari SMAN 4 Singaraja, Teater Jineng dari SMAN 1 Tabanan, Teater SMAN 2 Abiansemal, Teater Galang Kangin dari SMAN 2 Amlapura, dan Teater Angin dari SMAN 1 Denpasar.
Antusiasme ini disambut gembira oleh pegiat teater I Gede Arum Gunawan. Arum yang melihat langsung hampir semua lomba teater tersebut, memiliki beberapa catatan untuk pelaksanaan lomba teater, baik untuk penyelenggaraan maupun juga penampilan dari peserta lomba sendiri. Dari kacamata Arum sebagai pegiat serta pengajar teater di sekolah, perkembangan teater sekolah di tengah situasi pandemi ini masih menunjukkan tren positif. “Setelah saya melihat kemarin (lomba teater, red) itu menunjukkan bahwa kehidupan teater dan nafas teater di sekolah itu masih bergeliat dan hidup,” ujarnya.
Hanya saja secara umum Arum menggarisbawahi, dari pelaksanaan lomba teater FSBJ III Tahun 2021, peserta lomba harus bijaksana lagi dalam memilih naskah. Karena tidak semua naskah bisa digarap di panggung. Arum melihat masih banyak yang hanya sekadar menyajikan saja, sedangkan interpretasi dan garapan artistik itu masih perlu ditingkatkan lagi. “Perlu literasi lagi untuk menggarap. Karena ada naskahnya yang terlalu berat untuk anak SMA, akibatnya mereka gagal membawakannya, maksud dari garapan teater itu belum tersampaikan,” katanya.
Menurutnya, kedalaman makna dan kemampuan menyampaikan amanat pesan menjadi prioritas pertama yang harus diupayakan. Sehingga naskah yang dibawakan tidak sekedar menjadi pertunjukan. “Ciri dari teater modern itu tidak menyuapi penonton dengan makna, akan tetapi menuntun penonton untuk bersama-sama menggali makna itu melalui adegan-adegan permainan aktor, pendukung lainnya, dan jalan cerita,” ungkap Arum.
Akan tetapi, jika dilihat dari segi keaktoran sudah cukup baik dan terlihat sudah terasah. Namun perlu diperhatikan melatih vokal dan teknik penggunaan microphone agar suara bisa ditangkap. “Kemarin ada kendala karena mikrofonnya terbatas, sehingga kadang-kadang banyak tokoh tidak pakai mic, dan akhirnya banyak yang tenggelam suaranya tidak terdengar,” beber Arum.
Kemudian dari segi pendukung, kata Arum, hampir semua naskah didukung oleh musik yang membangun suasana. Sedangkan kru pendukung yang lain perlu dievaluasi dalam mengantarkan timnya menuju keberhasilan. Sebab tujuan lomba di FSBJ adalah untuk belajar menjadi aktor, belajar menjadi sutradara, belajar menjadi pemusik pengiring, termasuk juga menjadi kru pendukung. “Sebenarnya di sinilah momentum untuk belajar. Tapi banyak yang mau praktis, kru nya mendatangkan orang profesional, sehingga dijalankan oleh orang-orang profesional dan momentum belajarnya mereka jadinya kurang,” tambahnya.
Dari sisi fasilitas penyelenggaraan, Arum memberikan masukan agar fasilitas yang ada Gedung Natya Mandala ISI Denpasar dilakukan peremajaan. Hal ini mengingat saking banyaknya event yang digelar dan banyaknya aktivitas penggunaan gedung di sana. “Saya rasa perlu peremajaan. Tapi ini kita diberikan fasilitas sedemikian rupa untuk lomba, sebenarnya sudah cukup dan mendukung. Akan tetapi bagi pegiat teater jangan terfokus pada keterbatasan yang ada, tapi bagaimana memanfaatkan keterbatasan itu menjadi kekuatan,” ucap pengajar di Teater Jineng SMAN 1 Tabanan ini.
Sebagai masukan, Arum Gunawan berharap pada pelaksanaan FSBJ tahun-tahun mendatang, sosialisasi lomba ke sekolah-sekolah diberikan tenggang waktu bisa diperpanjang. Sehingga tidak terkesan mendadak dan sekolah bisa menyiapkan diri dengan optimal. “Mungkin ke depan informasi terkait lomba-lomba bisa dilakukan jauh-jauh hari. Sehingga sekolah itu dapat waktu yang cukup untuk mempersiapkan. Kendalanya adalah waktu persiapan,” saran Arum.
Kemudian pilihan naskah yang diberikan diharapkan naskah-naskah yang relevan untuk dimainkan oleh pelajar. Sehingga proses mereka menggarap bisa lebih maksimal. Begitu juga masukan untuk sekolah-sekolah agar memberikan dukungan baik moril maupun anggaran terhadap teater yang akan mewakili sekolah. Mengingat FSBJ kini menjadi agenda tahunan. “Mungkin dukungan anggaran, apalagi yang memang punya kelompok teater di sekolahnya. Karena saya lihat banyak anak-anak kita yang istilahnya berjuang sendiri, tidak didampingi oleh gurunya. Mungkin sekolah bisa merencanakan melalui komite, sehingga anak-anak kita bisa difasilitasi,” tandas Arum Gunawan. *ind
Komentar