Puting Beliung di Buleleng, BBMKG: Waspada Cumolonimbus
MANGUPURA, NusaBali.com - Dua angin puting beliung terjadi dalam sepekan terakhir di Bali bagian utara tepatnya di daerah Ponjok Batu, Desa Tejakula, Kamis (11/11/2021) dan di dekat Pura Dalem Puri, Desa Kubutambahan, Senin (15/11/2021).
Dua peristiwa tersebut sempat divideokan oleh warga dan kemudian viral di media sosial.
Terkait fenomena puting beliung di wilayah Buleleng tersebut, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengatakan angin puting-beliung memang kerap terjadi pada musim peralihan, baik peralihan dari musim kemarau ke musim hujan seperti saat ini ataupun sebaliknya dari musim penghujan ke musim kemarau.
Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah, menjelaskan fenomena puting-beliung di wilayah perairan laut disebut dengan waterspout untuk membedakannya dengan fenomena puting-beliung yang terjadi di wilayah daratan.
“Perbedaannya hanya pada lokasinya, kalau terjadi di atas lautan atau perairan kita sebutnya waterspout, kalau di daratan kita sebutnya puting beliung,” ujar Diana Hikmah, Selasa (16/11/2021).
Diana Hikmah, Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III Denpasar. -SURYADI
Diana menuturkan kemunculan fenomena waterspout atau puting-beliung disebabkan oleh keberadaan awan cumolonimbus (Cb). Awan cumolonimbus memiliki kekuatan untuk menarik massa di bawahnya dengan membentuk gerakan memutar.
“Cumolonimbus yang bisa membentuk pusaran angin seperti belalai yang kita lihat pada waterspout tersebut,” terang Diana.
Meski demikian, Diana mengatakan, tidak setiap keberadaan awan Cb akan menyebabkan terjadinya waterpout atau puting beliung. Tetapi dipastikannya jika setiap waterspout atau puting beliung pasti akan terdapat awan cumolonimbus di dekatnya.
Lebih jauh Diana menyebut kemunculan puting-beliung atau waterspout belum bisa dideteksi kapan kemunculannya. Namun keberadaan awan cumolonimbus yang dapat memicu kemunculan puting beliung atau waterspout bisa diketahui keberadaannya melalui radar BMKG. “Untuk kemunculan puting-beliung belum bisa (diprediksi), karena kondisinya cukup lokal, terjadi dalam wilayah yang sangat kecil dan dalam waktu yang sangat singkat, di bawah 10 menit,” ujarnya.
Menurut Diana, pada saat kejadian dua waterspout di Buleleng, konsentrasi hujan memang sedang berada di wilayah Bali utara, sehingga banyak juga awan cumolonimbus yang muncul.
Untuk itu Diana mengimbau masyarakat yang melihat adanya awan cumolonimbus di sekitarnya, perlu berhati-hati dan tidak berusaha mendekati. Selain adanya potensi puting beliung atau waterspout, tentu ada juga kemungkinan muncul hujan disertai petir.
Dikatakan, puting beliung dianggap sebagai salah satu jenis angin yang berbahaya karena dapat menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Hal ini dikarenakan benda-benda yang terbawa oleh angin puting beliung dapat terangkat dan terlempar begitu saja.
“Jadi jika kita melihat awan cumolonimbus yang cukup gelap sebaiknya kita menghindari atau menjauhi,” pungkas Diana. *adi
1
Komentar