Bocah SMP Tewas Ditabrak Saat Ngelawang
Setelah Ditabrak, Korban Terseret Beberapa Meter
Ketika ditabrak motor saat ngelawang barong bangkung Desa Tulikup, korban Komang Barat Napoleon berjalan sambil megambel di posisi paling belakang
GIANYAR, NusaBali
Seorang bocah SMP asal Banjar Roban, Desa Tulikup, Kecamatan Gia-nyar, I Komang Barat Napoleon, 12, tewas mengenaskan akibat ditabrak motor dari arah belakang saat prosesi ngelawan barong bangkung bersama teman-temannya, Sabtu (13/11) malam. Bocah berusia 12 tahun ini langsung tewas di lokasi TKP dalam kondisi cedera kepala berat, setelah sempat terseret motor beberapa meter.
Kecelakaan maut yang merenggut nyawa korban Komang Barat Napoleon terjadi dalam prosesi ngelawang barong bangkung di serankaianan hari suci Galungan di Jalan Raya Kembengan kaswasan Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Sabtu malam sekitar pukul 19.30 Wita. Malam itu, korban yang ngelawang bersama rekan-rekan sebayanya ditabrak sepeda motor Suzuki Shogun warna biru DK 6705 BO yang ditunggangi Putu Agus Adnyana Putra, 19, asal Banjar Blahpane Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar.
Informasi di lapangan, korban Komang Barat Napoleon yang awalnya megambel di posisi paling belakang, sempat terseret motor beberapa meter usai ditabrak. Motor yang menyeret korban kemudian berhenti setelah menghantam sebuah plang. Korban Komang Barat sendiri langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP dalam kondisi cedera kepala berat. Jasad korban dibawa ke RS Sanjiwani Gianyar untuk dibersihkan.
Sedangkan pengendara motor yang diketahui bernama Putu Agus Adnyana Putra, juga dilarikan ke RS Family Husada Gianyar. Pasalnya, pemuda asal Banjar Blahpane Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar ini juga terluka hingga sekarat setelah motornya menabrak plang, usai menyeret korban Komang Barat.
"Pemotor itu mengalami luka memar di dahi kiri, pipi kiri, dagu lecet, pergelangan kaki kiri robek. Sedangkan korban (Komang Barat) mengalami luka kepala belakang hingga robek, pergelangan kaki kiri patah, dan lutut kiri lecet. Korban langsung meninggal dunia di lokasi," jelas Kasat Lantas Polres Gianyar, AKP Ni Putu Wila, saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (14/11).
Menurut AKP Putu Wila, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kecelakaan maut yang merenggut nyawa bocah SMP yang sedang ngelawang barong bangkung ini. Polisi sudah melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, kata AKP Putu Wila, motor Shogun DK 6705 BO yang ditunggangi Putu Agus Adnyana diketahui melaju dari arah utara di Jalan Raya Kembengan Desa Tulikup. Sedangkan korban Komang Barat bersama rombongan kesenian barongnya yang ngelawang malam ini, berjalan di pinggir jalan, juga menuju arah selatan.
Setibanya di lokasi TKP, tiba-tiba motor yang ditunggangi Putu Agus Adnyana menambrak korban Komang Barat. Habis tertabrak, korban Komang Barat sempat terseret motor beberapa meter. “Korban langsung meninggal di TKP,” ungkap mantan Kasat Lantas Polres Tabanan ini.
Jenazah korban Komang Barat sempat semalaman dititip di RSUD Sanjiwani Gianyar. Kemudian, jenazah korban dijemput keluarganya, Minggu siang sekitar pukul 14.00 Wita, untuk diupacarai. Jenazah bocah SMP korban tertabrak motor saat ritual ngelawang ini sudah diupacarai nyulubin di Setra Desa Adat Tulikup pada Radite Wage Kuningan, Minggu petang pukul 18.00 Wita.
Korban Komang Barat Napoleon sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan I Kadek Puja dan Ni Ketut Karini. Samnpai ajal menjemputnya, korban Komang Barat masih tercatat sebagai siswa Kelas VII SMPN 3 Gianyar.
Menurut ayah korban, Kadek Puja, dirinya terakhir kali komunikasi dengan putra bungsunya yang akrab disapa Cuming ini, Sabtu pagi pukul 08.30 Wita. "Hari itu, Cuming tumben terlambat bangun. Dia saya bangunkan paksa pukul 08.30 Wita. Saya pikir, dia lelah karena habis ngelawang sehari sebeluymnya," ujar Kadek Puja saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Roban, Desa Tulikup, Minggu kemarin.
Mengetahui putra bungsunya berencana ngelawang lagi Sabtu sore, Kadek Puja pun berpesan dan mengingatkan Komang Barat agar membawa lampu penerang dan lampu pecalang. "Saya bukan pecalang, tapi alat-alat saya punya lengkap. Saya minta Cuming bawa lampu, karena ngelawangnya malam hari. Dia nyahut, ‘Ya Pak, nanti Ming bawa’," kenang Kadek Puja.
Nah, Sabtu pagi pukul 09.00 Wita, Kadek Puja dan istrinya, Ni Ketut Karini, pergi ke Klungkung. Mereka baru balik ke rumah, sore pukul 16.00 Wita. Namun, setibanya di rumah, Kadek Puja mulai khawatir. Sebab, lampu penerang dan lampu pecalang yang disiapkan agar dibawa oleh anaknya, masih tersimpan rapi di rumah.
"Ibunya (Ketut Karini) juga khawatir, meminta saya agar menjemput anak saya ini. Tapi, saya waktu itu pilih sembahyang sebentar di Pura Puseh, baru kemudian rencananya cari Cuming," cerita Kadek Puja.
Usai sembahyang di Pura Puseh malam itu, Kadek Puja mendapat telepon dari istrinya, Ketut Karini. "Katanya ada orang tak dikenal ke rumah, mengabari bahwa anak saya mengalami kecelakaan. Kepalanya berdarah," katanya.
Seketika Kadek Puja pulang dari pura, lalu nyetir mobil dan langsung menuju lokasi kejadian. Betapa hancur hatinya karena begitu tiba di TKP, Kadek Puja melihat jasad putra bungsunya sudah ditutupi kain, dengan darah segar tercecer di aspal. "Teman-teman anak saya yang diajak ngelawang sudah pulang semua kayaknya, karena ketakutan. Yang masih di lokasi cuma anak saya, sudah jadi mayat," keluh Kadek Puja.
Mengenai kronologis kejadian, Kadek Puja mengaku tidak mengetahui secara pasti. Namun, berdasarkan cerita dari teman anaknya, korban Komang Barat yang baru duduk di Kelas VII SMPN 3 Gianyar diduga ditabrak dari arah belakang. "Anak tiyang katanya jalan dalam posisi paling belakang. Dia megambel, tiba-tiba melaju kencang sepeda motor dari utara dengan kecepatan tinggi. Knalpot brong, tanpa lampu dan helm. Ada yang bilang, pemotor itu nengok ke belakang arah suara knalpotnya, sehingga tidak memperhatikan ada sejumlah orang yang sedang jalan di pinggir,” papar Kadek Puja.
“Yang ditabrak dua anak sekaa ngelawang barong bangku. Bahkan, anak saya sampai terseret beberapa meter hingga meninggal di TKP. Kamen dan celannya sampai sobek, nyangkut di plat nomor kendaraan," lanjut Kadek Puja.
Kadek Puja sendiri mengaku mengizinkan putra bungsunya ngelawang, karena selama ini tidak pernah terjadi sesuatu. Anaknya selalu tertib ketika di jalan raya. Kalau tidak jalan di trotoar pasti, di pinggir jalan, tidak sampai menghalangi pengendara motor. Apalagi, barong bangkung yang dipakai ngelawang merupakan miliknya. "Karena Ngelawang itu kegiatan positif, anak-anak bisa menyalurkan hobi dan bergaul, maka saya izinkan," katanya. *nvi
Kecelakaan maut yang merenggut nyawa korban Komang Barat Napoleon terjadi dalam prosesi ngelawang barong bangkung di serankaianan hari suci Galungan di Jalan Raya Kembengan kaswasan Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Sabtu malam sekitar pukul 19.30 Wita. Malam itu, korban yang ngelawang bersama rekan-rekan sebayanya ditabrak sepeda motor Suzuki Shogun warna biru DK 6705 BO yang ditunggangi Putu Agus Adnyana Putra, 19, asal Banjar Blahpane Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar.
Informasi di lapangan, korban Komang Barat Napoleon yang awalnya megambel di posisi paling belakang, sempat terseret motor beberapa meter usai ditabrak. Motor yang menyeret korban kemudian berhenti setelah menghantam sebuah plang. Korban Komang Barat sendiri langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP dalam kondisi cedera kepala berat. Jasad korban dibawa ke RS Sanjiwani Gianyar untuk dibersihkan.
Sedangkan pengendara motor yang diketahui bernama Putu Agus Adnyana Putra, juga dilarikan ke RS Family Husada Gianyar. Pasalnya, pemuda asal Banjar Blahpane Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar ini juga terluka hingga sekarat setelah motornya menabrak plang, usai menyeret korban Komang Barat.
"Pemotor itu mengalami luka memar di dahi kiri, pipi kiri, dagu lecet, pergelangan kaki kiri robek. Sedangkan korban (Komang Barat) mengalami luka kepala belakang hingga robek, pergelangan kaki kiri patah, dan lutut kiri lecet. Korban langsung meninggal dunia di lokasi," jelas Kasat Lantas Polres Gianyar, AKP Ni Putu Wila, saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (14/11).
Menurut AKP Putu Wila, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kecelakaan maut yang merenggut nyawa bocah SMP yang sedang ngelawang barong bangkung ini. Polisi sudah melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, kata AKP Putu Wila, motor Shogun DK 6705 BO yang ditunggangi Putu Agus Adnyana diketahui melaju dari arah utara di Jalan Raya Kembengan Desa Tulikup. Sedangkan korban Komang Barat bersama rombongan kesenian barongnya yang ngelawang malam ini, berjalan di pinggir jalan, juga menuju arah selatan.
Setibanya di lokasi TKP, tiba-tiba motor yang ditunggangi Putu Agus Adnyana menambrak korban Komang Barat. Habis tertabrak, korban Komang Barat sempat terseret motor beberapa meter. “Korban langsung meninggal di TKP,” ungkap mantan Kasat Lantas Polres Tabanan ini.
Jenazah korban Komang Barat sempat semalaman dititip di RSUD Sanjiwani Gianyar. Kemudian, jenazah korban dijemput keluarganya, Minggu siang sekitar pukul 14.00 Wita, untuk diupacarai. Jenazah bocah SMP korban tertabrak motor saat ritual ngelawang ini sudah diupacarai nyulubin di Setra Desa Adat Tulikup pada Radite Wage Kuningan, Minggu petang pukul 18.00 Wita.
Korban Komang Barat Napoleon sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan I Kadek Puja dan Ni Ketut Karini. Samnpai ajal menjemputnya, korban Komang Barat masih tercatat sebagai siswa Kelas VII SMPN 3 Gianyar.
Menurut ayah korban, Kadek Puja, dirinya terakhir kali komunikasi dengan putra bungsunya yang akrab disapa Cuming ini, Sabtu pagi pukul 08.30 Wita. "Hari itu, Cuming tumben terlambat bangun. Dia saya bangunkan paksa pukul 08.30 Wita. Saya pikir, dia lelah karena habis ngelawang sehari sebeluymnya," ujar Kadek Puja saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Roban, Desa Tulikup, Minggu kemarin.
Mengetahui putra bungsunya berencana ngelawang lagi Sabtu sore, Kadek Puja pun berpesan dan mengingatkan Komang Barat agar membawa lampu penerang dan lampu pecalang. "Saya bukan pecalang, tapi alat-alat saya punya lengkap. Saya minta Cuming bawa lampu, karena ngelawangnya malam hari. Dia nyahut, ‘Ya Pak, nanti Ming bawa’," kenang Kadek Puja.
Nah, Sabtu pagi pukul 09.00 Wita, Kadek Puja dan istrinya, Ni Ketut Karini, pergi ke Klungkung. Mereka baru balik ke rumah, sore pukul 16.00 Wita. Namun, setibanya di rumah, Kadek Puja mulai khawatir. Sebab, lampu penerang dan lampu pecalang yang disiapkan agar dibawa oleh anaknya, masih tersimpan rapi di rumah.
"Ibunya (Ketut Karini) juga khawatir, meminta saya agar menjemput anak saya ini. Tapi, saya waktu itu pilih sembahyang sebentar di Pura Puseh, baru kemudian rencananya cari Cuming," cerita Kadek Puja.
Usai sembahyang di Pura Puseh malam itu, Kadek Puja mendapat telepon dari istrinya, Ketut Karini. "Katanya ada orang tak dikenal ke rumah, mengabari bahwa anak saya mengalami kecelakaan. Kepalanya berdarah," katanya.
Seketika Kadek Puja pulang dari pura, lalu nyetir mobil dan langsung menuju lokasi kejadian. Betapa hancur hatinya karena begitu tiba di TKP, Kadek Puja melihat jasad putra bungsunya sudah ditutupi kain, dengan darah segar tercecer di aspal. "Teman-teman anak saya yang diajak ngelawang sudah pulang semua kayaknya, karena ketakutan. Yang masih di lokasi cuma anak saya, sudah jadi mayat," keluh Kadek Puja.
Mengenai kronologis kejadian, Kadek Puja mengaku tidak mengetahui secara pasti. Namun, berdasarkan cerita dari teman anaknya, korban Komang Barat yang baru duduk di Kelas VII SMPN 3 Gianyar diduga ditabrak dari arah belakang. "Anak tiyang katanya jalan dalam posisi paling belakang. Dia megambel, tiba-tiba melaju kencang sepeda motor dari utara dengan kecepatan tinggi. Knalpot brong, tanpa lampu dan helm. Ada yang bilang, pemotor itu nengok ke belakang arah suara knalpotnya, sehingga tidak memperhatikan ada sejumlah orang yang sedang jalan di pinggir,” papar Kadek Puja.
“Yang ditabrak dua anak sekaa ngelawang barong bangku. Bahkan, anak saya sampai terseret beberapa meter hingga meninggal di TKP. Kamen dan celannya sampai sobek, nyangkut di plat nomor kendaraan," lanjut Kadek Puja.
Kadek Puja sendiri mengaku mengizinkan putra bungsunya ngelawang, karena selama ini tidak pernah terjadi sesuatu. Anaknya selalu tertib ketika di jalan raya. Kalau tidak jalan di trotoar pasti, di pinggir jalan, tidak sampai menghalangi pengendara motor. Apalagi, barong bangkung yang dipakai ngelawang merupakan miliknya. "Karena Ngelawang itu kegiatan positif, anak-anak bisa menyalurkan hobi dan bergaul, maka saya izinkan," katanya. *nvi
1
Komentar