Aspehorti: Ekspor Manggis Bali Terganggu
Dihajar musim hujan, sebagian buah manggis yang diekspor ke China rusak
DENPASAR, NusaBali
Hujan lebat yang kerap turun mengguyur belakangan ini ternyata berimbas terhadap ekspor produk hortikultura Bali. Salah satunya ekspor manggis. Kadar air yang tinggi akibat hujan mempengaruhi kualitas buah. Diantaranya luka dalam serta merangsang hama buah, seperti kutu dan lainnya.
Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Ir I Wayan Sugiartha mengatakan Selasa (16/11).
“Memang sebelumnya sudah ada pergerakan ekspor, namun kini terganggu hujan,” ujar pria asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Kondisi alam tersebut tentu sangat disayangkan, namun tidak bisa ditolak. Sebagai suplier, Sugiartha mengaku kesulitan mendapatkan buah manggis untuk diekspor. “Karena tiyang (saya) suplier untuk teman- teman yang ekspor,” ujarnya.
Produksi sebenarnya over suplai, karena sedang puncak musim panen. “Tetapi itulah diganggu cuaca,” kata Sugiartha. Dan hujan lebat turun merata di Bali, termasuk di sentra- sentra perkebunan manggis di Bali. Hampir tidak ada kawasan yang luput.
“Kalau manggis luka dalam pasti ditolak buyer,”ujar Sugiartha sambil menegaskan buyer tersebut dari China.
Dalam kondisi normal, Sugiartha menyatakan 60 ton manggis keluar atau diekspor dari Bali. Namun kini, tak lebih dari 10 ton manggis yang bisa dikirim keluar untuk ekspor.
“Ada saja gangguan. Sedang bagus-bagusnya, hujan mengganggu,” sesal Sugiartha. Terpisah Ketua Asosiasi Manggis Bali, Jro Putu Tesan mengatakan permintaan manggis Bali pada Desember akhir tahun sampai dengan Februari tahun depan (2022) sedang tinggi-tingginya. Namun karena hujan kualitas manggis menurun.
”Banyak yang burik ( bercak) selain luka dalam,”kata ungkap Jro Tesan. Harga perkilo manggis untuk kualitas ekspor masih tinggi antara Rp 25.000 -Rp 28.000 perkilo. Namun kembali lagi, karena faktor cuaca sulit mendapatkan yang sesuai dengan standar ekspor, terutama ke China.
“Kemarin saya ngirim 600 kranjang ke Guangzou, 20 persenya rusak,” ungkapnya. Untuk sementara Jro Tesan mencoba akan memasarkan ke Thailand, karena ada buyer dari Thailand yang mau membeli manggis yang burik (bercak), asalkan daging di dalamnya utuh. “ Saya baru kirim samplenya.mMudah-mudahan masuk, “ harap dia. *K17
Hujan lebat yang kerap turun mengguyur belakangan ini ternyata berimbas terhadap ekspor produk hortikultura Bali. Salah satunya ekspor manggis. Kadar air yang tinggi akibat hujan mempengaruhi kualitas buah. Diantaranya luka dalam serta merangsang hama buah, seperti kutu dan lainnya.
Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Ir I Wayan Sugiartha mengatakan Selasa (16/11).
“Memang sebelumnya sudah ada pergerakan ekspor, namun kini terganggu hujan,” ujar pria asal Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Kondisi alam tersebut tentu sangat disayangkan, namun tidak bisa ditolak. Sebagai suplier, Sugiartha mengaku kesulitan mendapatkan buah manggis untuk diekspor. “Karena tiyang (saya) suplier untuk teman- teman yang ekspor,” ujarnya.
Produksi sebenarnya over suplai, karena sedang puncak musim panen. “Tetapi itulah diganggu cuaca,” kata Sugiartha. Dan hujan lebat turun merata di Bali, termasuk di sentra- sentra perkebunan manggis di Bali. Hampir tidak ada kawasan yang luput.
“Kalau manggis luka dalam pasti ditolak buyer,”ujar Sugiartha sambil menegaskan buyer tersebut dari China.
Dalam kondisi normal, Sugiartha menyatakan 60 ton manggis keluar atau diekspor dari Bali. Namun kini, tak lebih dari 10 ton manggis yang bisa dikirim keluar untuk ekspor.
“Ada saja gangguan. Sedang bagus-bagusnya, hujan mengganggu,” sesal Sugiartha. Terpisah Ketua Asosiasi Manggis Bali, Jro Putu Tesan mengatakan permintaan manggis Bali pada Desember akhir tahun sampai dengan Februari tahun depan (2022) sedang tinggi-tingginya. Namun karena hujan kualitas manggis menurun.
”Banyak yang burik ( bercak) selain luka dalam,”kata ungkap Jro Tesan. Harga perkilo manggis untuk kualitas ekspor masih tinggi antara Rp 25.000 -Rp 28.000 perkilo. Namun kembali lagi, karena faktor cuaca sulit mendapatkan yang sesuai dengan standar ekspor, terutama ke China.
“Kemarin saya ngirim 600 kranjang ke Guangzou, 20 persenya rusak,” ungkapnya. Untuk sementara Jro Tesan mencoba akan memasarkan ke Thailand, karena ada buyer dari Thailand yang mau membeli manggis yang burik (bercak), asalkan daging di dalamnya utuh. “ Saya baru kirim samplenya.mMudah-mudahan masuk, “ harap dia. *K17
Komentar