Perupa Wayan Sujana Suklu dan Komposer Ketut Garwa Raih Gelar Doktor
Ujian Terbuka Pascasarjana ISI Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Program Studi Seni Program Doktor Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar kembali meluluskan mahasiswa Doktor penciptaan seni, yaitu I Wayan Sujana (akrab dipanggil Suklu) dan I Ketut Garwa.
Kedua dosen ISI Denpasar ini secara berturut-turut diuji oleh masing-masing sebelas penguji, termasuk dari unsur akademisi luar ISI Denpasar.
Sujana Suklu menghasilkan temuan praktik seni MAL (Mobile Art Laboratory): Ruang Alternatif Olah Kreatif Seni Rupa Pertunjukan Berbasis Masyarakat, dan Ketut Garwa tentang transformasi tradisi Ngrebeg Kuningan di Kota Bangli dalam komposisi musik kolosal.
Pada ujian terbuka, Senin (15/11) Ketut Garwa diuji oleh Prof Dr I Nengah Duija, Prof Dr I Komang Sudirga, Dr I Nyoman Sukerna, Dr I Gusti Ngurah Seramasara, Dr I Kadek Suartaya, Dr I Ketut Suteja dan Dr Ni Made Arshiniwati.
Penguji dari unsur promotor Prof Dr I Wayan Dibia, Ko-Promotor 1 Prof Dr I Wayan Rai S, Ko-Promotor 2 Dr I Gede Yudarta, dan Ketua Penguji Prof Dr Wayan Kun Adnyana, Rektor selaku Pemimpin Unit Penyelenggara Program Studi Seni Program Doktor ISI Denpasar. Rektor juga selaku promotor memimpin ujian terbuka pada, Selasa (16/11) untuk Sujana Suklu, dengan penguji Prof Dr. Setiawan Sabana, Dr Jean Couteau, Prof Dr I Nyoman Suarka, Prof Dr I Nyoman Sedana, Dr I Nengah Wirakusuma, Dr I Ketut Muka, Dr I Ketut Suteja, serta Ko-Promotor 1 Prof Dr I Wayan Dibia dan Ko-Promotor 2 Dr I Wayan Suardana.
Ketut Garwa dengan meyakinkan memberi tanggapan atas seluruh pertanyaan yang disampaikan penguji. “Ngrebeg Kuningan di Kota Bangli dalam transformasi menjadi komposisi musik kolosal, membutuhkan observasi, bangunan imajinasi, kemudian praktik penciptaan yang mengelola talenta penabuh lokal Bangli, hingga lahir komposisi yang berangkat dari konsep Pangurip Panca Dewata. Karya ini dapat menjadi model transformasi tradisi ritus ke kreativitas seni baru,” terang Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar ini.
“Karya Komposisi Musik Kolosal Ngrebeg Kuningan memiliki makna transformasi nilai-nilai sakral religius terkait dengan ritus Ngrebeg di Catus Pata sebagai poros dunia (sumbu kosmik), menyatunya hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Konsep kekaryaan berbasis Pangurip Panca Dewata dengan hitungan ganjil tidak lazim diterapkan dalam komposisi karawitan Bali, namun melalui sentuhan kreatif, nuansa musikalitasnya mengalir harmonis. Kreativitas inovatif ini dapat dijadikan sumber inspirasi bagi komposer muda di masa depan,” terang Prof Komang Sudirga, Guru Besar bidang Kajian Seni Karawitan ISI Denpasar selaku penguji.
Sujana Suklu yang tercatat telah 10 kali mempraktikkan konsep MAL di berbagai lokasi, sebelum pada pameran akhir di Komaneka Gallery, Ubud dengan tangkas menjelaskan bahwa temuan praktik seni berbasis interaksi, dialog, dan kolaborasi termasuk intermingle dalam MAL memungkinkan masyarakat umum untuk melakukan praktik seni bersama. Ini sekaligus mencairkan eksklusivitas praktik seni semata ruang soliter dari seorang seniman.
Salah satu penguji Sujana Suklu, Dr Jean Couteau menandaskan bahwa pada karya seni lukis Suklu sangat mempribadi, namun pada gilirannya secara sadar justru dia membangun ruang kolaborasi komunal penuh kemungkinan. “Seni lukis mempribadi tidak menjadi ganjalan untuk membangun ruang kreatif kolaboratif lintas seni, bahkan dengan masyarakat luas. Ini merupakan jalan sosiologis bagi seni kontemporer,“ terang antropolog kebangsaan Prancis yang telah puluhan tahun bermukim di Bali ini. *sur
Komentar