Bangkrut, Banyak Toko di Mal Bertumbangan
JAKARTA, NusaBali
Pusat perbelanjaan sudah tidak seramai dulu lagi. Saat ini, banyak toko atau penyewa ritel di mal yang sudah menutup operasional meski sudah ada pelonggaran kegiatan masyarakat.
Pelaku usaha sudah tidak kuat untuk membayar biaya sewa toko, sementara pemasukan tidak bisa menutupi pengeluaran yang ada. Apalagi banyak juga mal yang sudah dijual belikan pemiliknya bahkan ada yang tutup.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menilai hal itu tidak lepas akibat berbagai kebijakan yang sudah berjalan saat ini.
"Sektor offline adalah yang pertama kali kena. Dari awal PSBB, PPKM dan sebagainya itu jarang kegiatan dan diinstruksikan tutup toko, sedangkan saat tutup nggak berputarnya barang dagangan dan karyawan cost-nya jalan terus, sehingga beban perusahaan bertubi-tubi, belum lagi kewajiban pembayaran sewa ke pihak mal," katanya seperti dilansir CNBC Indonesia, Rabu (3/11).
Berbagai beban tersebut tetap menjadi tanggungan di situasi sulit pandemi. Namun, tidak mudah untuk menyeimbangkan dengan pendapatan. Berbagai upaya diskon maupun potongan harga juga sulit diserap pasar karena menurunnya daya beli masyarakat.
"Jadi biaya nggak bisa kita tutup, saat ritel nggak punya cadangan dana atau belum dapat bantuan pinjaman bank atau pihak lain, kita mintakan bantuan pemerintah, bahwa sektor ritel penting, jangan sampai tutup karena kalau tutup pasti sudah bingung bukanya gimana, tenaganya belum balik," katanya.
Budihardjo menilai jika banyak toko ritel bangkrut maka menjadi sinyal bahaya, karena tidak mudah untuk membangkitkan sektor yang sudah kolaps. Apalagi, banyak tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya pada sektor perbelanjaan. "Kita harap bisa duduk bareng semua pemangku kepentingan untuk kita cari solusinya," sebutnya.*
1
Komentar