Landmark Dewa Baruna Bawah Laut Jadi Ikon Wisata Baru Lovina
Pengembangan Program ‘Desa Wisata Bahari’ dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di Desa Kalibukbuk
Kawasan Wisata Bahari Desa Kalibukbuk dikonsep dengan tajuk ‘Banyu Milir’. Secara etimologi, banyu berarti air atau sumber kehidupan, sementara milir berarti konsistensi atau berkesinambungan
SINGARAJA, NusaBali
Selain atraksi lumba-lumba di habitat aslinya, daya tarik wisata (DTW) Lovina, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng kini punya ikon baru berupa Landmark Dewa Baruna dan Terumbu Karang di bawah laut. Landmark Dewa Baruna di bawah laut Pantai Lovina ini dihadirkan berkat program ‘Desa Wisata Bahari’ dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di Desa Kalibukbuk.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jasa Kelautan, memberikan bantuan pengembangan coral garden di perairan Pantai Lovina senilai Rp 300 juta. Bantuan ini digunakan untuk membuat desain taman laut. Sejumlah struktur terumbu karang berbentuk patung ditata menjadi taman laut pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan laut.
Serah terima bantuan pengembangan kawasan wisata bahari dari Direktorat Jasa Kelautan KKP tersebut sudah dilakukan Kamis (18/11) siang, di kawasan Dermaga Pantai Lovina. Bantuan diserahkan oleh Dirjen Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, kepada Ketua Pengelola Wisata Bahari Desa Kalibukbuk, I Ketut Wiryadana.
Menurut Ketut Wiryadana, pengembangan Kawasan Wisata Bahari Desa Kalibukbuk tersebut dikonsep dengan tajuk ‘Banyu Milir’. Secara etimologi, banyu berarti air atau sumber kehidupan, sementara milir berarti konsistensi atau berkesinambungan.
Disebutkan, ada sejumlah struktur terumbu karang yang menjadi landmark baru di bawah laut Pantai Lovina, dibuat dengan memanfaatkan bantuan. Di antraranya, 5 patung lumba-lumba. Selain itu, juga ada Patung Bhadawang Nala berbentuk penyu, yang di atasnya terdapat Patung Jalapati (Dewa Baruna) dengan panjang 12 meter dan tinggi mencapai 4 meter.
Ketut Wiryadana menyebutkan, Dewa Baruna dipilih menjadi ikon mengingat dalam mitologi kepercayaan Hindu Bali, merupakan penguasa alam laut. "Berbicara Bali, tentu tidak bisa dilepaskan dari kekuatan simbol yang tercurah dalam karya seni. Melalui simbol ini, menjadi penanda dimulainya komitmen kami dalam memulai, membangun, dan menguatkan kawasan pesisir untuk dapat mewujudkan Desa Wisata Bahari di Desa Kalibukbuk," jelas Wiryadana.
Versi Wiryadana, dana bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’ senilai Rp 300 juta tersebut juga dimanfaatkan untuk membuat plang kawasan hingga alat selam lengkap buat pengelola wisata. "Totalnya Rp 296 juta. Itu ada bantuan 4 set alat selam lengkap. Selain itu, juga untjuk pembuatan patung dengan cangkang struktur terumbu karang, pembuatan gate, dan pembuatan landmark sekitar 4 meter," tegas Wir-yadana.
Sementara itu, Dirjen Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, menjelaskan ‘Desa Wisata Bahari’ merupakan upaya pemerintah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan daya ekosistem yang ada. Misalnya, di Desa Kalibukbuk yang memiliki potensi terumbu karang, dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari yang bisa ditawarkan kepada wisatawan.
"Contoh, yang dimiliki Pantai Lovina ini adalah terumbu karang. Jadi, yang dimanfaatkan terumbu karangnya. Itu yang dijual ke masyarakat, dalam artian untuk wisata. Dengan mengembangkan wisata, maka diharapkan ekosistem lestari. Masyarakat pun akan mendapat keuntungan, karena banyak pengunjung yang datang untuk berwisata," papar Miftahul Huda.
Miftahul Huda menambahkan, Desa Kalibukbuk yang merupakan salah satu desa penyangga kawasan pariwisata Pantai Lovina, menjadi salah satu dari 15 kawasan di Indonesia yang mendapat program bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’. Program ini diharapkan bisa ikut menunjang pariwisata di kawasan Pantai Lovina.
Menurut Miftakul Huda, Desa Kalibukbuk merupakan satu-satunya desa di Indonesia yang mendapat bantuan pengembangan terumbu karang tahun 2021 ini. Sedangkan tahun 2020 lalu, ada 5 titik pengembangan terumbu karang untuk wisata bahari.
Untuk kawasan Lovina, pengembangan landmark terumbu karang dibuat sedalam 10 meter dan ditenggelamkan sekitar 3 kilometer dari bibir pantai. "Itu yang dijadikan taman laut, sehingga nanti ada spot untuk berswafoto bagi wisatawan saat diving. Landmarknya itu dinamakan Banyu Milir,” tegas Miftakul Huda.
“Tahun 2021 ini, baru di Kalibukbuk saja yang kami kembangkan. Total ada 10 hektare tahun 2020 lalu yang kami kembangkan taman karangnya. Luasan yang di Lovina 54,7 hektare. Yang kami bantu sekitar 2 are atau 200 meter persegi. Ini baru awal," tambahnya.
Program pengembangan ‘Desa Wisata Bahari’ ini mendapat respons positif dari Pemerintah Desa Kalibukbuk. Perbekel Kalibukbuk, Ketut Suka, berharap dengan kehadiran ikon baru beripa Landmark Dewa Baruna dan Terumbu Karang di bawah laut, bisa menambah waktu tinggal wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Lovina.
"Dengan landmark baru ini, akan menambah aktivitas wisata dan otomatis masa tinggal tamu juga bakal bertambah. Kalau tadinya hanya ingin melihat lumba-lumba, wisatawan nanti bisa ditawari untuk melihat taman laut. Jadi, dampaknya nanti ke nelayan pengantar tamu, sehingga pendapatan mereka bertambah," tandas Ketut Suka.
Ketut Suka mengungkapkan, untuk melindungi kawasan konservasi terumbu karang di Desa Kalibukbuk, pihaknya telah memiliki Peraturan Desa (Perdes) sebagai payung hukum. Selain itu, dukungan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) akan terjun ke lapangan untuk pengelolaan dan pengawasan. Ini untuk mencegah pelanggaran di zona wisata bahari Pantai Lovina.
Di sisi lain, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, menjelaskan bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’ ini terealisasi berkat kerja keras seluruh pihak di Desa Kalibukbuk. Termasuk di antaranya Pokmaswas dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebagai pengelola kawasan desa wisata bahari. Kelompok penggagas tersebut sudah menyiapkan sedemikian rupa Desa Kalibukbuk sebagai desa wisata bahari.
Menurut Sutjidra, kegiatan ini didukung penuh oleh KKP. Ada sinergi antara pemerintah pusat dengan Pemkab Buleleng dalam hal konservasi terumbu karang, khususnya yang ada di perairan Desa Kalibukbuk. "Terumbu karangnya harus dilestarikan, karena potensi wisata dari terumbu karang itu sangat besar," tegas politisi PDIP asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini. *mz
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jasa Kelautan, memberikan bantuan pengembangan coral garden di perairan Pantai Lovina senilai Rp 300 juta. Bantuan ini digunakan untuk membuat desain taman laut. Sejumlah struktur terumbu karang berbentuk patung ditata menjadi taman laut pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan laut.
Serah terima bantuan pengembangan kawasan wisata bahari dari Direktorat Jasa Kelautan KKP tersebut sudah dilakukan Kamis (18/11) siang, di kawasan Dermaga Pantai Lovina. Bantuan diserahkan oleh Dirjen Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, kepada Ketua Pengelola Wisata Bahari Desa Kalibukbuk, I Ketut Wiryadana.
Menurut Ketut Wiryadana, pengembangan Kawasan Wisata Bahari Desa Kalibukbuk tersebut dikonsep dengan tajuk ‘Banyu Milir’. Secara etimologi, banyu berarti air atau sumber kehidupan, sementara milir berarti konsistensi atau berkesinambungan.
Disebutkan, ada sejumlah struktur terumbu karang yang menjadi landmark baru di bawah laut Pantai Lovina, dibuat dengan memanfaatkan bantuan. Di antraranya, 5 patung lumba-lumba. Selain itu, juga ada Patung Bhadawang Nala berbentuk penyu, yang di atasnya terdapat Patung Jalapati (Dewa Baruna) dengan panjang 12 meter dan tinggi mencapai 4 meter.
Ketut Wiryadana menyebutkan, Dewa Baruna dipilih menjadi ikon mengingat dalam mitologi kepercayaan Hindu Bali, merupakan penguasa alam laut. "Berbicara Bali, tentu tidak bisa dilepaskan dari kekuatan simbol yang tercurah dalam karya seni. Melalui simbol ini, menjadi penanda dimulainya komitmen kami dalam memulai, membangun, dan menguatkan kawasan pesisir untuk dapat mewujudkan Desa Wisata Bahari di Desa Kalibukbuk," jelas Wiryadana.
Versi Wiryadana, dana bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’ senilai Rp 300 juta tersebut juga dimanfaatkan untuk membuat plang kawasan hingga alat selam lengkap buat pengelola wisata. "Totalnya Rp 296 juta. Itu ada bantuan 4 set alat selam lengkap. Selain itu, juga untjuk pembuatan patung dengan cangkang struktur terumbu karang, pembuatan gate, dan pembuatan landmark sekitar 4 meter," tegas Wir-yadana.
Sementara itu, Dirjen Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, menjelaskan ‘Desa Wisata Bahari’ merupakan upaya pemerintah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan daya ekosistem yang ada. Misalnya, di Desa Kalibukbuk yang memiliki potensi terumbu karang, dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari yang bisa ditawarkan kepada wisatawan.
"Contoh, yang dimiliki Pantai Lovina ini adalah terumbu karang. Jadi, yang dimanfaatkan terumbu karangnya. Itu yang dijual ke masyarakat, dalam artian untuk wisata. Dengan mengembangkan wisata, maka diharapkan ekosistem lestari. Masyarakat pun akan mendapat keuntungan, karena banyak pengunjung yang datang untuk berwisata," papar Miftahul Huda.
Miftahul Huda menambahkan, Desa Kalibukbuk yang merupakan salah satu desa penyangga kawasan pariwisata Pantai Lovina, menjadi salah satu dari 15 kawasan di Indonesia yang mendapat program bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’. Program ini diharapkan bisa ikut menunjang pariwisata di kawasan Pantai Lovina.
Menurut Miftakul Huda, Desa Kalibukbuk merupakan satu-satunya desa di Indonesia yang mendapat bantuan pengembangan terumbu karang tahun 2021 ini. Sedangkan tahun 2020 lalu, ada 5 titik pengembangan terumbu karang untuk wisata bahari.
Untuk kawasan Lovina, pengembangan landmark terumbu karang dibuat sedalam 10 meter dan ditenggelamkan sekitar 3 kilometer dari bibir pantai. "Itu yang dijadikan taman laut, sehingga nanti ada spot untuk berswafoto bagi wisatawan saat diving. Landmarknya itu dinamakan Banyu Milir,” tegas Miftakul Huda.
“Tahun 2021 ini, baru di Kalibukbuk saja yang kami kembangkan. Total ada 10 hektare tahun 2020 lalu yang kami kembangkan taman karangnya. Luasan yang di Lovina 54,7 hektare. Yang kami bantu sekitar 2 are atau 200 meter persegi. Ini baru awal," tambahnya.
Program pengembangan ‘Desa Wisata Bahari’ ini mendapat respons positif dari Pemerintah Desa Kalibukbuk. Perbekel Kalibukbuk, Ketut Suka, berharap dengan kehadiran ikon baru beripa Landmark Dewa Baruna dan Terumbu Karang di bawah laut, bisa menambah waktu tinggal wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Lovina.
"Dengan landmark baru ini, akan menambah aktivitas wisata dan otomatis masa tinggal tamu juga bakal bertambah. Kalau tadinya hanya ingin melihat lumba-lumba, wisatawan nanti bisa ditawari untuk melihat taman laut. Jadi, dampaknya nanti ke nelayan pengantar tamu, sehingga pendapatan mereka bertambah," tandas Ketut Suka.
Ketut Suka mengungkapkan, untuk melindungi kawasan konservasi terumbu karang di Desa Kalibukbuk, pihaknya telah memiliki Peraturan Desa (Perdes) sebagai payung hukum. Selain itu, dukungan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) akan terjun ke lapangan untuk pengelolaan dan pengawasan. Ini untuk mencegah pelanggaran di zona wisata bahari Pantai Lovina.
Di sisi lain, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, menjelaskan bantuan program ‘Desa Wisata Bahari’ ini terealisasi berkat kerja keras seluruh pihak di Desa Kalibukbuk. Termasuk di antaranya Pokmaswas dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebagai pengelola kawasan desa wisata bahari. Kelompok penggagas tersebut sudah menyiapkan sedemikian rupa Desa Kalibukbuk sebagai desa wisata bahari.
Menurut Sutjidra, kegiatan ini didukung penuh oleh KKP. Ada sinergi antara pemerintah pusat dengan Pemkab Buleleng dalam hal konservasi terumbu karang, khususnya yang ada di perairan Desa Kalibukbuk. "Terumbu karangnya harus dilestarikan, karena potensi wisata dari terumbu karang itu sangat besar," tegas politisi PDIP asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini. *mz
Komentar