Puluhan Siswa dan Guru di SDN 11 Pemecutan Diswab PCR
DENPASAR, NusaBali
SDN 11 Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat menggelar Swab PCR kepada 50 orang siswa dan guru, Selasa (16/11) sejak pukul 07.30 Wita.
Langkah ini dilakukan sebagai tracing setelah siswa menjalani Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Kepala Sekolah (Kasek) SDN 11 Pemecutan, I Gusti Nyoman Sri Artini saat diwawancarai di sekolahnya Jalan Gunung Batu Karu, Pemecutan, Denpasar Barat, Selasa kemarin mengatakan yang dilakukan swab PCR 50 orang, yakni 40 siswa dari kelas V dan kelas VI dan 10 orang guru.
Sri Artini mengatakan, sebelum tes PCR ini dilakukan, pihak sekolah mengaku sudah meminta izin terlebih dahulu ke orangtua siswa. Setelah mendapat izin, baru tes bisa dilakukan dengan difasilitasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar. "Kami sempat khawatir orangtua siswa tidak memberi ijin. Namun, mengingat agar proses PTM ini berjalan aman dan nyaman di masa pandemi, akhirnya orangtua mengijinkan," tegasnya.
Pihaknya juga mengatakan, kalaupun nanti ada siswa maupun guru yang terpapar, sesuai arahan Disdikpora Kota Denpasar, maka PTM dihentikan sementara. "Sesuai arahan itu, PTM diberhentikan sementara sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dan tentunya kami koordinasi juga dengan pihak Satgas, Disdikpora, komite sekolah, orangtua murid serta pihak lainnya," ungkap Sri Artini. Hasil dari tes PCR itu sendiri baru akan diketahui 1-2 hari ke depan.
Sementara Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, Dewa Gede Rai yang diwawancarai terpisah mengungkapkan, pelaksanaan swab PCR secara acak ini bagian dari screening terkait kegiatan PTM setelah sebulan berjalan. Testing dilakukan secara acak meliputi seluruh tingkat sekolah dari PAUD/TK hingga SMP. Sampelnya atau sekolah yang dipilih mewakili empat kecamatan di Kota Denpasar.
Lebih lanjut dikatakan Dewa Rai, jika nantinya ditemukan positif Covid-19, ada beberapa langkah yang akan dilakukan. Pertama, kegiatan PTM di sekolah bersangkutan dihentikan sementara. Kedua, melakukan tracing terhadap keluarga maupun guru atau tenaga pendidik. Ketiga soal penanganan seperti apakah diperlukan karantina maupun pengobatannya. *mis
Komentar