Harapkan Wabah Cepat Berlalu
Upacara Nangluk Merana Digelar di Desa Adat Kuta
MANGUPURA, NusaBali
Prosesi Upacara Nangluk Merana lan Pemahayujagat Desa Adat Kuta, yang dilaksanakan pada Jumat (5/11) berlangsung lancar.
Tradisi yang rutin digelar pada sasih kanem atau keenem itu berlangsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengatakan prosesi Nangluk Merana di Desa Adat Kuta berlangsung lancar dan tidak sampai menimbulkan kemacetan. Sebab, kondisi arus lalu lintas di Kuta memang masih relatif sepi. Melalui pelaksanan pecaruan Nangluk Merana, pihaknya sekaligus mendoakan agar pandemi Covid-19 cepat sirna dari muka bumi, sehingga aktivitas maayarakat bisa kembali seperti biasa dan pariwisata Kuta kembali bangkit.
“Sasih kanem itu kita kenal sebagai sasih merana atau wabah penyakit. Karena itu kita melakukan nyomya, dengan mecaru tingkat caru medurga, yaitu caru pamlepeh jagat. Tujuannya adalah untuk menetralisir aura negatif dan memohon keselamatan,” jelas Wasista.
Masih menurut dia, prosesi Nangluk Merana di Desa Adat Kuta berlangsung sejak pukul 06.00 Wita. Upacara tersebut dimulai dari ngelungsur (memohon) tirta telengin segara. Berselang 30 menit kemudian dilaksanakan upacara di Catus Pata Desa Adat Kuta. Kedua tirta tersebut kemudian dilinggihkan di Pura Dalem Kahyangan, dengan disambut penyamblehan kucit butuan. Setelah itu, 5 pelawatan Ida Bhatara dan 3 ketakson dari banjar adat di Kuta, kemudian melaksanakan upacara di masing-masing persimpangan. Namun Ida Pelawatan kali ini tidak diiring ke Pura Dalem Kahyangan, melainkan beliau diiring kembali ke payogan (Pura) masing-masing. “Puncak pecaruan Nangluk Merana dilaksanakan di Pura Dalem Kahyangan. Namun, Ida Pelawatan tidak ke Pura Dalem Kahyangan, tapi napak pertiwi di masing-masing persimpangan,” beber Wasista.
Karena Ida Bhatara pelawatan phyangan banjar tidak diiring ke Pura Dalem Kahyangan, maka prosesi penyamblehan kucit butuan yang biasanya dilaksanakan saat Ida Bhatara kembali ke payogan masing-masing tidaklah dilakukan. Namun biasanya ketika penyamblehan itu dilakukan, para sadeg patih pelawatan yang jumlahnya mencapai lebih dari 200 orang akan berebut meminum darah kucit butuan.
Diakui Wasista, prosesi diiringnya Ida Pelawatan ke Pura Dalem Kahyangan yang dulu dilakukan memang banyak menyedot perhatian wisatawan. “Biasanya, saat proses itu yang mengundang perhatian para wisatawan yang ada di Kuta. Namun, kali ini memang kita tidak lakukan hal itu, sebab kita tidak mau mengambil risiko. Jika para sadeg banyak berkumpul di satu titik, itu tentu akan banyak mengundang kerumunan,” katanya. *dar
Komentar