Sehari, Widiasih Tiga Kali Pecahkan Rekor Nasional
DENPASAR, NusaBali
Atlet para powerlifting (angkat berat) andalan Bali, Ni Nengah Widiasih, 29, berhasil sabet medali emas kelas 45 kg putri dalam Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI 2020 di Papua, Senin (8/11).
Lifter disabilitas yang juga peraih medali perak Paralimpiade 2020 di Tokyo, Jepang ini sekaligus memecahkan rekor nasional dengan angkatan 90 kg. Bahkan, dalam sehari kemarin, Nengah Widiasih tiga kali memecahkan rekor.
Dalam tarung angkat besi Perpanas XVI 2020 yang digelar di Hotel Suni Garden Lake Jayapura, Papua, Senin kemarin, Nengah Widiasih berhasil memecahkan rekor nasional yang selama ini dipegang lifter Kalimantan Timur, Nurjanah, dengan angkatan 67 kg. Bukan hanya itu, Widiasih tiga kali beruntun memecahkan rekor nasional dalam sehari kemarin.
Pada angkatan pertama, Widiasih berhasil mengangkat barbel seberat 80 kg, yang seka-ligus rekor milik Nurjanah. Kemudian, pada angkat kedua, lifter kelahiran 12 Desember 1992 asal Banjar Bukti, Desa Sukadana, Kecamagan Kubu, Karangasem ini berhasil lakukan angkatan seberat 85 kg. Dia pun memecahkan rekor atas namanya sendiri. Sedangkan pada angkatan ketiga, Widiasih kembali berhasil lakukan angkatan seberat 90 kg, sehingga lagi-lagi memecahkan rekor atas namanya sendiri.
Sebelumnya, pada ajang Paralimpiade 2020 di Tokyo, 26 Agustus 2021 lalu, Widiasih juga bikin sensasi sukses sabet medali perak di kelas 41 kg putri, dengan angkatan 98 kg. Sedangkan dalam Peparnas XVI 2020 di Papua, Widiasih naik ke kelas 45 kg putri. Hanya saja, angkatannya turun 8 kg menjadi 90 kg. Namun, anak kedua dari empat bersaudara pasangan I Gede Gambar dan Ni Luh Bingin ini tetap sukses sabet medali emasd dan sekaligus pecahkan rekor.
Dalam Peparnas XVI 2020 di Papua, Widiasih berhasil mengungguli Hayati Julia, lifter andalan Riau yang sabet medali perak dengan angkatan 71 kg. Sedangkan medali perunggu kelas 41 kg putri diraih lifter Jogjakarta, Dwi Kristianti Yuni, dengan angkatan 62 kg.
Pelatih angkat berat Bali, I Nyoman Sugata, mengaku sangat bersyukur atas keberhasilan Nengah Widiasih sabet medali emas dan sekaligus ciptakan rekor baru, meskipun naik ke kelas 45 kg putri. “Nengah Widiasih terpaksa naik kelas, karena berat badannya tembus 42 kg. Jadi, dia tak bisa turun di kelas spesialisasinya 41 kg. Tapi, dia tetap berhasil sabet medali emas,” jelas Nyoman Sugata saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Senin kemarin.
Sementara, Nengah Widiasih juga mengaku bersyukur bisa pecahkan rekor ketika naik kelas di Peparnas XVI 2020 ini. "Saya kan biasa tampil di kelas 41 kg. Jadi, saya nggak tahu rekor sebelumnya di kelas 45 kg ini berapa? Yang jelas, saya bersyukur bisa memecahkan rekor," ujar Widiasih dikutip Antara secara terpisah kemarin.
Widiasih berharap pemecahan rekor yang dilakukannya ini bisa menjadi motivasi atlet-atlet muda Bali untuk bisa mencapai prestasi terbaik. Selain termotivasi, Widiasih juga berharap atlet-atlet muda angkat berat bisa terus tekun berlatih dalam mempersiapkan Peparnas edisi berikutnya.
"Semoga ini menjadi motivasi untuk atlet-atlet yang lain, terutama atlet-atlet baru. Semoga mereka, atlet-atlet di daerah, lebih termotivasi lagi untuk latihan lebih giat dan mempersiapkan diri untuk Peparnas selanjutnya," harap lifter disabilitas yang mengenyam pendidikan terakhir di SMA Dwijendra Kuta Selatan, Badung ini.
Widiasih sendiri menjadi penyandang disabilitas sejak terserang polio di usia 3 tahun. Saat usianya menginjak 8 tahun, Widiasih dirinya diajak sang ayah Gede Gambar ke Jogjakarta untuk belajar keterampilan di salah satu yayasan. Selanjutnya, Widiasih menjalani operasi di RS Orthopedi dr Soeharso, Solo, Jawa Tengah, untuk meluruskan tulang kakinya yang bengkok.
Setelah selama 2 tahun di Jogjakarta, Widiasih kembali ke Bali pada 2002 saat umurnya 10 tahun. Dia langsung tinggal di YPAC Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, badung sambil sekolah di SLB Negeri 1 Badung (tingkat SD dan SMP), kemudian SMA Dwijen-dra. Dia tertarik olahraga angkat berat sejak sekolah di SLB.
Sebelum Widiasih menggeluti angkat berat, sang kakak Gede Suantaka lebih dulu aktif di cabang olahraga adu otot itu di bawah pelatih I Ketut Mija. Sekadar dicatat, Ketut Mija yang mantan lifter angkat berat andalan Bali adalah guru di SLB Negeri 1 Badung. Hanya berlatih 3 bulan, Widiasih langsung ikut Kejurnas Angkat Berat 2006 di Denpasar dengan torehan medali emas.
Sementara itu, selain sabet medali emas melalui lifter angkat berat Nengah Widiasih, Senin kemarin kontingen Bali juga berhasil meraih 4 medali perak dan 1 medali perunggu di Peparnas XVI 2020. Salah satu medali perak dipesembahkan dari cabang renang, melalui perenang I Ketut Widyadana di nomor 100 meter gaya bebas putra S13, dengan catatan waktu 1 menit 3 detik. Dia diungguli Ilham Acham Turmudzi (DKI Jakarta) yang sabet emas dengan catatan waktu 57 detik.
Medali perak kedua diraih dari cabang atletik melalui Dewa Ari Sanjaya di nomor lari 400 meter putra T11. Medali perak ketiag juuag diraih dari cabang atletik melalui pelari Ni Wayan Ayu Alvina Febriani Bujangga di nomor sprint 100 meter T13. Medali perak keempat juga diraih dari cabang atletik melalui I Made Adi Purnawan nomor lempar lembing F11. Sedangkan tambahan medali perunggu juga dari lintasan atletik, dipersembagkan I Gede Vica Astawa di nomor 400 meter putra T38.
Kontingen Bali targetkan 12 medali emas untuk tembus peringkat 10 besar dalam Peparnas XVI 2020. Jika berhasil, ini akan memperbaiki prestasi sebelumnya dalam Perpanas XV 2016 di Jawa Barat, ketika kontingen Bali hanya mampu finish di peringkat 16 dengan raihan 8 medali emas, 17 perak, dan 13 perunggu.
Selain melalui Nengah Widiasih, 11 medali emas lagi dalam peparnas XVI 2020 ditargetkan dari I Dewa Gede Ari Wahyudi (atletik), Dewa Made Ari Sanjaya (atletik), Ni Luh Dewi Setiawati (atletik), Iwan Cahyadi (atletik), Putu Ari Astuti (atletik), Nyoman Oka (atletik), Gede Adi Mahardika (atletik), Ni Made Arianti Putri (atletik), I Gusti Nyoman Setiawan (angkat berat), Daniel Vinsensius Opat (angkat berat), dan Ayu Intan Melisa Maharani (renang). *dek
1
Komentar