Digitalisasi Harus Beriringan dengan Green Lifestyle
DENPASAR, NusaBali.com – Teknologi dan digitalisasi memudahkan aktivitas manusia, namun digitalisasi hendaknya seiring dengan green lifestyle atau pola hidup hijau cinta lingkungan.
“Generasi muda tidak boleh hanya berfokus terhadap digitalisasi saja, harus melek juga terkait masalah lingkungan. Dan ikut berpartisipasi aktif dalam penanganannya,” ujar Hario Damar, Kepala Pusdiklat Pajak, yang menjadi narasumber pada webinar Green Lifestyle di kanal YouTube Kemenkeu RI, Jumat (5/11/2021).
Hario Damar mengatakan, apabila masyarakat khususnya para generasi muda terlalu berfokus terhadap dunia digital, dikhawatirkan generasi muda perlahan akan menimbulkan individualisme yang tinggi, serta enggan mengembangkan potensi yang dimiliki. “Jika di dunia digital, yang berperan kan hanya mata, telinga dan jempol. Penting bagi masyarakat khususnya generasi muda melatih sensoriknya dan mengembangkan potensi diri seluas-luasnya, serta bersosialisasi membangun komunitas serta jaringan yang bermanfaat terutama bagi lingkungan hidup,” tegasnya.
Hal yang sama pun dinyatakan oleh Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 yang juga menjadi narasumber pada webinar tersebut. Dirinya mengatakan bahwa generasi muda harus melakukan aksi nyata, bergerak secara aktif, serta mengambil peran untuk menyelamatkan lingkungan hidup yang ada di Indonesia.
“Salah satu contoh kegiatan yang dapat menenggelamkan rasa bosan, adalah bercocok tanam. Mulai saja dari menanam sayur-sayuran kesukaan, atau bunga-bunga yang indah. Suatu saat jika sering dilakukan, maka akan jadi kebiasaan,” ungkap Susi Pudjiastuti.
Lebih lanjut Susi Pudjiastuti pun mengimbau kepada masyarakat agar selalu menjaga lingkungan hidup, baik darat maupun laut, demi keseimbangan ekosistem, yang akan memberikan dampak ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan bagi para manusia. “Contohnya 68 persen populasi ikan tuna yang ada di dunia berada di Inonesia, tepatnya di Maluku. Mari bersama jaga kebersihan laut, agar kekayaan sumber daya alam tersebut tidak perlahan menghilang,” tuturnya.
Kemudian Britania Sari, yang merupakan Co Founder @nofoodwaste.id mengatakan bahwa pengolahan sisa makanan juga merupakan hal yang penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dirinya pun menyebutkan, pengelolaan sisa makanan yang tergolong sampah organik, dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengonsumsi makan sesuai dengan porsi atau kebutuhan, hingga mengolahnya untuk dijadikan pupuk kompos. “Berkaca dari tragedi longsornya gunung sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Bandung pada 21 Februari 2005 yang menewaskan 157 orang karena kondisi TPA yang overload dan didominasi dengan 70 persen sampah organik pada saat itu,” jelasnya.
Britania Sari pun mengajak masyarakat, untuk secara bijak memanfaatkan teknologi atau digitalisasi dalam memperoleh informasi terkait tata cara mengatur produksi sampah pribadi, dengan mengurangi kemasan sekali pakai baik plastik maupun non plastik. Dirinya pun memberikan salah satu contoh pengurangan sampah organik yang berbasis makanan, seperti penggunaan kulit semangka, yang diolah menjadi acar. “Selain itu perilaku konsumtif juga mempengaruhi jumlah keberadaan sampah, usahakan jika ada barang yang rusak maupun elektronik, atau apa pun itu, diusahakan untuk diperbaiki terlebih dahulu, sebelum menggantinya dengan yang baru, karena itu juga berpeluang menimbulkan sampah,” tandasnya. *rma
1
Komentar