Penjual Alat Upacara di Kapal Ramai Pembeli, Ambu Laris Manis
MANGUPURA, NusaBali.com - Jelang Hari Raya Galungan, Buda Kliwon Dungulan, Rabu (10/11/2021), sentra alat upacara (upakara) di Bali ramai dikunjungi pembeli.
Salah satunya adalah kawasan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. “Rata-rata lima hari sebelum pemasangan penjor sudah mulai ramai, Sugihan Bali, Sugihan Jawa, sudah mulai ramai,” ujar I Made Suardipa, salah seorang pedagang perlengkapan penjor di Kapal, Minggu (7/11/2021).
Suardipa mengatakan, meski masih dalam suasana pandemi, animo krama beryadnya membeli perlengkapan penjor masih cukup baik. Seniman Karawitan lulusan ISI Denpasar ini melihat penjor merupakan salah satu bentuk budaya Bali yang sangat fenomenal dilihat dari bentuk ataupun pepayasannya (hiasannya).
“Untuk suatu saat nanti penjor pengembangannya bisa menjadi bagian dari event,” sebut Dek Po panggilan akrab Suardipa melihat penjor di masa depan.
Sementara Agung Rai, penjual perlengkapan penjor lainnya di kawasan yang sama, mengatakan para pelanggan mulai ramai berdatangan sejak Sabtu (6/11/2021). Agung yang merupakan pemasok ambu (kelengkapan penjor) mengatakan, selain dari wilayah Kapal dan sekitarnya tidak jarang yang datang membeli ambu berasal dari luar Kabupaten Badung. “Dari Gianyar juga ada ke sini, dari Tabanan juga ada,” ucap pedagang asal Banjar Langon, Kapal.
Ambu atau daun enau muda ini selalu laris manis jelang Galungan. Pasalnya ambu menjadi alternatif ekonomis membuat hiasan penjor daripada menggunakan janur (busung). “Untuk hari raya tahun ini seperti biasa (ramai permintaan), memang ada penurunan tapi masih bisa lah. Masyarakat kebanyakan sekarang membuat penjor dari menengah ke bawah,” ujar Agung Rai.
Untuk ambu ukuran kecil ia menjual dengan harga Rp 45.000, sedangkan ukuran besar dengan harga Rp 70.000. Adapun ambu yang dijual oleh Agung Rai, pohonnya tidak langsung dimiliki olehnya. Ia mendatangkan ambu dari wilayah tetangga di Kabupaten Badung tepatnya di wilayah Petang (Badung utara). Selain dari Petang, suplier ambu yang parkir di depan tempat usaha Agung juga berasal dari daerah Tabanan, Bangli, hingga Buleleng.
Tidak seperti pedagang yang kebanyakan hanya menjual ambu beberapa hari menjelang Hari Raya Galungan (pedagang musiman), Agung Rai bersama keluarganya menjual ambu dan bahan upakara setiap hari. Namun tentunya dengan volume atau jumlah yang jauh lebih sedikit dibanding saat Galungan.
Agung Rai yang berjualan ambu sejak mewarisinya dari orangtua mengatakan, selain digunakan untuk membuat penjor di rumahnya, para pembelinya juga merupakan para pedagang yang akan kembali menjual ambu yang dibelinya.
Sementara salah seorang pelanggan ambu milik Agung, I Made Sentana, jauh-jauh dari Tabanan untuk membeli ambu sebagai bahan membuat penjor Galungan. Sudah sering membeli ambu di tempat Agung Rai, Sentana mengaku enggan membeli di tempat lain karena takut persediaan tidak ada. “Kita biasanya sih seringnya beli di sini, karena di sini salah satu pemasok ambu yang terbesar di Kapal,” kata Sentana.
Sentana pun mengaku membeli ambu dalam jumlah yang tidak sedikit, dikarenakan selain digunakan sebagai hiasan penjor di rumahnya, ia membeli ambu untuk bahan penjor di pura di desanya, Pura Beten Bok. “Kalau sebelum pandemi kita membuat penjor yang mewah, sekarang kita kembali seperti yang dulu, yang sederhana tetapi dengan makna yang tetap sama,” tandas pria asal Banjar Abiantuwung, Kediri. *adi
1
Komentar