Ritual Nangluk Mrana Sesuai Tradisi Desa
SEMARAPURA, NusaBali
Beberapa desa atau desa adat di Bali, khususnya di Klungkung, belakangan ini menggelar upacara Nangluk Merana. Upacara untuk menjaga keseimbangan buana agung dan buana alit ini digelar pada sasih (bulan), antara lain, kalima, kanem, bahkan kapitu.
Pilihan sasih itu tergantung desa adat sesuai tradisi secara turun-temurun. Ketua PHDI Klungkung I Putu Suarta mengatakan pelaksanaan ritual Nangluk Mrana oleh desa adat/desa dinas, tidak sama atau serentak pada satu sasih tertentu. Karena setiap desa adat punya tradisi yang dijalani. "Lagi pula, tidak semua desa adat atau desa dinas menggelar Nangluk Mrana," ujar Suarta, Jumat (12/11).
Jela dia, upacara Nangluk Mrana merupakan jenis Bhuta Yadnya, untuk memohon keselamatan agar dijauhkan dari hal-hal negatif. Dengan itu, maka diharapklan muncul keseimbangan buana agung dan buana alit.
Kata Suarta, ritual Nangluk Mrana maupun ngider buana yakni pratima Ida Sasuhunan dan krama ngider desa adat. Diawali pangulun desa, pura, fans setra (kuburan) desa adat setempat. "Tujuannya untuk keharamonisan buana agung dan alit, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Kepala Satpol PP dan Damkar Klungkung ini.
Dengan Nangluk Merana, jelas Suarta, diharapkan wabah atau penyakit persawahan atau hama dapat dihilangkan dan hasil panen bisa melimpah. Selain itu, untuk memohon agar masyarakat selamat dan terjauhkan dari segala mrana (penyakit). *wan
1
Komentar